Michelle Obama Bagikan 6 Resep Hidupnya Bisa Bahagia, Terapin Yuk!

Jika selama ini kamu percaya bahwa dengan bersekolah dan bersosialisasi kamu mendapat kesempatan untuk belajar, maka tambah lagi satu poin. Yakni kegagalan. Buat seolah-olah kamu membutuhkan kegagalan, seperti halnya kamu membutuhkan sekolah untuk menimba pembelajaran.

“The only way you succeed in life and the only way you learn is by failing,” ungkap Michelle. Satu-satunya cara agar kamu belajar dan sukses adalah melalui sebuah kegagalan.

“It’s not the failure, it’s what you do after you fail. Do you quit? Do you give up? Or do you let it bolster you?”

Jangan fokus pada kegagalannya, tetapi pada apa yang kamu lakukan setelah gagal. Menyerah atau justru menjadikan kegagalan sebagai sumber kekuatan, semua pilihan ada di tangan kalian, guys!

Dalam memoirnya, Michelle Obama berkisah bahwa ia sempat mendapat sedikit cemooh dari pembimbingnya ketika sedang belajar perguruan tinggi, hanya karena ia paling berbeda dibanding dengan seluruh murid yang mayoritas berkulit putih.

“Jangan pernah melihat tantangan sebagai sebuah kerugian. Sebaliknya, penting bagi Anda untuk memahami, bahwa pengalaman Anda menghadapi dan mengatasi kesulitan sebenarnya merupakan salah satu keuntungan terbesar Anda. Dan saya tahu itu karena saya telah mengalaminya sendiri, ” ungkapnya seperti yang dilansir dari laman YouTube.

Menjadi figur yang sedikit berbeda, membuat Michelle Obama sudah sering mendapat olokan dari masyarakat umum, bahkan juga rekan politiknya. Namun begitu, ia merasa tak perlu terusik dengan apa yang mereka katakan, karena kita adalah orang yang paling mengenal diri sendiri.

"I’ve been hurt. I’ve been furious. But mostly, I’ve tried to laugh this stuff off," cerita Michelle pada Oprah Winfrey, dalam wawancara Special Farewell to the White House

Bagi Michelle, atau bahkan kebanyakan wanita di dunia ini, terutama jika ia sudah menjadi seorang ibu, maka mungkin akan selalu bersedia menempatkan dirinya sebagai yang paling akhir untuk diperhatikan. Bahkan terkadang, kebahagiaannya sendiri pun tidak terlalu dipikirkan.

Namun Michelle akhirnya menyadari, dan memutuskan untuk lebih banyak memprioritaskan diri, sebab ia tahu bahwa kebahagiaannya merupakan tanggung jawab pribadi.

Ia mulai belajar memprioritaskan diri dengan hal kecil, seperti memulai makan malam dengan putri-putrinya tanpa perlu menunggu Barack Obama pulang terlebih dahulu. Apalagi suaminya tersebut sangat sibuk.

"I didn’t want them (her daughter) ever to believe that life began when the man of the house arrived home. We didn’t wait for Dad. It was his job now to catch up with us," ungkap Michelle bijaksana.

"Daftar pekerjaan (list to-do) ku selalu hidup dalam kepala saya, dan ikut kemanapun saya pergi. Saya memprogramkan sebuah target, menganalisis hasil, dan mencatat kemenangan." 

Yup, memastikan diri untuk selalu fokus pada tujuan, kemudian menganalisis secara bertahap proses yang sudah kita lalui, agar apa yang kita inginkan terwujud. Jangan lupa juga mengapresiasi diri ketika meraih keberhasilan, maka kamu akan lebih bahagia karena bisa menghargai diri sendiri.

Sebagai mantan wanita nomor satu di Amerika Serikat, Michelle tentu saja kerap mengalami situasi buruk, yang membuatnya merasa sulit dan bersedih.

Seperti ketika perekonomian negeri Super Power tersebut mengalami penurunan, Michelle yang mengaku turut mengalami perasaan sulit, masih tetap menemukan cara untuk berbagi dengan rakyatnya, terutama dengan anak-anak, yang membuatnya bisa merasakan kebahagiaan.

"I knew from experience that even during hard times, maybe especially during hard times, it was still okay to laugh. For the sake of children, in particular, you have to find ways to have fun.”

Baginya, bukan masalah untuk tetap mencoba bersenang-senang bahkan ketika sedang berada dalam keadaan yang tidak memungkinkan saking sulitnya.