6 Suka Duka Jadi Anak yang Jaga Toko Kelontong Milik Orangtua

Sebagai anak dari orangtua yang punya bisnis warung sembako atau toko kelontong di rumah. Pastinya, gak akan lepas dari kewajiban menjaga toko. Biarpun ketika bisnis sudah stabil, orangtua dapat mempekerjakan pegawai untuk mengawasi toko sekaligus melayani pembeli.
Tapi, beberapa orangtua lebih memilih untuk menjaga sendiri toko miliknya, dan kadang menugaskan anaknya ketika luang agar mereka dapat belajar banyak hal. Meskipun pekerjaan ini terlihat gampang dilakukan. Sebenarnya, dari sudut pandang anak yang harus menjaga toko orangtuanya, job seperti ini pun memiliki tantangan sekaligus suka dukanya tersendiri. Ingin tahu apa saja suka duka jadi anak yang jaga toko kelontong milik orangtua?
1. Gampang menemukan camilan tanpa harus pergi ke luar

Mungkin kamu berpikir bahwa memiliki orangtua yang punya bisnis warung atau toko kelontong di rumah itu, terdengar sangat menyenangkan. Karena biarpun kadang disuruh menjaga toko, tapi orangtua pasti membebaskan anaknya untuk mengambil apa saja yang ada di toko.
Ya, pemikiran tadi gak salah, sih. Ketika membutuhkan makanan atau camilan, kami sebagai anak dari pemilik toko gak perlu repot bepergian ke tempat yang jauh hanya untuk mendapatkan apa yang diincar. Cukup mencarinya dari rak tempat produk dipajang. Kalau sudah menemukannya, bisa langsung mengambilnya untuk dinikmati. Tapi, hal ini pun kadang dibatasi, seperti hanya boleh mengambil satu atau beberapa buah saja.
2. Banyak belajar hal baru dari menjaga bisnis orangtua

Dari menjaga warung atau bisnis toko orangtua, kami banyak belajar soal penempatan dan letak produk, harga setiap barang, dan tentunya menghadapi pelanggan dengan berbagai karakteristiknya masing-masing. Ketelitian dalam menghitung total barang sekaligus memberikan uang kembalian yang tepat, juga turut diuji.
Biarpun, semua tugas tadi terlihat mudah dikerjakan. Namun, kesulitannya baru akan terasa ketika ramai pembeli yang datang bersamaan. Tidak hanya itu saja, karena sering bertemu banyak orang tidak hanya warga sekitaran saja, melainkan juga orang baru. Kami tidak hanya terbiasa untuk bersikap ramah pada pembeli. Tapi, dari pengalaman tersebut, kepercayaan diri pun ikut terlatih juga.
Sebagai seseorang yang hitungannya masih anak sekolah. Mempelajari semua hal tadi, walaupun kadang terasa sulit, tapi prosesnya cukup menyenangkan. Bahkan, timbul perasaan bangga di dalam diri karena telah aktif bekerja sejak dini.
3. Mendapat uang tambahan dari orangtua

Keuntungan lain dari menjaga toko milik orangtua ialah kami gak cuma mendapat uang saku harian saat akan pergi ke sekolah saja. Tapi, turut mendapat uang jajan tambahan sebagai imbalan dari menjaga toko mereka.
Meskipun uang saku yang diberikan saat akan bersekolah sebenarnya sudah sangat cukup. Tapi kalau diberi uang tambahan lainnya, tentunya kita tidak akan menolak. Karena uang tersebut dapat ditabung atau digunakan untuk membeli sesuatu di luar toko orangtua.
4. Saat hari libur, masih tetap disuruh menjaga toko

Saat libur sekolah, sebagai anak pastinya ingin pergi bermain bersama teman-teman. Tapi, kadang ada orangtua yang malah tidak memperbolehkan dan justru menyuruh anaknya untuk tetap berjaga di toko milik mereka. Inilah salah satu sisi tidak enak dari menjadi anak yang orangtuanya punya bisnis toko kelontong.
Kalau di hari sekolah biasa, hanya disuruh menjaga toko saat sudah pulang sekolah saja. Saat libur sekolah, jam atau durasi menjaga tokonya justru jadi lebih panjang. Bahkan, boleh jadi seharian kami hanya duduk di warung sambil mengawasi pembeli yang datang.
5. Tidak bisa berkonsentrasi penuh ketika sedang mengawasi toko

Kalau sedang menjaga toko di rumah, tentunya kegiatan gak melulu berjaga dan melayani pelanggan saja. Kadang kami juga disibukkan dengan tugas sekolah atau pekerjaan lain yang mesti diselesaikan dari rumah. Meskipun tugas yang ada bisa dikerjakan sambil tetap menjaga toko. Hanya saja, jika sedikit-sedikit ada pembeli yang datang, hal ini dapat mengganggu konsentrasi.
Bukannya tidak bersyukur dengan rezeki yang datang. Tapi, terkadang sulit sekali untuk kembali membangun konsentrasi, ketika terus-terusan terhenti oleh kegiatan lain. Akhirnya, tugas yang memerlukan fokus tinggi baru benar-benar bisa dikerjakan saat sudah tidak ada kewajiban menjaga toko.
6. Kerepotan saat menjaga toko sendirian

Repotnya menjaga toko paling terasa saat bekerja sendirian. Masih untung kalau ada saudara yang bisa diajak gantian menjaga toko. Tapi, kalau saudara saja tidak ada, sementara orangtua juga ada urusan di luar, rasanya repot sekali bila kebetulan ada urusan pribadi.
Misalnya, mendadak ingin buang air besar atau ingin beribadah karena sudah masuk jam sholat. Rasanya bimbang sekali, karena meskipun masih bisa menutup toko sebentar dan menggantung papan pengumuman bertuliskan "penjual sedang sholat" atau apa pun itu. Tapi, kadang ada barang-barang yang dipajang sampai bagian teras toko. Bakal repot sekali bila nanti harus mengeluarkannya kembali dan menatanya ulang.
Mungkin artikel ini tidak mencakup semua suka duka jadi anak yang jaga toko kelontong milik orangtua, tapi dari semua poin yang disebutkan, kamu pasti cukup relate, kan? Selain yang sudah tertulis, adakah pengalaman spesifik lain yang ingin kamu bagikan sebagai anak yang sering disuruh menjaga toko kelontong orangtua?