Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Tips Makan Teratur di Kos-kosan, Jaga Kesehatan selama Merantau

ilustrasi bersantap (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Sebelum indekos, kamu gak punya masalah dengan sakit lambung. Namun, sejak dirimu merantau mulai merasakan keluhan pada pencernaan. Kalau ditelusuri dari kebiasaanmu sehari-hari, tampak ada perbedaan yang amat besar terkait pola makanmu ketika di kos-kosan dengan dahulu saat masih di rumah.

Sejak dirimu menjadi anak kos, makanmu tidak teratur. Sarapan paling sering dilewatkan. Makan malam hanya kadang-kadang. Sering kali kamu cuma bersantap 2 kali, bahkan sekali dalam sehari. Sementara, saat dirimu tinggal bersama orang tua, kamu wajib makan tepat pada waktunya. 

Ketika dirimu masih bersekolah dan membawa bekal makan siang, orang tua pun mengecek kotak bekalmu selepas pulang. Benar-benar makanannya dihabiskan atau tidak. Demi kesehatanmu, kamu harus kembali makan teratur setiap hari. Baik ketika kesibukanmu tinggi maupun dirimu kurang enak badan sehingga nafsu makan berkurang, jaga keteraturan jam bersantapmu. Berikut enam caranya!

1. Tidur dan bangun tepat waktu

ilustrasi bersantap (pexels.com/Michael Burrows)

Keteraturan jam makan erat kaitannya dengan waktu tidurmu. Kalau jam tidurmu berantakan, pasti jam makanmu juga gak teratur. Sebagai contoh, dirimu sering insomnia. Akibatnya, tengah malam pun kamu makan. Lalu, bangun tidurmu selalu siang. Maka otomatis sarapan terlewatkan.

Dirimu makan sebelum jam makan siang kemudian makan lagi sore hari sekitar pukul 15.00. Nanti kamu kembali makan tengah malam. Terus seperti itu. Tidak jarang dirimu sampai bingung kapan harus makan yang berakibat penundaan berkepanjangan. Rapikan waktu tidurmu sehingga jam makanmu juga ikut teratur.

Hindari tidur terlalu malam yang bikin kamu lapar lagi meski tadi sudah bersantap. Bangunlah jam 04.30 atau 05.00 agar ada waktu yang cukup buatmu merasa lapar serta siap sarapan. Pukul 06.00 sampai 06.30 kamu bisa makan pagi dan kembali makan jam 12.00 hingga 12.30. Makan malam antara jam 18.00 sampai 18.30. Tidurlah maksimal jam 22.30 sebelum dirimu merasa lapar lagi.

2. Masak sendiri atau cari makan di sekitar kos-kosan saja

ilustrasi bersantap (pexels.com/RDNE Stock project)

Kian jauh kamu mencari makanan, kian malas rasanya untuk pergi. Dirimu lebih memilih menahan lapar daripada 3 kali sehari menembus keramaian jalan raya hanya untuk makan. Seharusnya bukan kebutuhan makan yang dikurangi atau ditunda, melainkan bersikaplah sesimpel mungkin soal makanan. Di sekitar kos-kosan pasti ada pedagang makanan berat.

Daripada kamu pergi jauh cuma buat beli makanan, mending melariskan penjual di sekitar. Sekalian agar dirimu bersosialisasi dengan warga setempat. Harganya umum lebih murah dibandingkan tempat makan yang lebih jauh. Mereka memang menjadikan anak kos sebagai target pasar sehingga gak mematok harga tinggi.

Jika kamu bosan makan di sekitar kos-kosan baru sesekali membeli makan di tempat yang lebih jauh atau gunakan aplikasi. Biar hemat dan praktis, beli sekalian buat waktu makan berikutnya sehingga nanti dirimu gak perlu keluar atau pesan lagi. Bisa pula kamu menyediakan beberapa bahan mentah seperti beras, telur, sayuran, dan aneka bumbu agar dapat segera memasak saat tiba jam makan. Bila tidak ada dapur di kos-kosan, belilah panci listrik serbaguna di samping rice cooker.

3. Jangan ada lagi istilah makannya dirapel

ilustrasi bersantap (pexels.com/cottonbro studio)

Semua hal yang dirapel akan menimbulkan perasaan tidak menyenangkan. Sesuatu yang seharusnya diterima saat itu juga menjadi tertunda. Seperti gaji yang dirapel berbuntut karyawan mesti bertahan hidup dengan memakai tabungan dulu. Begitu pula makan yang dirapel tidak baik untuk kesehatan.

Misalnya, sarapan dirapel dengan makan siang. Kondisi lapar sekali membuatmu makan berlebihan. Memang saat dirimu bersantap rasanya amat nikmat. Namun, setelahnya perut justru terasa tidak nyaman. Kamu kekenyangan bahkan hingga nanti di jam makam malam. Dirimu baru lapar lagi menjelang tidur.

Walaupun mungkin banyak orang di sekitarmu menerapkan cara makan yang dirapel begini, jangan mengikutinya. Tetaplah makan sesuai waktunya sekalipun saat itu kamu belum cukup lapar. Makan sedikit di jamnya tidak hanya membiasakanmu untuk hidup lebih teratur. Namun, juga memastikan supaya lambung gak kosong terlampau lama.

Rasa tidak lapar bisa sangat dipengaruhi oleh emosi dan pikiran. Misalnya, ketika kamu sedih serta stres bisa bikin malas makan. Akan tetapi, tetap saja perut sejatinya membutuhkan makanan untuk dicerna dan sari-sarinya diedarkan ke seluruh tubuh. Penuhi hak tubuhmu tepat waktu.

4. Ingat kalau kamu sakit malah repot

ilustrasi bersantap (pexels.com/Loren Castillo)

Ada ujaran anak kos dilarang sakit. Artinya, kamu harus berusaha sebaik mungkin untuk menjaga kesehatanmu. Tentu ada kalanya anak kos akan tetap sakit. Namun, harapannya tidak terlalu parah. Sakit di kos-kosan apalagi sampai harus rawat inap bakal membuatmu sedih dan cemas.

Siapa yang akan menunggu kamu di rumah sakit? Bagaimana kamu akan mengurus administrasinya kalau gak ada keluarga yang lekas datang? Bahkan untuk sekadar pergi ke rumah sakit pun barangkali dirimu kesulitan. Oleh sebab itu, sehat adalah sebaik-baik keadaan untuk semua orang.

Apalagi anak kos yang jauh dari keluarga sepertimu. Makan tepat waktu bukan tentang dirimu sudah merasa lapar atau belum. Makan sangat penting buat membangun daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit. Tentu makanan yang dikonsumsi juga mesti memiliki gizi yang cukup seimbang. Bukan asal kenyang.

5. Jangan malu jika kamu dibilang makan terus

ilustrasi makan bersama (pexels.com/Alena Darmel)

Terutama di kos-kosan putri, banyak dari teman-temanmu mungkin diet ketat. Alih-alih diet karena alasan kesehatan dan atas petunjuk dokter, mereka sekadar terlalu takut bakal gemuk jika makan 3 kali sehari. Kamu mendapati mereka jarang sekali makan besar. Mereka bisa makan besar cuma satu kali dalam sehari.

Itu pun kadang gak dan hanya makan buah atau sayur. Begitu kamu berusaha mendisiplinkan diri untuk makan tepat waktu, ada beberapa teman yang berkomentar kurang enak. Seperti menyebutmu makan terus seakan-akan tak kunjung kenyang. Bila kamu gampang baper, besok pasti kembali berhenti makan teratur.

Abaikan saja komentar seperti di atas. Kamu juga bisa menanggapinya dengan candaan. Misalnya, kasihan orangtuamu kalau saat mudik nanti melihatmu begitu kurus padahal mereka rutin memberikan uang saku. Jika dirimu sudah bekerja, katakan saja masa kerja capek-capek dan dapat gaji malah harus menahan lapar? Komentar cerdasmu bakal menghentikan olok-olok mereka.

6. Sebelum hujan keluar dulu beli makan

ilustrasi bersantap (pexels.com/Min An)

Faktor cuaca juga bisa bikin anak kos malas sekali keluar untuk membeli makanan. Contohnya, ketika turun hujan. Kamu yang gak terbiasa memasak sendiri atau belum belanja bahan mentah dapat memutuskan untuk tak makan. Khususnya makan malam dan mending dirimu tidur lebih awal.

Untuk mencegah kejadian begini kembali terulang, selalu perhatikan tanda-tanda akan turun hujan. Apabila sinar matahari sudah tertutup awan tebal, segeralah membeli makan dulu. Gak apa-apa kamu menyantapnya beberapa jam lagi daripada nanti hujan deras menyulitkanmu bepergian.

Sebaliknya, ketika siang hari amat panas dan dirimu di kos-kosan saja tentu bikin malas untuk sekadar pergi ke warung nasi terdekat. Di puncak kemarau, lebih baik kamu beli lauk dan sayur di pagi hari sekalian buat makan siang. Nasinya masak sendiri atau minta dipisah. Nanti makan malam dirimu baru keluar lagi sehingga terhindar dari sengatan panas matahari.

Masih bisa makan normal melalui mulut dan dengan menu yang bergizi merupakan kenikmatan hidup sekaligus anugerah yang luar biasa. Jangan sia-siakan anugerah ini dengan membiarkan perutmu berlama-lama kosong. Kecuali, kamu memang sedang berpuasa. Itu pun harus tertib dalam sahur dan berbuka.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us