Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Cara agar Gak Gampang Buat Janji yang Sulit Ditepati, Jangan PHP!

ilustrasi berjanji (pexels.com/ Mart Production)
ilustrasi berjanji (pexels.com/ Mart Production)

Dalam kehidupan sehari-hari, kita tak luput dari janji. Baik itu dijanjikan oleh seseorang atau sebaliknya, kita yang menjanjikan sesuatu. Janji juga menjadi salah satu bentuk interaksi kita dengan orang lain. Namun, tidak jarang kita merasa terjebak dalam situasi di mana janji yang telah dibuat ternyata sulit untuk ditepati.

Mengabaikan janji yang telah kita buat tak hanya merugikan orang lain, tetapi juga merusak kepercayaan yang telah terbangun. Sebagai bentuk tanggung jawab, sekecil apapun janji yang kita berikan, telah menjadi keharusan bagi kita untuk menepati janji tersebut.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk belajar bagaimana membuat janji secara bijak agar tidak mengecewakan orang lain atau diri sendiri. Jika kamu adalah orang yang mudah berjanji, kamu perlu belajar untuk menahan diri agar tidak mudah menjanjikan sesuatu pada orang lain agar tidak menyulitkan diri sendiri dan membuat orang lain kecewa.

Tujuh cara berikut semoga bisa membantumu untuk membuat janji dengan lebih bijak.

1. Pikirkan sebelum berjanji

ilustrasi berjanji (pexels.com/ Ketut Subiyanto)
ilustrasi berjanji (pexels.com/ Ketut Subiyanto)

Seringkali, kita terburu-buru mengatakan 'ya' ketika diminta sesuatu tanpa benar-benar mempertimbangkan situasi. Padahal, mengambil waktu untuk berpikir sebelum berjanji adalah langkah awal yang sangat penting.

Pertimbangkan kemampuan, waktu, dan kondisimu sebelum membuat komitmen. Misalnya, jika seseorang meminta bantuanmu, tanyakan pada diri sendiri apakah kamu benar-benar memiliki kapasitas untuk melakukannya.

Jika kamu adalah seorang people pleasure atau orang yang berusaha menyenangkan orang lain, kamu juga perlu berhati-hati dalam memberikan janji. Jangan terlalu mudah menjanjikan sesuatu, karena hal itu bisa berujung mempersulitmu.

Saat kamu dimintai bantuan tetapi sebetulnya kamu tak mampu, jangan ragu untuk mengatakan, "Saya pikirkan dulu, ya," atau "Saya cek jadwal dulu." Ingat, itu semua demi melindungimu dari risiko 'kewalahan' dengan apa yang sudah kamu janjikan. Jangan sampai janji-janji yang kamu buat justru menjadi beban emosional bagi dirimu.

2. Kenali kapasitas dan batasan diri

Ilustrasi berjanji (pexels.com/ Pavel Danilyuk)
Ilustrasi berjanji (pexels.com/ Pavel Danilyuk)

Salah satu alasan utama kenapa janji sering tidak ditepati adalah karena kita tidak benar-benar memahami batasan diri sendiri. Banyak orang merasa harus selalu mengatakan 'ya', karena takut mengecewakan orang lain. Namun, kebiasaan ini justru bisa menjadi bumerang jika kamu akhirnya tidak mampu memenuhi ekspektasi tersebut.

Belajarlah untuk jujur pada diri sendiri tentang apa yang bisa dan tidak bisa kamu lakukan. Mengakui keterbatasan bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan yang menunjukkan bahwa kamu memahami diri sendiri dengan baik. Dengan cara ini, kamu akan lebih dihormati karena kejujuranmu. Dan hal itu sama sekali bukanlah langkah yang buruk.

3. Prioritaskan kewajiban

ilustrasi berjanji (pexels.com/ Thirdman)
ilustrasi berjanji (pexels.com/ Thirdman)

Kamu harus memahami bahwa tidak semua permintaan harus dipenuhi, terutama jika hal tersebut tidak sesuai dengan prioritas hidupmu. Ketika seseorang meminta sesuatu, tanyakan pada diri sendiri: Apakah ini penting? Apakah ini mendesak? Jika jawabannya tidak, maka kemungkinan besar hal tersebut bukanlah prioritasmu saat ini.

Membuat skala prioritas membantumu mengelola waktu dan energi dengan lebih baik. Jika kamu orang yang 'tidak enakan', sangat penting untuk memahami prioritas dan tanggung jawab utamamu. Bahkan untuk hal-hal sepele seperti teman yang mengajakmu nongkrong atau pergi ke luar kota.

Jika kamu memiliki prioritas atau urusan mendesak lainnya seperti keperluan di rumah, pekerjaan, atau yang lainnya, menolak dengan sopan adalah tanda kedewasaan bahwa kamu menyadari kepentinganmu sendiri. Jika kamu bisa memahami ini dengan baik, kamu tidak lagi akan mudah berjanji.

4. Gunakan kata-kata yang realistis

Ilustrasi berjanji (pexels.com/ Cottonbro Studio)
Ilustrasi berjanji (pexels.com/ Cottonbro Studio)

Terkadang, masalah janji yang tidak ditepati berakar dari kata-kata yang kita gunakan. Mengucapkan kata 'pasti', 'saya akan', 'saya siap', dan sebagainya, tanpa mempertimbangkan kemungkinan adanya hambatan lain justru dapat menciptakan ekspektasi yang terlalu tinggi.

Sebagai gantinya, gunakan kata-kata yang lebih realistis, misalnya 'saya usahakan', 'saya lihat situasinya dulu', dan kata-kata yang tidak berkonotasi memberikan kepastian lainnya.

Kata-kata yang realistis tidak hanya membantu mengelola ekspektasi orang lain, tetapi juga memberi ruang bagi kamu untuk menyesuaikan diri dengan perubahan situasi.

Jika terjadi kendala yang tidak kamu duga, tidak ada kewajiban mutlak bagimu, sebab kamu tidak menjanjikan apapun pada orang lain. Pilihan kata yang tepat juga membuatmu tetap terlihat bertanggung jawab tanpa harus merasa tertekan oleh komitmen yang terlalu kaku.

5. Pelajari cara menolak dengan santun

Ilustrasi berjanji (pexels.com/ Cottonbro Studio)
Ilustrasi berjanji (pexels.com/ Cottonbro Studio)

Menolak permintaan seseorang memang tidak selalu mudah. Tetapi keterampilan seperti people skill tentu saja bisa dipelajari. Salah satu cara terbaik untuk menolak adalah dengan tetap menghormati perasaan orang lain.

Kamu bisa berkata, "Maaf, saya tidak bisa membantu kali ini, tapi saya mendukung proyekmu," atau "Saya ingin membantu, tapi saat ini saya sedang banyak tanggung jawab lainnya."

Kind and firm, atau Tegas tetapi santun adalah cara memberikan penolakan yang terasa netral. Kamu tetap perlu menyampaikan penolakanmu dengan jujur, tetapi menaruh empati penuh kepada orang tersebut.

Percayalah, kamu akan lebih dihargai daripada jika kamu mengiyakan tetapi berakhir dengan mengecewakan. Menolak dengan kata-kata yang bijak juga membantu menjaga hubunganmu tetap harmonis.

6. Catat dan atur janji yang dibuat

ilustrasi berjanji (pexels.com/ Thirdman)
ilustrasi berjanji (pexels.com/ Thirdman)

Membuat catatan tentang janji yang telah kamu buat adalah langkah penting untuk memastikan kalau kamu tidak melupakan tanggung jawab. Gunakan aplikasi pengelola jadwal atau buku catatan untuk mencatat setiap janji, atau apapun cara yang paling bisa membantumu. Dengan jadwal yang kamu miliki, kamu akan terbantu untuk melihat dengan jelas apakah memungkinkan buatmu untuk membuat janji baru lainnya.

Pengaturan ini juga membantumu terhindar dari masalah terlalu banyak mengambil tanggung jawab sekaligus. Dengan jadwal yang terorganisir, kamu juga bisa memenuhi janji-janjimu dengan lebih baik tanpa merasa kewalahan. Walaupun mungkin cara ini agak sedikit merepotkanmu, tetapi justru sangat membantumu ke depan.

7. Evaluasi janji-janji sebelumnya

ilustrasi berjanji (pexels.com/ Tim Samuel)
ilustrasi berjanji (pexels.com/ Tim Samuel)

Belajar dari pengalaman adalah cara terbaik untuk memperbaiki diri. Jika kamu sering melanggar janji, luangkan waktu untuk merenungkan penyebabnya. Apakah kamu terlalu banyak mengambil tanggung jawab? Atau kamu kurang pertimbangan sebelum membuat janji? Dengan mengevaluasi pola yang menjadi kebiasaanmu, kamu bisa memperbaiki kesalahan yang pernah kamu lakukan, dan menentukan langkah dalam membuat janji-janji berikutnya.

Pahamilah, membuat janji adalah salah satu bagian penting dalam seni membangun hubungan dengan orang lain. Janji yang tidak ditepati dapat merusak kepercayaan. Sebaliknya, janji yang dipenuhi akan membuatmu memiliki citra sebagai seseorang yang dapat dipercaya.

Jika kamu masih kesulitan dengan kebiasaan-kebiasaan lamamu dalam membuat janji, cobalah langkah-langkah di atas. Sesungguhnya, kamu bukan cuma sedang melindungi citra dirimu, tetapi juga menunjukkan rasa hormat kepada orang lain.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ismatun Hasanah
EditorIsmatun Hasanah
Follow Us