7 Penurunan Kualitas Diri Saat Kamu Terbiasa dengan Pencapaian Instan

Banyak cara yang bisa dipilih untuk meraih kesuksesan. Terkadang, cara-cara instan terlihat menarik. Kamu dijanjikan keberhasilan tanpa harus bersusah payah, tidak heran banyak orang tertarik dengan cara satu ini.
Jangan kamu pikir terbiasa dengan pencapaian instan adalah hal baik. Kebiasaan ini jika tidak kunjung dibenahi bisa menurunkan kualitas diri. Kamu bisa mengamatinya melalui perubahan sikap dan pola pikir. Adakah penurunan kualitas diri yang sedang kamu rasakan?
1. Tidak memiliki ketahanan di setiap situasi

Upaya meraih pencapaian dengan cara-cara instan terlihat menggiurkan. Kamu tidak perlu bersusah payah menjalani perjuangan panjang. Namun, terbiasa dengan pencapaian instan juga bukan kebiasaan yang baik.
Karena ini bisa mempengaruhi ketahanan mental. Kamu tidak mampu bertahan dalam situasi terburuk. Padahal, realita memiliki lika-liku tersendiri. Keinginan kita tidak selalu terwujudkan, takdir kurang mujur sering datang menghampiri.
2. Motivasi turut menurun

Memilih cara-cara instan memang terlihat mudah. Kamu tidak harus menghadapi lika-liku beragam. Keberhasilan bisa tercapai dalam waktu singkat. Di sisi lain, terbiasa dengan pencapaian instan juga bisa mempengaruhi kualitas diri.
Saat kamu sudah nyaman dengan pencapaian instan, motivasi berusaha turut menurun. Kamu tidak tahu langkah terbaik yang harus diambil. Proses tidak dianggap sebagai ajang pembelajaran. Namun sebagai hambatan yang menunda keberhasilan.
3. Berkurangnya minat dan ketekunan

Beberapa pencapaian memang bisa diraih dalam waktu singkat. Kamu memilih cara-cara instan juga tidak masalah. Di sisi lain, pencapaian instan juga tidak selalu bisa diandalkan, karena banyak kemungkinan buruk bisa terjadi.
Akibat terbiasa dengan pencapaian instan, minat dan ketekunan justru berkurang. Kamu ketergantungan terhadap proses-proses singkat. Ketika berusaha tidak pernah serius. Baru sebentar menjalani proses sudah menyerah karena bosan.
4. Tidak konsisten dalam berusaha

Berusaha bukan soal bekerja keras sepanjang waktu. Hal terpenting yang harus kamu lakukan adalah konsistensi. Usaha melakukan yang terbaik tidak dilakukan dalam satu hari. Namun, dipertahankan dalam waktu berkesinambungan.
Menjadi hal buruk saat kamu terbiasa dengan pencapaian instan. Bentuk penurunan kualitas diri adalah tidak konsisten dalam berusaha. Kamu hanya menunjukkan kinerja terbaik dalam waktu sesaat. Selanjutnya justru didominasi perasaan ingin menyerah.
5. Terbentuk menjadi individu plin-plan

Ketegasan diri sangat dibutuhkan dalam menghadapi tantangan. Kamu tahu keputusan paling tepat yang harus diambil. Tapi kebiasaan bergantung dengan ucapan instan menjadi persoalan rumit.
Sikap demikian bisa mempengaruhi tindakan dan pola pikir. Memilih bergantung dengan pencapaian instan, kamu terbentuk menjadi individu plin-plan. Dalam mengambil keputusan tidak memiliki pendirian tetap. Pola pikir cenderung terpengaruh oleh saran toksik.
6. Terjebak stres dan kecemasan

Kebiasaan buruk kita sering tergiur dengan pencapaian instan. Menganggap keputusan tersebut sebagai pilihan paling tepat. Di sisi lain, pencapaian instan seperti kemudahan palsu. Jika tidak segera dihilangkan justru menurunkan kualitas diri.
Salah satunya mempengaruhi kestabilan emosi dan suasana hati. Kamu terbentuk menjadi individu yang gampang stres dan diliputi kecemasan. Saat usaha tidak kunjung membuahkan hasil, prasangka negatif mendominasi diri.
7. Tidak mampu menyusun rencana jangka panjang

Pencapaian instan memang tidak selalu buruk. Namun, kamu juga tidak bisa mengandalkan sepanjang waktu. Dalam beberapa hal harus bisa membebaskan diri dari pencapaian serba cepat. Sebab, sesuatu yang serba instan belum tentu membawa kebaikan. Kamu terlalu bergantung dengan kemudahan sehingga tidak mampu menyusun rencana jangka panjang. Perspektif cenderung terbatas oleh pencapaian cepat tanpa mau bersusah payah.
Pencapaian instan memang terlihat simpel dan menarik. Kamu boleh saja menerapkannya, asal di waktu yang tepat. Ketika memilih cara-cara instan dalam waktu berkelanjutan, justru menurunkan kualitas diri. Pola pikir dan tindakan turut terganggu.