Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Tips Mengelola Uang Anti Boros di Tengah Gempuran Self Reward

ilustrasi mengelola uang (pexels.com/olia danilevich)
ilustrasi mengelola uang (pexels.com/olia danilevich)

Guys, kalian sadar gak sih, semakin dewasa, berapa pun uang yang kita miliki, rasanya gak pernah cukup. Berbagai kebutuhan selalu datang silih berganti seakan tidak pernah ada habisnya. Apalagi di era sekarang, di tengah gempuran self reward yang bisa bikin uang jadi semakin cepat habis. 

Membeli barang impian atau makan makanan enak di kafe yang sedang hits sebagai self reward bukan hal yang salah, ya. Justru, itu perlu dilakukan sebagai bentuk apresiasi terhadap diri sendiri karena sudah melakukan atau mencapai sesuatu dalam hidup. Tapi, kita juga perlu bijak dalam mengelola uang supaya tidak boros dan saldo di rekening tetap aman. Bagaimana caranya? 

Yuk, simak! 

1. Menentukan skala prioritas kebutuhan

ilustrasi belanja bulanan (pexels.com/Anna Shvets)
ilustrasi belanja bulanan (pexels.com/Anna Shvets)

Apa itu skala prioritas? Skala prioritas merupakan sebuah ukuran untuk menyusun daftar kebutuhan dari yang sangat penting sampai yang tidak penting. Mencatat semua kebutuhan di awal bulan memudahkan kita untuk menentukan skala prioritas. Dengan menentukan skala prioritas, kita akan lebih mudah untuk mengetahui kebutuhan mana yang harus didahulukan. 

Dalam filosofi Kakeibo, pengeluaran dibedakan menjadi 4 kategori yaitu survival, optional, culture dan extra. Dengan kata lain, survival atau pengeluaran untuk bertahan hidup menjadi prioritas dalam sebuah kebutuhan.

Pengeluaran ini berupa tagihan, makan, transportasi, obat-obatan dan lain-lain. Setelah kebutuhan untuk bertahan hidup terpenuhi, maka kita bisa untuk memenuhi kebutuhan lainnya. 

2. Melakukan budgeting di awal bulan

ilustrasi imbal hasil (pexels.com/olia danilevich)
ilustrasi imbal hasil (pexels.com/olia danilevich)

Hal terpenting yang harus dilakukan dalam mengelola keuangan yang baik adalah dengan melakukan budgeting. Budgeting atau perencanaan anggaran sangat penting dilakukan supaya uang yang kita miliki bisa dialokasikan dan dibelanjakan sesuai dengan anggaran yang telah dibuat sehingga semua kebutuhan bisa terpenuhi. Metode 50/30/20 mungkin bisa diterapkan dalam melakukan budgeting. 

Metode 50/30/20 artinya, kamu bisa mengalokasikan 50 persen penghasilan untuk kebutuhan seperti membayar tagihan, token listrik, makan sehari-hari dan lain-lain. Lalu, 30 persen dari penghasilanmu bisa dialokasikan untuk keinginan, bisa berupa membeli baju baru, minum kopi di kafe yang sedang hits atau lain-lain.

Terakhir, kamu bisa menyisihkan 20 persen penghasilanmu untuk ditabung. Menabung sangat berguna untuk masa depan. 

3. Utamakan fungsi daripada gengsi

ilustrasi belanja (pexels.com/Antoni Shkraba)
ilustrasi belanja (pexels.com/Antoni Shkraba)

Ketika kamu memutuskan untuk membeli sesuatu, pastikan barang yang dibeli itu sesuai dengan fungsi yang kamu butuhkan, bukan karena memenuhi gengsi semata. Misalnya, dengan uang 300 ribu kamu sudah bisa membeli sepatu dari brand A dengan spesifikasi yang kamu butuhkan.

Tapi kamu lebih memilih membeli sepatu brand B seharga 500 ribu dengan spesifikasi buang tidak jauh berbeda dengan brand A. Kamu membelinya karena brand B lebih hits dan akan lebih mendapat “pengakuan” dibandingkan dengan membeli brand A. 

Membeli barang mahal sebenarnya sah-sah saja. Selama kamu memiliki cukup uang untuk membelinya dan tidak mengorbankan hal lain, kamu boleh saja membeli barang tersebut. Apalagi, jika barang tersebut memiliki kualitas yang lebih baik dan memenuhi spesifikasi yang kamu butuhkan. 

4. Tidak FOMO terhadap sesuatu

ilustrasi belanja (pexels.com/Sam Lion)
ilustrasi belanja (pexels.com/Sam Lion)

FOMO atau Fear Of Missing Out adalah perasaan cemas dan merasa takut tertinggal terhadap sesuatu yang sedang tren. Misalnya, beberapa waktu lalu boneka labubu tengah menjadi tren dan semua orang rela antri untuk mendapatkannya. Kemudian, kamu yang aslinya tidak terlalu tertarik dengan boneka labubu, akhirnya ikut membeli hanya karena boneka tersebut sedang tren. 

Kemudian, pada saat akhir bulan, uangmu habis karena dipakai untuk membeli boneka tersebut dan kamu menyesal. Belilah sesuatu yang memang kamu butuh atau kamu suka, bukan sekedar untuk mengikuti tren saja. Pikirkan baik-baik sebelum membeli sesuatu, jangan sampai kamu menyesal di kemudian hari. 

5. Jangan berutang untuk memenuhi gaya hidup

ilustrasi belanja online (pexels.com/AS Photography)
ilustrasi belanja online (pexels.com/AS Photography)

Pinjaman online dan paylater sudah menjadi hal yang lumrah di era sekarang. Layanan-layanan tersebut mungkin bisa membantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari jika dipergunakan dengan baik dan bijaksana. Namun pada kenyataannya, mayoritas orang menggunakan hal tersebut untuk foya-foya dan memenuhi gaya hidup. 

Misalnya, seseorang menggunakan paylater untuk membeli HP keluaran terbaru karena tidak ingin dianggap ketinggalan zaman atau mungkin menggunakan layanan pinjaman online untuk bisa jalan-jalan ke tempat wisata yang sedang hits dan memamerkannya di media sosial.

Selain itu, banyak contoh kecil seperti membeli baju atau sepatu baru dengan metode paylater yang pada akhirnya menjadi kecanduan dan melakukannya terus menerus. Padahal, perbuatan seperti itu hanya akan membuat hidup semakin sulit dan terjebak dalam jeratan hutang yang menumpuk. 

6. Melakukan pembayaran tunai

ilustrasi uang tunai (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi uang tunai (pexels.com/cottonbro studio)

Perkembangan teknologi, membuat metode pembayaran semakin mudah. Hanya dengan menggesek kartu atau scan barcode kita sudah melakukan pembayaran. Disadari atau tidak, dengan kemudahan yang ada kita menjadi lebih mudah untuk mengeluarkan uang. 

Mengutip perkataan Raditya Dika di channel YouTube-nya, “Ada penelitian yang bilang, rasa sakit yang ditimbulkan dengan membayar barang melalui duit cash itu lebih tinggi daripada cuma pake kartu”.

Ketika ingin membeli sesuatu, lebih baik kita menggunakan uang tunai. Membayangkan sakitnya saat uang keluar dari dompet untuk membeli sesuatu, membuat kita berpikir dua kali untuk membelanjakannya atau tidak. 

7. Fokus untuk menambah penghasilan

ilustrasi kerja (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi kerja (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Dalam mengelola keuangan, tidak hanya berfokus pada berhemat atau mengalokasikan penghasilan dengan sebaik-baiknya. Menambah penghasilan untuk kehidupan yang lebih baik juga perlu diperhatikan. Penghasilan tidak berfokus pada gaji. Gaji hanya bagian dari sumber penghasilan. 

Gaji merupakan upah yang kita terima setelah bekerja. Sedangkan penghasilan merupakan seluruh uang yang kita hasilkan dari berbagai sumber. Di era sekarang, mencari sampingan untuk menambah penghasilan menjadi lebih mudah. Kamu bisa membuka online shop, menjadi asisten virtual, freelance dan lain-lain. 

Self reward bisa menimbulkan energi positif dan kebahagiaan sehingga bisa menciptakan semangat baru. Hal itu perlu dilakukan sebagai bentuk menghargai dan mencintai diri sendiri. Namun, jangan sampai self reward menghabiskan sebagian besar uangmu dan menyulitkanmu di akhir bulan ya. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nida Ainayya
EditorNida Ainayya
Follow Us