5 Keuntungan Menjadi Orang yang Pesimis
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Selama ini kita diajarkan bahwa hal-hal hebat bisa kita raih asalkan kita terus percaya dan optimis. Namun, tahukah kamu kalau menjadi pesimis juga bisa bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari?
Menjadi pesimis bukan berarti harus berpikir negatif. Ketika seorang optimis berekspektasi hal baik akan datang, seorang yang pesimis akan berekspektasi hal buruk bisa menimpanya kapan saja. Tipe ini dinamakan pesimis defensif, di mana seseorang bisa memanfaatkan pesimisme mereka sebagai sarana untuk mencapai tujuan.
Lalu apa saja keuntungannya menjadi seorang pesimis? berikut daftar lengkapnya!
1. Mampu menjaga ekspektasi
Bayangkan situasi ketika kamu menunggu hasil interview pekerjaan, atau hasil ujian di sekolah. Satu hal yang kamu inginkan pasti mendapatkan hasil terbaik. Namun, seorang pesimis akan tetap menjaga ekspektasinya agar tidak berlebihan.
Hal itu dapat membuat mereka lebih siap ketika dihadapkan dengan hasil akhir yang buruk. Seseorang yang pesimis sudah memikirkan langkah-langkah preventif untuk mengatasi emosi negatif akibat dari ekspektasi mereka yang tidak tercapai.
2. Mampu mengelola kecemasan
Kecemasan hadir ketika seseorang belum menemukan kepastian akan masa depannya. Bagi seorang pesimis, masa depan bisa saja lebih buruk. Hal ini sangat berkaitan dengan ekspektasi seseorang.
Apabila kamu merasa cemas sebelum mengajak pacarmu kencan, maka kamu bisa bayangkan hal buruk apa saja yang mungkin bisa terjadi selama kencan berlangsung. Dari pikiran itu kamu bisa merencanakan tindakan tertentu untuk memastikan hal buruk tidak akan terjadi.
3. Memanfaatkan suasana negatif untuk memotivasi diri
Editor’s picks
Dalam sebuah penelitian di Amerika Serikat, seorang pesimis defensif diminta untuk mengkondisikan dirinya dalam suasana hati yang baik ketika mengerjakan serangkaian puzzle, secara mengejutkan Ia malah tampil buruk.
Seorang pesimis defensif lain melakukan hal serupa namun dalam suasana hati yang buruk, dengan diinstruksikan untuk membayangkan sebuah skenario yang memungkinkan mereka mendapat hasil negatif, rupanya mereka tampil jauh lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa seorang pesimis defensif memanfaatkan suasana hati negatif mereka untuk memotivasi diri mereka sendiri agar tampil lebih baik.
Baca Juga: 5 Fakta Optimisme Bisa Bikin Panjang Umur, Jangan Jadi Pesimis ya!
4. Kepercayaan diri untuk menghadapi hal buruk
Seseorang yang pesimis sudah merencanakan sebuah skenerio apabila hal buruk menimpa mereka. Ketika hal buruk tersebut benar-benar terjadi, mereka mampu mengatasinya dengan percaya diri. Dalam sebuah studi bahkan seorang pesimis mampu mengembangkan self-esteem setara dengan seorang optimis.
5. Mampu mengembangkan coping atas penyakit yang diderita
Dalam situasi pandemi seorang yang pesimis lebih bisa membayangkan kondisi kesehatan mereka akan memburuk apabila terserang virus atau penyakit. Mereka yang optimis masih menilai kesehatan mereka akan membaik di masa depan, sedangkan mereka yang pesimis melihat kesehatan mereka semakin buruk di masa depan. Dengan berpandangan seperti itu, seorang pesimis dapat mendalami jenis strategi coping yang diperlukan untuk mengelola gejala penyakit seperti rasa sakit secara fisik.
Tidak selamanya kamu harus menghindari sikap pesimis. Baik itu optimis maupun pesimis, kamu akan membutuhkannya pada saat-saat tertentu. Sebuah kondisi bisa memiliki hasil akhir yang sangat baik atau bahkan sangat buruk, semua itu tergantung dengan cara kita mengelola sikap.
Baca Juga: 5 Pengaruh Buruk Jika Menikahi Pasangan Pesimis, Hidupmu Merosot!
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.