5 Alasan Kenapa Generasi Milenial Selalu Merasa Masih Muda

Di tengah pesatnya perkembangan zaman, generasi milenial yang kini rata-rata berusia antara 30 hingga awal 40an sering masih merasa seperti usia 20an. Banyak dari mereka yang belum merasa dewasa sepenuhnya, meskipun secara usia sudah jauh dari remaja. Ini bukan hanya soal nostalgia atau denial terhadap usia, tapi ada pola psikologis dan budaya yang ikut membentuk perasaan ini, lho.
Fakta bahwa milenial sering merasa masih muda adalah fenomena menarik yang mencerminkan cara mereka menjalani dan memaknai hidup. Nah, supaya kamu gak penasaran, berikut ini lima alasan kenapa generasi milenial sering merasa masih muda. Let's check it out!
1. Standar dewasa yang terus bergeser

Zaman dulu, seseorang dianggap dewasa saat sudah menikah, memiliki rumah, dan pekerjaan tetap. Namun bagi milenial, banyak pencapaian hidup konvensional itu tertunda karena keadaan ekonomi dan sosial yang berbeda. Akibatnya, mereka tidak merasa sepenuhnya dewasa karena belum memenuhi hal tersebut.
Perasaan belum dewasa ini berimbas pada cara mereka memandang diri sendiri. Tanpa status atau peran sosial yang jelas seperti orang tua yang punya anak, pemilik rumah, atau pimpinan kantor, banyak milenial merasa mereka masih dalam fase pencarian jati diri. Hal ini membuat usia biologis mereka terasa tidak sinkron dengan usia mental.
2. Budaya pop yang terus berkembang

Generasi milenial tumbuh bersama budaya pop yang terus berkembang dan beradaptasi. Mereka menyaksikan evolusi dunia dari konvensional hingga kini menjadi makin modern. Karena masih mengikuti tren, nonton film animasi, bermain game, atau mendengarkan musik masa kini, milenial merasa tidak jauh berbeda dari generasi di bawahnya.
Akses ke hiburan yang sifatnya ringan, seru, dan kadang kekanak-kanakan membuat batas usia menjadi kabur. Saat kamu bisa tertawa menonton meme yang sama dengan Gen Z, atau nonton ulang Harry Potter serta film-film jadul seolah masih remaja, gak aneh kalau kamu merasa masih muda banget.
3. Lingkaran pertemanan yang seumuran

Banyak milenial tetap dikelilingi oleh teman-teman sebaya yang menjalani fase hidup serupa alias belum menikah, masih nge-kos, kerja serabutan, atau baru mulai usaha. Karena tidak ada banyak tekanan sosial untuk berubah, mereka cenderung merasa stagnan dalam usia yang sama.
Ditambah dengan gaya hidup sosial yang tetap aktif nongkrong, traveling bareng, dan lainnya membuat generasi milenial kerap merasa seperti masih kuliah atau baru lulus. Ketika lingkungan tidak memberi tanda bahwa ini waktunya untuk berubah, maka otak pun tak akan menganggap diri sudah benar-benar dewasa.
4. Internet membuat waktu terasa datar

Hidup di era digital membuat waktu terasa lebih cepat tapi juga datar. Rutinitas scrolling media sosial, bekerja dari laptop, dan minimnya perubahan fisik membuat banyak milenial merasa seperti hari-hari mereka berjalan dalam lingkaran yang sama. Mereka juga gak menemukan banyak tanda bahwa waktu telah berlalu jauh.
Berbeda dengan generasi sebelumnya yang merasakan perubahan drastis dari fase hidup satu ke lainnya, milenial kerap berada dalam loop digital yang tidak memberi rasa tua. Bahkan, lewat foto-foto lama di media sosial, mereka bisa kembali ke momen-momen muda kapan saja, sehingga memperkuat ilusi bahwa usia tidak benar-benar bertambah.
5. Kebutuhan psikologis untuk "merasa muda"

Merasa muda adalah cara alami untuk mempertahankan semangat, motivasi, dan energi hidup. Dalam dunia yang makin kompetitif dan cepat berubah, banyak milenial merasa perlu menjaga jiwa muda agar tetap adaptif. Memiliki identitas masih muda ini menjadi pelindung dari rasa gagal atau tekanan menjadi dewasa.
Bagi sebagian milenial, merasa muda juga memberi ruang untuk menunda beban tanggung jawab berat. Mereka lebih nyaman mengeksplorasi diri tanpa dibebani ekspektasi tentang usia. Dalam konteks ini, perasaan muda bukan sekadar penyangkalan, tapi juga bentuk perlawanan terhadap standar usia yang kaku.
Merasa muda bisa menjadi kekuatan, selama tetap diiringi dengan kesadaran akan tanggung jawab. Pada akhirnya, tua atau muda bukan hanya soal angka, tapi soal cara menjalani hidup. Justru dengan merasa masih muda, para milenial bisa mendapatkan semangat untuk bertahan dalam kerasnya hidup.