Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Alasan Kenapa Hujan Dirindukan saat Panas, Tapi Dikeluhkan saat Datang

ilustrasi pria nongkrong di kafe saat hujan
ilustrasi pria nongkrong di kafe saat hujan (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • Hujan menawarkan suasana tenang dan relaksasi.
  • Otak manusia lebih fokus pada hal negatif daripada positif.
  • Manusia cenderung cepat bosan dan menginginkan suasana baru.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Tahu gak? Ada satu fenomena yang hampir selalu terjadi setiap tahun saat musim kemarau. Tepatnya saat matahari lagi panas-panasnya, yang kalau kena kulit sampai cekit-cekit, kepala cenut-cenut, gerah, dan gak jarang bikin emosi. Kebanyakan orang akan menggerutu dan spontan merindukan hujan untuk bikin adem udara saat itu.

Tapi anehnya, begitu hujan beneran datang, gak sedikit orang yang ngedumel karena aktivitasnya malah jadi terganggu. Selain karena memang sifat manusia yang gak pernah puas, ternyata ada penjelasan ilmiah di balik drama musiman ini, lho!

1. Suka hal menenangkan, tapi gak mau repot

Ilustrasi wanita memakai jas hujan
Ilustrasi wanita memakai jas hujan (freepik.com/drobotdean)

Hujan memang sering dikaitkan dengan suasana tenang. Suara rintik-rintik dan udara yang adem bikin vibes-nya serasa lebih damai. Menurut The Mind Company, suara hujan bekerja sebagai “white noise” yang membantu tubuh merasa lebih rileks dan tenang. Studi juga menunjukkan bahwa suara alam seperti hujan dapat menurunkan aktivitas amigdala atau bagian otak yang mengatur stres serta mengaktifkan default mode network yang berkaitan dengan relaksasi. Akibatnya, tubuh jadi lebih tenang, pernapasan melambat, dan suasana hati pun membaik.

Di sisi lain, kita juga harus menghadapi kerepotan saat hujan datang, seperti jalan yang becek, rawan macet, aktivitas tertunda, hingga jemuran yang nggak kering-kering. Jadi, sebenarnya kita cuma suka dengan manfaat hujan aja, tapi ogah sama konsekuensinya.

2. Otak kita lebih peka pada hal-hal yang sifatnya mengganggu

ilustrasi curah hujan ekstrem
ilustrasi curah hujan ekstrem (pexels.com/Kaique Rocha)

Ibarat kata “satu keburukan lebih diingat daripada 1000 kebaikan”, otak manusia lebih fokus pada hal negatif daripada hal positif. Fenomena ini disebut sebagai bias negatif. Psychology Today menjelaskan bahwa bias negatif merupakan kecenderungan otak manusia untuk lebih fokus dan mengingat hal-hal negatif dibandingkan yang positif. Hal ini diyakini sebagai mekanisme manusia untuk bertahan hidup dengan selalu waspada terhadap bahaya.

Jadi bukan cuacanya yang bikin kita berubah, tapi fokus otak yang bergeser. Ya, memang begitulah cara otak kita bekerja, tapi tentu bisa kita kendalikan biar gak merugikan, ya!

3. Kita lebih cepat bosan dan menginginkan suasana baru

ilustrasi air hujan
ilustrasi air hujan (pexels.com/Genaro Servin)

Manusia memang gak pernah puas. Dikasih panas, maunya hujan. Dikasih hujan, maunya panas. Ternyata kita memang cepat terbiasa dengan sesuatu, lalu pengin hal yang berlawanan dengan keadaan saat ini. Kondisi ini dinamakan “hedonic adaption”, seperti dijelaskan Psych Central, bahwa manusia cenderung cepat terbiasa dengan perubahan dalam hidupnya, baik itu hal yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Makanya, setelah melewati masa-masa awal yang kuat secara emosional, lama kelamaan kita akan kembali merasa biasa aja.

Hal ini jugalah yang terjadi ketika kita pengin buru-buru turun hujan, tapi juga pengin hujannya segera pergi saat udah terbiasa dengan suasananya.

4. Panas bikin tubuh jadi lelah, hujan bikin tubuh jadi lambat

ilustrasi menikmati hujan
ilustrasi menikmati hujan (pexels.com/Helena Jankovičová Kováčová)

Saat panas, tubuh bekerja lebih keras untuk mempertahankan suhu optimalnya dengan meningkatkan detak jantung dan mengeluarkan keringat. Paparan suhu tinggi dalam waktu lama juga menyebabkan dehidrasi, yang bikin aliran darah ke otak melambat, sehingga tubuh kita jadi lelah. Itu kenapa, kita cenderung pengin hujan.

Sebaliknya, saat hujan, ritme tubuh jadi melambat, kita jadi relaks dan pengin rebahan, minum teh hangat, dengerin lagu mellow, atau sekadar bengong aja gak ngapa-ngapain. Tubuh serasa dapat cooling system alami. Di sisi lain, perubahan tekanan udara dan kelembapan saat hujan juga bisa bikin sebagian orang merasa pusing atau lesu. Makanya kita jadi berharap ada matahari nongol dan panas lagi. Kayak gitu aja terus.

Hujan dirindukan saat panas karena ia menawarkan udara yang lebih sejuk, suasana yang lebih tenang, dan ritme hidup yang melambat. Namun ketika hujan benar-benar datang, sudah selayaknya kita juga harus siap menghadapi kerepotan yang menyertainya. Jadi sebenarnya kita gak benci hujan, namun kondisi otak dan psikologis kita yang cara kerjanya demikian. Kadang yang perlu kita lakukan hanya belajar menerima bahwa setiap hal yang datang pasti ada baik dan buruknya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nabila Inaya
EditorNabila Inaya
Follow Us

Latest in Life

See More

Warga Jaga Warga, Kolaborasi Perawat dan Desa di Bali Lawan Kekeringan

13 Nov 2025, 14:50 WIBLife