Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Alasan Kamu Sulit Melepas Kebencian Terhadap Orang Lain, Benar?

ilustrasi seorang perempuan bersedih (pexels.com/RDNE Stock project)
Intinya sih...
  • Disakiti oleh orang lain dapat menyebabkan emosi negatif seperti kemarahan, kesedihan, dan kekecewaan yang memenuhi pikiran.
  • Kamu sulit melepas kebencian terhadap orang lain karena takut menghadapi masalah secara langsung dan merasa bahwa orang tersebut masih perlu bertanggungjawab atas perbuatannya.
  • Memendam kebencian bisa berdampak buruk terhadap dirimu, termasuk merenggangkan hubungan, sering berprasangka buruk, serta memengaruhi kondisi fisik dan mental.

Disakiti oleh orang lain sering kali berdampak panjang pada diri kita sendiri. Hal itu bisa memicu emosi negatif berupa kemarahan, kesedihan, kekecewaan, dan frustasi yang dapat memenuhi pikiran, bahkan bisa meninggalkan perasaan ketidakadilan yang mendalam.

Mengalami frustasi dan kekecewaan merupakan hal yang lumrah dalam kehidupan. Namun, ketika emosi negatif menjadi terlalu berlebihan, hal tersebut bisa saja menimbulkan kebencian.

Dikutip Verywell Mind, seorang terapis profesional dan pendiri Bliss Counseling, Rachel Fleischman, LCSW, mengatakan bahwa kebencian bisa membuat seseorang memiliki niat buruk terhadap orang lain atau sesuatu yang menjadi penyebab kebencian di masa lalu. Selain itu, perasaan benci yang ditunjukkan kepada orang lain terkadang juga dapat berkaitan dengan perasaan marah terhadap diri sendiri.

Artinya, menyimpan kebencian memiliki dampak yang lebih besar terhadap diri kita daripada orang yang kita benci. Lantas, mengapa kamu sulit melepas kebencian terhadap orang lain? Yuk, cari tahu selengkapnya di bawah ini!

1.Orang yang merugikanmu tidak meminta maaf

ilustrasi dua perempuan saling membelakangi (pexels.com/Liza Summer)

Alasan pertama kamu sulit melepas kebencian terhadap orang lain karena orang tersebut tidak meminta maaf. Sebagai pihak yang merasa dirugikan atas sesuatu, wajar bila kamu ingin meminta pertanggungjawaban dari orang yang telah merugikanmu. Kamu ingin mereka segera menyadari kesalahannya, meminta maaf, atau berusaha untuk memperbaiki kesalahan tersebut.

Lagi pula itu adalah tindakan yang harus dilakukan oleh orang-orang yang telah berbuat kesalahan, di mana mereka harus menyadari kesalahan mereka dan meminta maaf kepada orang yang bersangkutan. Di samping itu, pengakuan sederhana atas kesalahan orang lain mungkin sudah cukup bagimu untuk bisa melepaskan kebencian terhadap orang tersebut.

Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh seorang terapis klinis, Sarah Baroud, LICSW, dikutip Verywell Mind, “Kita mungkin menunggu orang lain memperhatikan atau mengatakan sesuatu. Jika saya merasa kesal, masuk akal jika saya ingin orang yang saya benci mengambil tindakan untuk memperbaikinya atau meminta maaf”.

2.Takut menghadapi masalah secara langsung

ilustrasi perempuan berdiri (pexels.com/Trung Nguyen)

Alasan kedua kamu mungkin sulit melepas kebencian terhadap orang lain adalah takut menghadapi masalah secara langsung. Ketika dikecewakan, emosi negatif seperti kemarahan, kekesalan, dan kesedihan tentu bisa menguasai dirimu. Hal ini juga yang memicu kamu untuk segera pergi dari orang tersebut dan berusaha untuk tidak berinteraksi dengannya.

Alhasil, kamu merasa bahwa lebih mudah untuk menahan kebencian dibandingkan melakukan upaya untuk menghadapi situasi tersebut atau memperbaiki hubungan. Menurut Baroud, tidak apa-apa bila kamu enggan berinteraksi dengan orang yang kamu benci karena sedang marah, tapi setidaknya penting untuk mengatasi masalah di dalam dirimu dan menemukan kedamaian batin.

3.Merasa bahwa melepaskan kebencian berarti kamu menyerah

ilustrasi seorang wanita bersedih (unsplash.com/Aleksandra Sapozhnikova)

Menurut Baroud, salah satu alasan kamu sulit melepaskan kebencian karena merasa bahwa orang tersebut masih perlu bertanggungjawab atas perbuatannya. Jika memaafkan mereka padahal mereka belum mendapat hukuman atas perilakunya, itu sama seperti kamu menyerah.

“Melepaskan kebencian mungkin terasa seperti kamu menyerah atau seolah kamu membiarkan orang tersebut lolos. Itu mungkin terasa seperti kamu kalah dalam pertempuran,” ujar Baroud.

Padahal, melepaskan kebencian tidak ada hubungannya dengan menang atau kalah. Hal itu tidak membuat orang yang kamu benci menang atau membuat dirimu kalah, tetapi melepaskan kebencian di sini dimaksudkan sebagai upaya kamu untuk menghentikan emosi dan pikiran negatif yang sudah lama terpendam. Melepaskan memungkinkan kamu untuk melanjutkan hidup tanpa ada penghalang apa pun.

4.Kebencian dianggap sebagai mekanisme untuk melindungimu dari rasa sakit hati

ilustrasi perempuan termenung (pexels.com/cottonbro studio)

Dikutip Verywell Mind, Arny Robbins, PsyD, selaku direktur kesehatan mental, mengatakan, bahwa di satu sisi, menyimpan kebencian mungkin bisa melindungimu dari rasa sakit hati di masa depan. Misalnya, ketika kamu dikhianati oleh pasanganmu, alih-alih meratapi nasib atau menyalahkan diri sendiri, kamu mulai sadar bahwa ini bukanlah kesalahanmu dan kamu mungkin dapat mengambil tindakan berani untuk meninggalkannya. Meskipun kebencian dapat membuatmu berani bersikap tegas dan mengambil keputusan, tapi memendam kebencian juga bisa mencegah kamu untuk melangkah maju.

“Dalam jangka pendek, menekan perasaan benci mungkin tampak seperti cara untuk mengatasi rasa sakit hati. Namun, dalam jangka panjang menekan kebencian bisa menyebabkan masalah kesehatan mental, seperti trauma, depresi, dan kecemasan,” ungkap psikolog Susan Albers, PsyD, dikutip Clevelandclinic.

Memendam kebencian bukan hanya menyebabkan pikiran negatif bertahan dalam jangka waktu yang lama, tetapi juga berdampak buruk terhadap dirimu, mulai dari merenggangkan hubungan, sering berprasangka buruk, hingga dapat memengaruhi kondisi fisik serta mental diri sendiri. Jika kamu ingin hidup tenang, maka berbesar hatilah untuk melepaskan kebencian.

Maafkan orang, situasi, atau keadaan apa pun yang telah menyakiti atau merugikan dirimu. Percayalah, memaafkan dapat memberi keajaiban untukmu, mengurangi beban yang ada di dalam benakmu, dan bisa membantu kamu melangkah maju.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Tarmizi Murdianto
EditorMuhammad Tarmizi Murdianto
Follow Us