Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apa Itu Over-Explaining? Ini 5 Cara Mengatasinya

ilustrasi mengobrol (.pexels.com/Gustavo Fring)
Intinya sih...
  • Istilah over-explaining semakin populer di media sosial dan berasal dari ranah kesehatan mental.
  • Over-explaining seringkali merupakan respons trauma yang umum terjadi pada mereka yang sering dibuat merasa bersalah sebagai seorang anak.
  • Melatih diri untuk lebih banyak mendengarkan, melakukan refleksi diri, dan mengadopsi pola pikir yang berbeda dapat membantu mengatasi perilaku over-explaining.

Terdapat banyak istilah yang semakin tenar dan diperkenalkan di media sosial. Istilah ini pun berasal dari berbagai macam ranah, gak jarang juga berasal dari ranah kesehatan mental.

Salah satu istilah yang mungkin sering kamu dengar adalah over-explaining, yakni keadaan di mana seseorang merasa perlu menjelaskan sesuatu secara berlebihan. Namun, tahukah kamu bila di balik kecenderungan ini ternyata terdapat alasan mengapa over-explaining sering kali dilakukan dan mengarah kepada trauma.    

Over-explaining berarti menjelaskan sesuatu secara berlebihan. Over-explaining adalah respons trauma yang umum terjadi pada mereka yang sering dibuat merasa bersalah sebagai seorang anak. Seiring ia bertumbuh, keinginan untuk menolong orang lain memberikan rasa aman,” ungkap Dr. Caroline Leaf, ahli patologi komunikasi dan ahli saraf kognitif dalam laman resminya, Dr. Leaf.

Untuk itu, menurutnya dibutuhkan beberapa cara yang bisa dilakukan agar over-explaining tidak mengganggu diri sendiri maupun lawan bicara. Yuk, simak caranya di bawah ini!

1. Mencari tahu alasan sebenernya kenapa kamu merasa perlu menjelaskan sesuatu secara berlebihan dan berujung over-explaining

ilustrasi mengobrol (pexels.com/cottonbro studio)

Pertama, Dr. Caroline menyarankan untuk melakukan refleksi mengapa kamu memiliki kecenderungan untuk menjelaskan sesuatu secara berlebihan. Ini karena di balik alasan tersebut mungkin kamu memiliki luka terpendam yang tidak sempat diobati dan berujung menjadi trauma.

“Tanyakanlah kepada diri sendiri apakah kamu sering meminta maaf secara berlebihan? Apakah kamu kesulitan untuk mengatakan tidak? Dan apakah kamu mungkin terlalu banyak memikirkan skenario terburuk? Pertanyaan-pertanyaan ini bisa menyingkap mengapa kamu mungkin sebenanrnya memiliki alasan utama untuk menjelaskan sesuatu secara berlebihan,” ungkapnya.

Ia pun menyarankan untuk melakukan refleksi diri apakah kebiasaan over-explaining yang kamu lakukan berdampak pada hubungan dan bagaimana hidupmu berjalan. Adapun jika kamu kesulitan untuk mengetahui alasan sebenarnya, kamu bisa bertanya kepada orang-orang terdekat untuk membantu mengetahui alasan di balik perilaku over-explaining. 

2. Melatih diri untuk lebih banyak mendengarkan daripada berbicara

ilustrasi mengobrol dengan teman (pixabay.com/Surprising_SnapShoots)

Dilansir Forbes, terlalu banyak menjelaskan dapat melemahkan dan mengurangi kualitas komunikasi. Penelitian dari Harvard Business Review menunjukkan bahwa orang hanya dapat memproses begitu banyak informasi sekaligus.

Ketika percakapan penuh dengan penjelasan, pendengar sering kali menjadi gak fokus atau bahkan kehilangan arah. Untuk itu, kamu perlu melatih diri untuk lebih banyak mendengarkan dibandingkan berbicara agar dapat melakukan komunikasi yang efektif.

Namun, perlu kamu ketahui bahwa komunikasi yang efektif bukan berarti membanjiri pendengar dengan detail. Sebaliknya, komunikasi yang efektif berarti membiarkan pesan utama tetap menonjol yang bisa dilakukan dengan memberikan jeda singkat dan lebih banyak mendengarkan. 

3. "Pause" terkadang diperlukan, biasakan diri memiliki jeda ketika berbicara dengan orang lain

ilustrasi orang mengobrol (unsplash.com/@trung18tuoi)

Berhenti sejenak untuk merefleksikan kembali apa yang telah dikatakan dapat meningkatkan maksud komunikasi dan memastikan bahwa setiap orang merasa didengar dan dipahami. Untuk itu, memiliki jeda atau pause ke dalam komunikasi sehari-hari adalah kebiasaan penting untuk dapat berubah sedikit demi sedikit.  

Setiap setelah kamu menyampaikan pendapat dan berbicara, kamu bisa melatih diri dengan mengambil jeda sejenak sebelum merespons. Kebiasaan ini akan memberikan kesempatan bagi orang lain untuk memprosesnya, sehingga membuat komunikasi terasa lebih terarah. Dalam wawancara, khususnya menahan diri dari keinginan untuk mengisi setiap keheningan juga dapat menunjukkan bahwa kamu memiliki rasa percaya diri.

4. Membiasakan diri untuk mengadopsi pola pikir dan kebiasaan yang mencegahmu untuk over-explaining

Ilustrasi pasangan mengobrol. (Pexels.com/gratispik)

Langkah selanjutnya, kamu juga perlu membiasakan diri untuk mengadopsi pola pikir yang berbeda. Berlatihlah dengan memiliki sikap sabar terhadap diri sendiri dan menjaga batasan dengan orang lain ketika kamu ingin memulai komunikasi.

Karena perilaku ini bisa berasal dari trauma, Dr. Caroline juga menyaranakan untuk belajar menerima ketidaknyamanan karena mengecewakan orang lain. Ketahuilah bahwa kamu tidak bisa menyenangkan semua orang dan satu-satunya orang yang harus kamu prioritaskan adalah dirimu sendiri. Cara lainnya yang dapat kamu lakukan adalah dengan melatih diri memanajemen pikiran dan mengatur reaksimu terhadap orang lain.

5. Di setiap obrolan, cari titik tengah antara berbicara dan mendengarkan

ilustrasi mengobrol dengan teman (pexels.com/@ivan samkov)

Setiap orang pastinya memiliki kebiasaan berkomunikasi yang berbeda-beda. Bagi para introver, biasanya mereka mungkin akan merespons dengan lebih berhati-hati dan memiliki beberapa jeda sebelum merespons.

Sebaliknya, orang ekstrover mungkin dapat melihat “jeda” dalam komunikasi sebagai sesuatu yang canggung dan berasumsi bahwa percakapan tidak berjalan baik. Namun, meski keduanya berbeda, terdapat social cues atau isyarat yang menunjukkan kapan waktunya untuk berhenti sejenak dan membiarkan orang lain berbicara.

Nah, untuk mengatasi over-explaining, memerhatikan momen-momen ini bisa jadi cara kamu untuk meningkatkan rasa percaya diri, sekaligus tetapi juga menciptakan komunikasi seimbang. 

Itu dia cara untuk mengatasi perilaku over-explaining yang bisa memengaruhi hubunganmu dengan orang lain dan dengan diri sendiri. Semoga cara dan tips di atas bisa membantu, ya!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Tarmizi Murdianto
Hani Safanja
Muhammad Tarmizi Murdianto
EditorMuhammad Tarmizi Murdianto
Follow Us