Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apakah Menghitung Hari Baik-Buruk Termasuk Syirik? Ini Penjelasannya

ilustrasi kalender (pexels.com/Leeloo Thefirst)

Tradisi penentuan tanggal baik masih banyak dilakukan, terutama oleh orang Jawa. Umumnya, perhitungan hari baik-buruk dilakukan saat akan menggelar acara-acara penting, seperti resepsi pernikahan dan pindahan rumah.

Meski masih lumrah, tapi tradisi tersebut kerap menuai perdebatan, apalagi jika dikaitkan dengan perspektif Islam. Pasalnya, tradisi itu dianggap menomorduakan Allah Swt hingga disebut syirik.

Lantas, dalam Islam, apakah menghitung hari baik-buruk termasuk syirik? Untuk tahu jawabannya, simak ulasan di bawah ini!

Apakah menghitung hari baik-buruk termasuk syirik?

ilustrasi kalender (pexels.com/Cottonbro Studio)

Sebelumnya, perlu diingat bahwa kita tidak boleh melabeli sesuatu sebagai kesyirikan secara sembarangan. Terutama bila kita gak punya dasar ilmu dan pengetahuan yang cukup mendalam.

Dalam Islam sendiri, penentuan hari baik-buruk ini bisa dianggap perbuatan yang syirik ataupun tidak syirik. Itu tergantung pada bagaimana cara kita memaknainya sebagaimana dijelaskan dalam pendapat Imam Syafi'i berikut ini: 

إِن كَانَ المنجم يَقُول ويعتقد أَن لَا يُؤثر إِلَّا الله لَكِن أجْرى الله تَعَالَى الْعَادة بِأَنَّهُ يَقع كَذَا عِنْد كَذَا والمؤثر هُوَ الله فَهَذَا عندى لَا بَأْس بِهِ وَحَيْثُ جَاءَ الذَّم ينبغى أَن يحمل على من يعْتَقد تَأْثِير النُّجُوم وَغَيرهَا من الْمَخْلُوقَات انْتهى

Artinya: "Apabila ahli nujum itu berkata dan meyakini bahwasanya tidak ada yang dapat memberi pengaruh [baik-buruk] selain Allah, hanya saja Allah menjadikan kebiasaan bahwa terjadi hal tertentu di waktu tertentu sedangkan yang dapat memberi pengaruh hanyalah Allah semata, maka ini menurutku tak mengapa. Celaan yang ada terhadap hal ini seyogyanya dibawakan dalam konteks apabila diyakini bahwa bintang-bintang itu atau makhluk lainnya bisa memberikan pengaruh [baik-buruk]." (Tajuddin as-Subki, Thabaqât as-Syâfi’iyah al-Kubrâ, juz II, halaman 102)

Berdasarkan argumen di atas, perhitungan hari baik dan buruk tidak dianggap syirik. Namun, syaratnya adalah kita yakin bahwa segala sesuatu hanya akan terjadi atas kuasa Allah Swt.

Sebaliknya, apabila kita yakin bahwa hasil ramalan akan mendatangkan keberuntungan atau kesialan, maka perbuatan tersebut syirik. Untuk berjaga-jaga, sebaiknya kita mulai menjauhi segala aktivitas yang berpotensi menjurus pada kesyirikan.

Hari baik atau buruk itu tidak ada

ilustrasi kalender (pexels.com/Александар Цветановић)

Setelah membahas tentang apakah menghitung hari baik-buruk termasuk syirik, kita harus paham bahwa tidak ada istilah hari baik ataupun buruk dalam Islam. Hal ini dijelaskan dalam sabda Rasulullah SAW yang berbunyi:

"Tidak ada wabah (yang menyebar dengan sendirinya tanpa kehendak Allah), tidak pula ramalan sial, tidak pula burung hantu dan juga tidak ada kesialan pada bulan Shafar." (HR. Bukhari dan Muslim)

Semua hari punya kebaikannya masing-masing. Perihal takdir, kita perlu meyakini ketentuan yang telah digariskan oleh Allah.

Takdir ada di tangan Allah SWT

ilustrasi orang beribadah (pexels.com/Thirdman)

Allah telah menuliskan ketentuan seluruh ciptaan-Nya dalam al-Lauhul Mahfuzh. Mencakup segala sesuatu yang terjadi di masa lalu, masa kini, masa depan, hingga hari kiamat nanti. 

Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah berikut.

ما أصاب من مصيبة فى الأرض ولا فى أنفسكم إلا فى كـتب من قبل أن نبرأهاۚۚإن ذلك على الله يسر

Artinya: "Tidak ada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya." (Qs. Al-Hadid: 22)

Penjelasan di atas juga diperkuat dengan sabda Rasulullah saw yang berbunyi:

كتب الله مقادير الخلا ئق قبل أن يخلق السماوات زالأرض بخمسبن ألف سنة

Artinya: "Allah telah menulis seluruh takdir seluruh makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi." (Shahih, riwayat Muslim dalam Shahih-nya, kitab al-Qadar (no. 2653), dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, diriwayatkan pula oleh Tirmidzi (no. 2156), Imam Ahmad (II/169), Abu Dawud ath-Thayalisi (no. 557))

Oleh karena itu, takdir baik maupun buruk tiap manusia hanya ada di tangan Allah. Tak ada satu makhluk pun yang tahu akan takdir makhluk lainnya.

Itulah penjelasan tentang apakah menghitung hari baik-buruk termasuk syirik menurut Islam. Penghitungan hari baik-buruk bisa dikatakan tidak syirik jika ke percaya Allah satu-satunya Pemilik Alam Semesta.

Hanya saja, sebaiknya jauhi kepercayaan terhadap hari baik dan hari buruk terutama jika kamu merasa keimananmu akan berkurang. Semoga informasi ini bermanfaat, ya! 

Penulis: Kartika Puspita Dewi

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ana Widiawati
Rihanna Bunga
Ana Widiawati
EditorAna Widiawati
Follow Us