Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ayat Al-Quran tentang Kedudukan Wanita dan Penjelasannya

ilustrasi muslimah berkumpul untuk ibadah (pexels.com/Alena Darmel)
ilustrasi muslimah berkumpul untuk ibadah (pexels.com/Alena Darmel)

Wanita dalam Islam memiliki kedudukan yang sangat penting. Di dalam Al-Quran, terdapat ayat-ayat yang membahas tentang peranan serta hak wanita yang penting di banyak bidang. Dewasa ini, stigma antara perempuan dan laki-laki semakin berkembang dengan adanya stigma kesetaraan gender.

Hal ini tentunya selaras dengan pandangan Islam yang pada hakikatnya baik perempuan maupun laki-laki memiliki hak serta kedudukan yang sama dari pendidikan, beribadah, hingga dalam pekerjaan. Agar lebih memahami lagi tentang kedudukan wanita di dalam Islam, berikut penjelasan dan pembahasan ayat Al-Quran tentang kedudukan wanita menurut agama Islam.

1. Kedudukan wanita saat ibadah

istockphoto.com
istockphoto.com

Ayat Al-Quran yang menerangkan tentang kedudukan wanita saat ibadah adalah Surat Ali Imran ayat 195. Ayat ini diturunkan sebab mereka melakukan amal baik, tekun, serta penuh dengan keikhlasan. Selain itu, di dalamnya disertai dengan lantunan doa yang sungguh-sungguh.

Oleh sebab itu, Allah SWT mengabulkan doa mereka. Allah SWT di dalam surat tersebut menjelaskan bahwa baik lelaki maupun perempuan tidak akan dibeda-bedakan amalannya, serta amalan yang mereka kerjakan tidak akan sia-sia.

Allah SWT Berfirman (surat Ali Imran ayat 195)

فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ اَنِّيْ لَآ اُضِيْعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِّنْكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى ۚ بَعْضُكُمْ مِّنْۢ بَعْضٍ ۚ فَالَّذِيْنَ هَاجَرُوْا وَاُخْرِجُوْا مِنْ دِيَارِهِمْ وَاُوْذُوْا فِيْ سَبِيْلِيْ وَقٰتَلُوْا وَقُتِلُوْا لَاُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّاٰتِهِمْ وَلَاُدْخِلَنَّهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۚ ثَوَابًا مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۗ وَاللّٰهُ عِنْدَهٗ حُسْنُ الثَّوَابِ

fastajāba lahum rabbuhum annī lā uḍī'u 'amala 'āmilim mingkum min żakarin au unṡā, ba'ḍukum mim ba'ḍ, fallażīna hājarụ wa ukhrijụ min diyārihim wa ụżụ fī sabīlī wa qātalụ wa qutilụ la`ukaffiranna 'an-hum sayyi`ātihim wa la`udkhilannahum jannātin tajrī min taḥtihal-an-hār, ṡawābam min 'indillāh, wallāhu 'indahụ ḥusnuṡ-ṡawāb

Artinya: 

“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan, (karena) sebagian kamu adalah (keturunan) dari sebagian yang lain. Maka orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang terbunuh, pasti akan Aku hapus kesalahan mereka dan pasti Aku masukkan mereka ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, sebagai pahala dari Allah. Dan di sisi Allah ada pahala yang baik.””

2. Kedudukan wanita dalam pendidikan

ilustrasi perempuan muslimah (freepik.com/pch.vector)
ilustrasi perempuan muslimah (freepik.com/pch.vector)

Surat Al-Mujadalah ayat 11 menjelaskan bahwa kedudukan para wanita dan para lelaki dalam pendidikan sama setaranya. Allah SWT akan senantiasa meninggikan derajat kaum-Nya baik lelaki maupun perempuan dengan ilmu yang dimilikinya.

Dalam surat Al-Mujadalah ayat 11, dijelaskan bahwa seorang muslim yang memiliki kedudukan tinggi yaitu muslim yang memiliki iman serta ilmu. Ilmu yang dimiliki seorang muslim tersebut lalu diamalkan sesuai dengan perintah Allah SWT serta Rasulullah SAW.

Allah SWT akan memberi balasan yang setimpal yaitu, adil sesuai dengan apa yang telah dilakukan orang tersebut. Dalam ayat ini juga dijelaskan bahwa Allah SWT mengetahui segala hal yang dilakukan umatnya. 

Untuk para kaum wanita yang akan menjadi seorang ibu, ilmu sangat penting untuk kehidupan anak-anaknya kelak. Karena tanpa ilmu mustahil seorang wanita dapat menjadi istri sekaligus ibu dalam satu waktu.

Allah SWT berfirman (surat Al-Mujadalah ayat 11)

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

yā ayyuhallażīna āmanū iżā qīla lakum tafassaḥụ fil-majālisi fafsaḥụ yafsaḥillāhu lakum, wa iżā qīlansyuzụ fansyuzụ yarfa'illāhullażīna āmanụ mingkum wallażīna ụtul-'ilma darajāt, wallāhu bimā ta'malụna khabīr

Artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti apa yang kamu kerjakan.”

3. Kedudukan wanita dalam pekerjaan

Pexels/Anna Shvets
Pexels/Anna Shvets

Hakikatnya kedudukan wanita dalam bidang pekerjaan sama serunya dengan laki-laki di Islam. Dengan penegasan bahwa wanita tidak melupakan kodratnya untuk mendidik anak-anaknya serta patuh dengan suami.  

Hal yang harus dicatat dan diingat para wanita yang ingin bekerja adalah harus mendapatkan restu dari keluarga atau dari suami jika ia sudah menikah. Seperti yang firman Allah SWT dalam surat Al-Ahzab ayat 33.

Allah SWT berfirman (surat Al-Ahzab ayat 33):

وَقَرْنَ فِيْ بُيُوْتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْاُوْلٰى وَاَقِمْنَ الصَّلٰوةَ وَاٰتِيْنَ الزَّكٰوةَ وَاَطِعْنَ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ ۗاِنَّمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ اَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيْرًاۚ

wa qarna fī buyụtikunna wa lā tabarrajna tabarrujal-jāhiliyyatil-ụlā wa aqimnaṣ-ṣalāta wa ātīnaz-zakāta wa aṭi'nallāha wa rasụlah, innamā yurīdullāhu liyuż-hiba 'angkumur-rijsa ahlal-baiti wa yuṭahhirakum taṭ-hīrā

Artinya:

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliah dahulu, dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.”

4. Kedudukan wanita dalam pembagian warisan

ilustrasi berprasangka baik pada teman (pexels.com/MART PRODUCTION)
ilustrasi berprasangka baik pada teman (pexels.com/MART PRODUCTION)

Surat An-Nisa ayat 11 menjelaskan tentang pembagian warisan untuk seorang wanita. Dalam surat ini dijelaskan bahwa seorang Muslim wajib menyelesaikan harta warisan untuk anak-anak yang telah ditinggalkan oleh orang tua mereka, untuk anak perempuan ataupun lelaki.

Jika ahli waris terdiri dari anak lelaki dan perempuan, anak laki-laki akan mendapatkan dua bagian dan anak perempuan akan mendapatkan satu bagian.

Mengapa anak lelaki mendapatkan dua bagian sedangkan perempuan mendapatkan satu bagian? Hal ini tentunya memiliki alasan tersendiri, yaitu karena lelaki memiliki kebutuhan hidup yang lebih banyak, harta yang ia dapatkan akan digunakan untuk menafkahi istrinya sekaligus anak-anaknya. Sedangkan harta yang didapatkan oleh wanita hanya dipakai untuk membiayai dirinya sendiri.

Allah SWT berfirman (Surat An-Nisa ayat 11)

يُوْصِيْكُمُ اللّٰهُ فِيْٓ اَوْلَادِكُمْ لِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِ ۚ فَاِنْ كُنَّ نِسَاۤءً فَوْقَ اثْنَتَيْنِ فَلَهُنَّ ثُلُثَا مَا تَرَكَ ۚ وَاِنْ كَانَتْ وَاحِدَةً فَلَهَا النِّصْفُ ۗ وَلِاَبَوَيْهِ لِكُلِّ وَاحِدٍ مِّنْهُمَا السُّدُسُ مِمَّا تَرَكَ اِنْ كَانَ لَهٗ وَلَدٌ ۚ فَاِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهٗ وَلَدٌ وَّوَرِثَهٗٓ اَبَوٰهُ فَلِاُمِّهِ الثُّلُثُ ۚ فَاِنْ كَانَ لَهٗٓ اِخْوَةٌ فَلِاُمِّهِ السُّدُسُ مِنْۢ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُّوْصِيْ بِهَآ اَوْ دَيْنٍ ۗ اٰبَاۤؤُكُمْ وَاَبْنَاۤؤُكُمْۚ لَا تَدْرُوْنَ اَيُّهُمْ اَقْرَبُ لَكُمْ نَفْعًا ۗ فَرِيْضَةً مِّنَ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيْمًا حَكِيْمًا

Yụṣīkumullāhu fī aulādikum liż-żakari miṡlu ḥaẓẓil-unṡayaīn, fa ing kunna nisā`an fauqaṡnataini fa lahunna ṡuluṡā mā tarak, wa ing kānat wāḥidatan fa lahan-niṣf, wa li`abawaihi likulli wāḥidim min-humas-sudusu mimmā taraka ing kāna lahụ walad, fa il lam yakul lahụ waladuw wa wariṡahū abawāhu fa li`ummihiṡ-ṡuluṡ, fa ing kāna lahū ikhwatun fa li`ummihis-sudusu mim ba'di waṣiyyatiy yụṣī bihā au daīn, ābā`ukum wa abnā`ukum, lā tadrụna ayyuhum aqrabu lakum naf'ā, farīḍatam minallāh, innallāha kāna 'alīman ḥakīmā

Artinya:

"Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan untuk) anak-anakmu, (yaitu) bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak perempuan. Dan jika anak itu semuanya perempuan yang jumlahnya lebih dari dua, maka bagian mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika dia (anak perempuan) itu seorang saja, maka dia memperoleh setengah (harta yang ditinggalkan). Dan untuk kedua ibu-bapak, bagian masing-masing seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika dia (yang meninggal) mempunyai anak. Jika dia (yang meninggal) tidak mempunyai anak dan dia diwarisi oleh kedua ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga. Jika dia (yang meninggal) mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) setelah (dipenuhi) wasiat yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar) utangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih banyak manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana."

5. Kedudukan wanita dalam keluarga

freepik
freepik

Surat Ali Imran ayat 36 menjelaskan tentang kedudukan wanita dalam keluarga. Dalam ayat ini, Allah SWT menegaskan tentang kemulian seorang anak perempuan yang dilahirkan. Allah SWT juga memberi peringatan keras tentang prasangka bahwa bayi perempuan lebih rendah kedudukannya dibandingkan bayi laki-laki seperti pengharapan istri Imran.

Karena istri Imran menyadari bahwa putri yang lahir dari rahimnya tersebut memiliki hikmah yang banyak di baliknya, ia akhirnya memberikan nama Maryam untuk anak perempuannya tersebut. 

Istri Imran tersebut tidak menyerahkan anaknya kepada Baitul Maqdis yang sebelumnya sudah dinazarkan. Ia meminta pertolongan kepada Allah SWT untuk menjaga bayinya dari godaan setan yang akan membuat putrinya jatuh dari kebaikan.

Allah SWT berfirman (Surat Ali Imran ayat 36)

فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ اِنِّيْ وَضَعْتُهَآ اُنْثٰىۗ وَاللّٰهُ اَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْۗ وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْاُنْثٰى ۚ وَاِنِّيْ سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ وَاِنِّيْٓ اُعِيْذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطٰنِ الرَّجِيْمِ

fa lammā waḍa'at-hā qālat rabbi innī waḍa'tuhā unṡā, wallāhu a'lamu bimā waḍa'at, wa laisaż-żakaru kal-unṡā, wa innī sammaituhā maryama wa innī u'īżuhā bika wa żurriyyatahā minasy-syaiṭānir-rajīm

Artinya :

“Maka ketika melahirkannya, dia berkata, “Ya Tuhanku, aku telah melahirkan anak perempuan.” Padahal Allah lebih tahu apa yang dia lahirkan, dan laki-laki tidak sama dengan perempuan. ”Dan aku memberinya nama Maryam, dan aku mohon perlindungan-Mu untuknya dan anak cucunya dari (gangguan) setan yang terkutuk.”

Demikianlah pembahasan ayat Al-Quran tentang kedudukan wanita dalam Islam. Ternyata, di dalam Al-Quran pun wanita memiliki kedudukan yang sama dengan lelaki, ya!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Cynthia Nanda Irawan
EditorCynthia Nanda Irawan
Follow Us