Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Biar Lebih Gampang Berubah, Kenali 5 Penyebab Kamu Susah Berdisiplin 

Pexels.com/jessica-ticozzelli-2367080

Di sekolah, di kampus, dan di tempat kerja kamu dipaksa untuk berdisiplin. Ada sejumlah aturan yang harus kamu taati. Kalau tidak, berbuah sanksi. Namun membawa disiplin ke dalam kehidupanmu sehari-hari, menjadikannya meresap ke dalam dirimu sering terasa sulit.

Kamu gak bisa berdisiplin kalau gak ditakut-takuti dengan hukuman. Padahal, disiplin sangat menentukan kesuksesanmu. Dan disiplin yang akan membawamu pada keberhasilan hanyalah disiplin yang berakar kuat dalam dirimu, bukan akibat tekanan dari luar.

Sudah saatnya kamu berubah. Namun berubah juga jadi tak mudah kalau kamu gak tahu apa yang membuatmu susah berdisiplin. Coba periksa yuk, mungkin penyebabnya ada di bawah ini!

1.Dibesarkan dalam keluarga yang kurang menerapkan disiplin

Pexels.com/feelartfeelant

Kamu tidur sampai siang, gak ada yang membangunkanmu. Kamu tidak membereskan piring dan gelas kotor sehabis makan, orangtua yang melakukannya untukmu. Kamu sembarangan menaruh pakaian kotor, dibiarkan saja.

Apakah seperti itu kebiasaan di rumahmu selama ini? Jika ya, maklum bila sampai dewasa, kamu susah sekali untuk berdisiplin. Tetapi yang harus kamu sadari, sekarang kamu sudah dewasa.

Kamu punya otoritas penuh untuk mengarahkan hidupmu sendiri. Sekalipun dibesarkan dalam keluarga yang kurang mengajarimu tentang disiplin, tidak pernah ada kata terlambat untuk mempelajarinya sendiri. Bulatkan tekadmu untuk berubah.

2.Keluargamu justru amat kaku soal disiplin sehingga kamu muak dan setelah tinggal sendiri menerapkan gaya hidup semaumu

Pexels.com/victoria-borodinova-392079

Ini berkebalikan dengan poin pertama. Kali ini keluargamu malah kebablasan dalam menerapkan disiplin sehingga kamu kapok, gak ingin lagi hidup dengan disiplin. Tidak ada tawar-menawar dalam setiap aturan yang dibuat orangtuamu. Sekali melanggar, hukumannya tak main-main.

Kamu dibesarkan dengan pola asuh otoriter. Sangat dimengerti bila kamu menjadi trauma dengan disiplin. Tetapi kamu juga harus belajar memahami bahwa kekeliruan berada pada cara orang tuamu menerapkan disiplin, bukan disiplin itu sendiri. Ayo, simak poin berikutnya.

3.Berpikir disiplin berarti kaku, bikin terkekang

Pexels.com/tamba09

Sebagian orang memandang disiplin sebagai aturan yang banyak dan setiap pelanggaran langsung berbuah hukuman. Padahal penerapan disiplin yang tepat justru tidak seperti itu.

Disiplin hanyalah sesederhana semua ada porsinya dan kita berusaha menaatinya sehingga tercipta kerutinan dan ketertiban. Bila lantaran satu dan lain hal kita tidak bisa menaatinya, jika memungkinkan, kita menggantinya di kesempatan berikutnya. Bila tidak bisa diganti, yang penting esok sudah kembali ke rutinitas semula.

Misal, kamu mewajibkan diri untuk membaca buku selama dua jam setiap hari. Jika sedang sibuk sekali sehingga tidak bisa membaca langsung dua jam atau kamu sulit berkonsentrasi selama itu, kamu bisa memecah waktu membacamu menjadi 4 x 30 menit.

Kalau masih keteteran juga, kamu bisa menambah waktu membaca di akhir pekan atau mengubah strategi menjadi berpegang pada jumlah halaman. Misal, setiap hari membaca dua puluh halaman buku. Intinya, disiplin bukan berarti ketiadaan fleksibilitas dan toleransi.

4.Berada dalam lingkungan pergaulan yang kelewat santai

Pexels.com/akash-kanoujiya-2588232

Suka gak suka, siapa teman-temanmu memang akan memengaruhi siapa kamu. Kalau kamu dikelilingi orang-orang yang berdisiplin, rajin, sibuk dengan kegiatan-kegiatan yang positif; sedikit banyak kamu juga akan menjadi seperti mereka.

Sebaliknya bila teman-temanmu selalu berprinsip, ‘Kan, masih ada besok. Santai sajalah,’ kamu juga akan lebih mudah menunda setiap rencana dan bersikap semaunya. Mau sedikit saja lebih berdisiplin, kamu malah sungkan sama teman-temanmu.

Kalau begini, kapan kamu akan maju? Jangan sampai kamu menyesal. Tahu-tahu menyadari usiamu sudah tak muda lagi dan kamu belum punya prestasi apa-apa yang menunjukkan arah hidupmu.

5.Merasa jiwa pemberontakmu gak sesuai dengan gaya hidup disiplin

Pexels.com/roman-odintsov

Kamu mungkin merasa kamu berjiwa pemberontak sehingga gak sesuai dengan segala bentuk aturan. Tetapi coba deh, kamu renungkan lagi. Yakin kamu sepemberontak itu? Kamu mungkin memang sulit mengikuti aturan yang dibuat orang lain.

Tetapi apa iya kamu gak bisa membuat dan mengikuti aturan dalam hidupmu sendiri? Kalau sampai kamu merasa gak bisa, mungkin jiwamu bukan pemberontak melainkan kamu justru gak punya kendali yang cukup atas hidupmu sendiri.

Kamu menjalani hidupmu hanya mengikuti suasana hati dan ini sangat menurunkan produktivitasmu. Gak ingin selamanya begini, kan? Mumpung masih muda, ayo berubah sekarang juga!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us