Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

3 Bukti Peran Perempuan Jadi Kunci Harmoni Sosial dan Lingkungan

ilustrasi perempuan dan pertanian
ilustrasi perempuan dan pertanian (pixabay.com/blitarapik)
Intinya sih...
  • Konservasi adat dan inovasi Petronela Merauje dalam melindungi hutan bakau di Papua
  • Penerapan sains dan teknologi sekaligus pemberdayaan komunitas oleh Suswaningsih
  • Perlawanan Eva Bande terhadap penindasan melalui advokasi dan keadilan
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Data Kementerian Kehutanan/Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan angka deforestasi netto yang memprihatinkan. Angka tersebut mencapai 104 ribu hektare pada 2021—2022 dan 175,4 ribu hektare pada 2024. Data dari lembaga lain, seperti World Resources Institute (WRI), bahkan mencatat kenaikan kehilangan hutan primer di Indonesia sebesar 27 persen pada 2023. Namun, harapan masih bisa tumbuh di sekitar kita.

Pahlawan-pahlawan tak terlihat itu memimpin perjuangan dan banyak dari mereka adalah perempuan. Para srikandi negeri ini melahirkan gerakan nyata untuk melindungi sumber kehidupan dan budaya. Kisah mereka adalah bukti nyata tentang bagaimana penguatan peran perempuan bisa menjadi motor penggerak harmoni sosial dan lingkungan.

1. Konservasi adat dan inovasi Petronela Merauje dalam melindungi hutan bakau di Papua

ilustrasi mendayung perahu
ilustrasi mendayung perahu (unsplash.com/Vinh Thang)

Di kawasan Teluk Youtefa, tepatnya di kampung Enggros, Jayapura, terdapat budaya Tonotwiyat yang dilestarikan. Dalam adat sakral ini, para perempuan pergi ke Hutan Perempuan alias hutan bakau (mangrove) untuk mencari kerang sebagai sumber nafkah sekaligus pangan. Hutan Perempuan sangat berarti bagi mereka, karena di sanalah para perempuan saling berkeluh kesah dan mengeluarkan isi hatinya.

Hutan ini merupakan ruang sosial eksklusif milik perempuan, sehingga ketika lelaki melewatinya akan dikenakan denda yang mesti dibayar ke perempuan. Akan tetapi, meskipun dilestarikan dengan baik oleh komunitas lokal, Hutan Perempuan tetap menghadapi ancaman yang berdampak pada sumber pangan dan tradisi mereka. Hal ini disebabkan oleh polusi sampah yang masif dan pembabatan mangroves sebagai bagian dari proyek pembangunan infrastruktur.

Petronela Merauje menginisiasi gerakan menanam kembali belasan ribu bibit bakau dengan mengajak komunitas lokal. Inovasinya mengolah buah mangrove menjadi sirup bersama komunitas melahirkan semangat baru. Mereka juga memanfaatkan sampah plastik sebagai bahan baku suvenir yang bernilai jual. Aksi nyata Mama Nela membuktikan harmoni sosial dan lingkungan bisa diwujudkan melalui penguatan peran perempuan.

2. Penerapan sains dan teknologi sekaligus pemberdayaan komunitas oleh Suswaningsih

ilustrasi teknologi pertanian
ilustrasi teknologi pertanian (unsplash.com/Ridwan Abdurrohman)

Bayangkan bentangan perbukitan kapur yang tandus, kering, dan sulit diolah. Sayangnya, ini bukan hanya khayalan, kondisi ini nyata adanya di wilayah Rongkop, Gunungkidul, Yogyakarta. Masyarakat lokal kesulitan ekonomi dan pangan karena lahan di sekitar mereka tak subur dan tak produktif. Lantas, bagaimana cara mereka merehabilitasi lahan untuk ketahanan pangan, stabilitas ekonomi, bahkan pemberdayaan perempuan?

Suswaningsih, inovator sekaligus penerima penghargaan Kalpataru 2021 oleh Menteri Lingkungan Hidup, membawa perubahan lewat sains dan pendekatan komunitas. Ia memperkenalkan demplot (petak percontohan) agar petani melihat langsung hasilnya dan mengajarkan teknik terasering di lahan miring. Suswaningsih juga mempopulerkan sistem tumpangsari, yakni konsep menanam padi, jagung, dan singkong secara bersamaan untuk memaksimalkan panen.

Selain itu, Suswaningsih memberdayakan Kelompok Wanita Tani (KWT) untuk memanfaatkan pekarangan rumah dan mengolah potensinya. Dampaknya adalah peningkatan pendapatan keluarga melalui pengolahan hasil tani yang menjadi produk bernilai jual seperti keripik pisang dan dodol. Ia membuktikan aplikasi nyata pemanfaatan sains dan teknologi di bidang agronomi untuk pembangunan SDM di tingkat akar rumput bukan hal mustahil.

3. Perlawanan Eva Bande terhadap penindasan melalui advokasi dan keadilan

ilustrasi perempuan berdemonstrasi
ilustrasi perempuan berdemonstrasi (unsplash.com/Heather Mount)

Perjuangan kali ini melewati jalan yang berbeda dengan Mama Nela dan Suswaningsih yang membangun harmoni melalui restorasi alam dan pemberdayaan komunitas. Bukan perkara melawan kondisi alam, tetapi melawan sistem yang tidak adil dan merugikan banyak orang.

Di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, perampasan lahan petani oleh perusahaan kelapa sawit menghancurkan sumber penghidupan masyarakat sekaligus merusak lingkungan. Harmoni tak selalu datang dengan damai begitu saja, barangkali memang harus didapatkan dari perlawanan ketidakadilan.

Eva Bande memimpin Front Rakyat Advokasi Sawit (FRAS) membela hak-hak petani melalui demonstrasi dan jalur hukum. Pertaruhan ini sangat berisiko, sehingga membuat Eva harus berhadapan dengan kriminalisasi dan vonis penjara. Bertepatan dengan Peringatan Hari Ibu, ia mendapat grasi dari Presiden pada tahun 2014. Ini adalah simbol pengakuan atas kekuatan seorang perempuan yang berjuang untuk rakyat. Eva dengan berani memperjuangkan kesetaraan gender dan keadilan sosial untuk mencapai harmoni.

Perjuangan ketiga srikandi ini merupakan contoh hidup dan inspiratif dari semangat Asta Cita ke-4. Mereka menunjukkan bahwa penguatan peran perempuan dalam membangun sumber daya yang utuh bukan sekadar slogan, tetapi kunci harmoni sosial dan lingkungan. Pertahanan dan konservasi oleh Mama Nela, penerapan sains dan teknologi oleh Suswaningsih, serta perlawanan ketidakadilan oleh Eva Bande. Semua itu membuktikan bahwa Indonesia yang harmonis sedang dibangun di negeri ini, langkah demi langkah, oleh tangan-tangan perempuan yang perkasa.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us