3 Rekomendasi Buku karya Toshikazu Kawaguchi Bertema Time Travel

Perjalanan waktu, atau yang biasa disebut time travel, merupakan tema favorit banyak pecinta buku. Tema ini memungkinkan kita menjelajahi masa lalu dan masa depan tanpa batasan waktu.
Tidak hanya itu, buku-buku bertema time travel juga mendorong kita untuk merenungkan berbagai hal, seperti konsekuensi yang mungkin timbul dari setiap keputusan hidup yang kita ambil. Dari sekian banyak cerita fiksi dan film, perjalanan waktu sering kali menjadi sarana untuk memperbaiki kesalahan masa lalu dengan harapan mengubah masa depan.
Namun, bagaimana jika kita berhasil kembali ke masa lalu, tetapi apa pun yang kita lakukan ternyata tidak dapat mengubah masa depan? Atau, bagaimana jika apa yang kita lihat di masa depan belum tentu akan terjadi?
Semua itu diceritakan melalui karya Toshikazu Kawaguchi, penulis kelahiran Osaka, Jepang, yang juga berprofesi sebagai produser, sutradara, dan penulis naskah. Berikut ini tiga rekomendasi buku karya Toshikazu Kawaguchi yang mengangkat tema perjalanan waktu.
1. Funiculi Funicula (Before the Coffee Gets Cold)

Funiculi Funicula adalah kafe tua di Tokyo yang terletak di sebuah gang sempit bawah tanah. Kafe yang sudah berdiri sejak tahun 1874 ini terkenal dengan kisah urban legend karena dapat membawa pelanggan menjelajahi waktu, namun dengan syarat mengikuti beberapa aturan yang sangat rumit, yaitu:
- Sekalipun kita berhasil ke masa lalu, kita tidak akan bisa menemui orang yang belum pernah mengunjungi kafe ini.
- Sebesar apapun usaha kita, tidak akan bisa mengubah masa sekarang dan masa depan.
Umumnya, pelanggan yang mendengar peraturan tersebut banyak yang menyerah atau mengurungkan niat untuk melakukan perjalanan waktu, apalagi saat baru mendengar salah satu peraturan disebutkan.
Sesuai dengan judul buku aslinya, Before the Coffee Gets Cold, aturan lainnya adalah jika ingin kembali ke masa lalu, pelanggan harus menghabiskan kopi khusus yang telah disiapkan dan tidak boleh membiarkannya dingin. Kopi khusus tersebut hanya bisa dituangkan oleh Kazu Tokita, dan untuk melakukan perjalanan waktu, pelanggan harus duduk di kursi tertentu.
Buku ini terdiri atas empat bab, masing-masing menceritakan kisah dari setiap karakter yang berbeda. Setiap bab mengeksplorasi beragam permasalahan yang dihadapi oleh para karakter, mulai dari konflik keluarga hingga kerumitan hubungan asmara.
2. Funiculi Funicula : Kisah-Kisah Yang Baru Terungkap

Buku ini merupakan lanjutan kedua dari Before the Coffee Gets Cold, masih dengan tema yang sama, yaitu kafe yang memungkinkan kita melakukan perjalanan waktu.
Meskipun peraturan-peraturannya tetap merepotkan, hal itu tidak menghalangi para pengunjung yang ingin pergi ke masa lalu maupun masa depan.
“Tentu saja, bukan berarti ia tidak memahami kesedihan mereka yang kehilangan seseorang yang berarti. Namun, selama peraturan berlaku, tak ada yang bisa dilakukan tak peduli siapa orangnya dan apa alasannya.”
— Toshikazu Kawaguchi, Funiculi Funicula : Kisah-Kisah Yang Baru Terungkap
Buku kedua ini terdiri atas empat kisah dengan berbagai tema, termasuk persahabatan, hubungan antara anak dan orang tua, romansa, serta hadiah terakhir dari orang yang dicintai. Ada beberapa hal yang akan diungkapkan dalam buku ini, seperti fakta bahwa selain Kazu Tokita, masih ada satu orang lagi yang bertugas menyeduh kopi khusus—hal ini akan terungkap dalam cerita ini.
Buku ini juga mengungkap identitas hantu perempuan yang selalu duduk di kursi khusus untuk melakukan perjalanan waktu.
3. DONA DONA

Terakhir adalah seri ketiga dari Before the Coffee Gets Cold, yaitu Dona Dona. Buku ini tetap menggunakan konsep yang sama, yaitu kafe yang bisa membawa kita melakukan perjalanan waktu, namun dengan lokasi berbeda, yakni di sebuah lereng indah tak bernama di Hakodate, Hokkaido.
Kafe ini dikelola oleh Yukari Tokita, ibu dari Nagare Tokita. Namun, Yukari meninggalkan kafe secara mendadak untuk pergi ke Amerika Serikat. Keputusan ini diambil demi menemani seorang anak laki-laki yang pernah berkunjung ke kafe sekitar dua bulan sebelumnya. Akhirnya, kafe dikelola sementara oleh Kazu dan Nagare.
Buku ini berisi empat kisah dari empat protagonis. Pertama, seorang anak yang menyimpan dendam terhadap ibunya karena menjadikannya yatim piatu. Kedua, seorang komedian yang kehilangan tujuan hidup setelah istrinya meninggal.
Ketiga, kekhawatiran seorang adik terhadap kakaknya yang mungkin tidak akan mampu tersenyum lagi setelah kepergiannya. Terakhir, seorang pemuda yang tidak mampu mengungkapkan perasaannya kepada sahabatnya.
“Mungkin perjalanan mereka hanya akan menyisakan kenangan. Namun, kehangatannya akan membekas dan barangkali, pada akhirnya, menumbuhkan tekad baru untuk menjalani hidup.”
— Toshikazu Kawaguchi, Dona Dona
Itulah tiga rekomendasi buku karya Toshikazu Kawaguchi yang bertema perjalanan waktu dan mampu menguras emosi pembaca dengan berbagai kisah yang menghangatkan hati.
Buku-buku ini membuat kita merenungkan makna hidup dan betapa pentingnya menghargai setiap waktu yang diberikan bersama orang-orang terkasih agar kita tidak menyesal di kemudian hari. Waktu terus berlalu, dan waktu tidak akan menunggu kita.
Buku-buku ini sangat cocok untuk menemani waktu bersantai sambil menikmati secangkir kopi atau teh hangat. Kini sudah tersedia dalam terjemahan bahasa Indonesia yang bisa kamu dapatkan di Gramedia Official Store.