7 Cara Simpel Menjaga Rahasiamu, Diri Sendiri yang Paling Menentukan

Sadar gak sih, kalau rahasiamu yang tersebar ke mana-mana kerap kali bukan sepenuhnya salah orang lain? Kamu tidak boleh asal menuduh sahabat atau saudara membocorkannya. Boleh jadi diri sendiri kurang berhati-hati.
Lagi pula, informasi dari orang terdekatmu sekalipun masih kerap diragukan. Namun begitu kamu tidak bisa menjaga ucapan, orang-orang seketika percaya. Meski dirimu cepat menyadari kelengahan tersebut dan bermaksud meralatnya sebagai usaha terakhir menjaga rahasia akan tetap percuma.
Justru momen kamu keceplosan lebih dipercaya orang lain daripada ketika dirimu sengaja curhat. Jaga rahasia sendiri sebelum kamu meminta orang lain melakukannya untukmu. Kami beri tujuh caranya supaya dirimu gak sedikit-sedikit menyesal telah berbicara jauh lebih banyak daripada yang seharusnya.
1. Jangan suka bikin penasaran orang

Barangkali kamu sering bersikap tanggung dalam menjaga rahasia sendiri. Kalau dirimu benar-benar tidak mau seorang pun mengetahuinya, seharusnya kamu tak memancing rasa penasaran mereka. Akan tetapi, dirimu malah seperti memberi umpan. Awalan percakapanmu biasanya berupa kalimat sejenis, "Eh, tahu gak sih? Aku lagi happy banget lho."
Lawan bicara tentu menjadi ingin tahu penyebab kebahagiaanmu. Apalagi raut wajahmu jelas menggambarkan hal tersebut. Mulanya dirimu jago menutupinya dengan menolak jujur. Tapi temanmu juga tak akan pasrah saja cuma dibuat penasaran begitu. Daripada dia overthinking, ia akan terus mencecarmu. Akhirnya benteng pertahananmu jebol juga.
2. Lebih banyak diam daripada keceplosan

Tentu kamu tak perlu diam terus di segala situasi. Nanti sikapmu itu malah bikin orang-orang yang memedulikanmu cemas dirimu telah mengalami sesuatu yang amat buruk. Kamu cukup berubah lebih kalem dan lebih banyak menjadi pendengar saat orang-orang membicarakan sesuatu yang berkaitan dengan rahasiamu.
Misalnya, teman-temanmu lagi membicarakan berakhirnya hubungan salah satu kawan kalian. Kamu sebenarnya juga baru saja mengalami hal yang sama. Tapi dirimu gak mau hal itu diketahui oleh mereka.
Kamu masih malas menceritakan kejadiannya yang terlalu menyakitkan. Ambil peran sebagai pendengar saja supaya arah percakapan tak ganti mengarah padamu.
3. Hati-hati memilih teman bicara

Menjaga rahasia sebaik mungkin tidak bermakna dirimu dilarang sepenuhnya buat cerita ke orang lain. Tentu ada saatnya kamu perlu mengeluarkan unek-unek daripada memendam semuanya sendiri. Nanti dirimu malah stres dan teman terdekat sekalipun tidak bisa kasih bantuan sebab tak tahu penyebabnya.
Hanya saja pastikan lawan bicara yang dipilih harus benar-benar bisa menyimpan rahasiamu untuk dirinya saja. Hubungan kalian sedapat mungkin jangan pernah diwarnai dengan konflik yang cukup parah. Takutnya dia sebetulnya masih marah padamu. Lalu ia menjadikan isi curahan hatimu sebagai senjata buat mempermalukanmu.
4. Gak usah tiba-tiba minta pertimbangan atau saran

Kamu mungkin bisa tak secara langsung membahas rahasia itu. Namun, dari pertanyaanmu yang ditujukan ke orang lain ada tanda-tanda dirimu lagi galau mengenai sesuatu. Contohnya, kamu tiba-tiba minta pertimbangan tentang seandainya hubungan di antara pasangan lebih sering renggang daripada akur.
Apakah sebaiknya mereka berpisah saja atau menjalani relasi yang lebih banyak berantemnya juga gak masalah? Pasti lawan bicara bertanya alasanmu menanyakannya. Walau dirimu berdalih itu adalah cerita kenalanmu, belum tentu dia percaya. Makin banyak saran yang diminta mengenai hal yang sama atau masih berkaitan, makin kuat dugaan bahwa kamu lagi membicarakan diri sendiri.
5. Lihat-lihat sekitar saat mengobrol

Hampir semua orang di sekitarmu bisa mendengar apalagi dalam jarak yang cukup dekat. Kalau kalian sama sekali tidak mengenal, pembicaraanmu dengan siapa pun masih aman. Orang lain mendengarnya, tetapi tak punya alasan buat menyebarkannya. Gak ada untungnya buat mereka. Itu juga bukan urusan mereka.
Namun, bila ada satu orang saja yang mengenalmu walaupun dirimu tak merasa kenal dengannya bisa berbahaya. Apa-apa yang dikatakan olehmu niscaya bakal diperhatikannya. Kian menarik topiknya, kian dia gak tahan menyimpannya buat diri sendiri. Besar kemungkinan ia terdorong untuk memberi tahu orang lain.
6. Hati-hati update status

Di dunia nyata kamu boleh jadi sudah bisa menjaga rahasia dengan baik. Bertemu langsung dengan orang-orang memudahkanmu untuk bersikap lebih waspada. Akan tetapi, kontrol diri malah dapat melemah ketika dirimu menggunakan media sosial. Kamu merasa tidak ada orang yang terlalu memperhatikanmu seperti di dunia nyata.
Padahal, akunmu juga berteman dengan sejumlah orang yang mengenalmu di dunia nyata. Walaupun mereka hampir tak pernah mengunggah apa-apa, bukan artinya pasti sudah berhenti main medsos. Justru mereka menjadi pengamat aktivitas orang lain di dunia maya.
Jangan merasa aman hanya karena dia tak pernah meninggalkan jejak di unggahan-unggahanmu. Bisa saja ia lebih mencermati statusmu daripada orang-orang yang refleks kasih like.
7. Pura-pura bego saat pertanyaan mulai menjurus

Maaf jika terkesan kasar, tapi pura-pura bego atau bodoh kadang juga ada manfaatnya. Terutama saat kamu harus menjaga rahasia, sedangkan pertanyaan orang lain mulai menjurus ke sana. Contoh reaksi pura-pura bego adalah dirimu berlagak tak mengerti maksud ucapan lawan bicara.
Misalnya, dia merasa malam Minggu kemarin melihatmu lagi jalan bersama lawan jenis di suatu mal. Tapi ia gak terlalu yakin sebab jarak kalian cukup jauh. Dirimu yang ingin menyembunyikan hubungan itu dapat berkata, "Masa sih? Perasaanmu doang kali." Kamu tidak menjawab dengan tegas sosok itu dirimu atau bukan.
Bisa menjaga rahasia diri lebih baik ketimbang kamu terlalu berharap orang lain melakukannya untukmu. Memang awalnya mungkin sulit. Dirimu seolah-olah harus selalu dalam mode waspada. Namun, nanti setelah terbiasa menerapkan tujuh tips di atas juga gampang kok.