Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Cara Menyembuhkan Diri Saat Tidak Ada Orang yang Mengerti

ilustrasi pria sendirian (pexels.com/Sameel Hassen)
ilustrasi pria sendirian (pexels.com/Sameel Hassen)
Intinya sih...
  • Kamu perlu belajar memberi validasi pada dirimu sendiri, karena perasaanmu tetap penting meski orang lain tidak memahaminya.
  • Buatlah tempat perlindungan bagi dirimu dari bisingnya dunia luar, untuk membangun batas yang sehat antara dirimu dan hal-hal yang memperburuk luka.
  • Gantilah suara kritis dalam pikiran dengan kalimat-kalimat lembut, temukan kembali hal-hal kecil yang mengingatkanmu pada diri sendiri untuk merasa masih punya kendali.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ada saat-saat dalam hidup ketika kamu merasa benar-benar sendirian. Bukan karena tidak ada orang di sekitarmu, tapi karena tidak ada yang benar-benar memahami apa yang sedang kamu rasakan. Penjelasanmu tidak didengar, tangisanmu tak dipahami, dan kata-kata terasa tak cukup untuk menjelaskan luka yang kamu bawa.

Dalam keadaan seperti ini, menyembuhkan diri sendiri bisa terasa berat. Tapi bukan berarti tidak mungkin. Perlahan, kamu bisa membangun kembali kekuatan dari dalam, bahkan saat dunia terasa sunyi. Berikut lima cara yang bisa kamu lakukan untuk mulai merawat luka itu, meski tanpa dukungan dari luar.

1. Validasi perasaanmu sendiri tanpa menunggu pengakuan dari orang lain

ilustrasi kesehatan mental (pexels.com/Jure Širić)
ilustrasi kesehatan mental (pexels.com/Jure Širić)

Sering kali, kamu menunggu seseorang berkata bahwa apa yang kamu rasakan itu wajar. Tapi di saat tidak ada yang memahami, kamu perlu belajar memberi validasi pada dirimu sendiri. Rasa sedih, marah, kecewa, atau hampa, semua itu sah untuk dirasakan.

Tidak perlu alasan besar untuk merasa terluka. Perasaanmu tetap penting meski orang lain menganggapnya sepele. Ketika kamu mulai menghargai emosimu sendiri, kamu tidak lagi bergantung pada pemahaman orang lain untuk merasa layak didengar.

2. Ciptakan ruang aman untuk dirimu sendiri

ilustrasi pria menutup diri (pexels.com/Anna Shvets)
ilustrasi pria menutup diri (pexels.com/Anna Shvets)

Jika dunia luar terasa terlalu bising atau penuh tekanan, buatlah tempat yang menjadi perlindungan bagi dirimu. Bisa berupa sudut kamar yang tenang, playlist musik yang menenangkan, jurnal pribadi, atau waktu pagi untuk duduk tanpa distraksi.

Ruang aman ini bukan sekadar fisik, tapi juga batin. Kamu bisa belajar mengatakan, “aku butuh waktu,” atau “aku belum siap” tanpa merasa bersalah. Dengan cara ini, kamu perlahan membangun batas yang sehat antara dirimu dan hal-hal yang memperburuk luka.

3. Ganti narasi dalam pikiranmu dengan yang lebih berbelas kasih

ilustrasi pria bahagia (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi pria bahagia (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Ketika tidak ada yang memahami, suara paling keras yang kamu dengar biasanya adalah dari dalam kepala sendiri. Sayangnya, suara itu seringkali terlalu keras, penuh kritik, dan tidak memberi ruang untuk pulih. Cobalah menggantinya dengan kalimat-kalimat yang lebih lembut.

Ucapkan hal-hal seperti, “aku sedang berusaha,” atau “tidak apa-apa jika hari ini berat.” Kalimat sederhana ini bisa menjadi jangkar di tengah badai pikiran. Kamu tidak harus selalu kuat, tapi kamu bisa memilih untuk tidak memperparah luka sendiri.

4. Temukan aktivitas kecil yang membuatmu merasa terhubung dengan dirimu lagi

ilustrasi orang duduk (pexels.com/Riccardo)
ilustrasi orang duduk (pexels.com/Riccardo)

Saat merasa tidak dimengerti, kamu bisa kehilangan koneksi dengan siapa dirimu sebenarnya. Maka penting untuk menemukan kembali hal-hal kecil yang mengingatkanmu pada diri sendiri, seperti hobi lama, rutinitas ringan, atau bahkan pergi tanpa tujuan untuk menghilangkan beban pikiran.

Aktivitas kecil ini membantu kamu merasa masih punya kendali, dan bahwa hidupmu tetap berarti meski terasa berat. Kamu tidak harus melakukan hal besar untuk merasa lebih baik. Yang kamu butuhkan hanyalah satu langkah kecil, lalu lanjutkan satu langkah berikutnya.

5. Percaya bahwa proses penyembuhan tidak harus dimengerti orang lain

ilustrasi pria percaya diri (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi pria percaya diri (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Tidak semua orang akan memahami caramu menyembuhkan diri. Dan itu tidak apa-apa. Penyembuhan adalah proses personal yang tidak membutuhkan persetujuan siapa pun. Kamu boleh sembuh dengan caramu sendiri, dalam waktu yang kamu butuhkan.

Mungkin kamu masih merasa hampa saat bangun pagi. Mungkin kamu belum bisa tersenyum lebar. Tapi setiap hari yang kamu lewati adalah bukti bahwa kamu tetap bertahan. Dan itu sudah cukup untuk disebut sebagai bentuk kekuatan.

Ketika tidak ada yang mengerti, kamu tetap bisa memilih untuk mengerti dirimu sendiri. Kamu tetap bisa tumbuh, perlahan, dalam diam. Mungkin tidak mudah, tapi bukan berarti tidak mungkin. Ingatlah bahwa luka tidak membuatmu lemah, tapi ia hanya mengajarkanmu cara baru untuk bertahan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us