7 Dongeng Romantis buat Pacar, Cocok untuk Sleepcall!

Sleep call merupakan salah satu agenda yang dilakukan sepasang kekasih sebelum tidur di malam hari. Agenda ini biasanya menjadi ajang untuk berbagi cerita dan saling memahami satu sama lain. Dengan tujuan untuk menguatkan hubungan dan meluangkan waktu sebentar untuk saling mengobrol.
Obrolan dalam sleep call biasanya beragam, mulai dari cerita keseharian hingga hal-hal lucu. Kamu juga dapat menceritakan dongeng romantis untuk pasanganmu sebagai pengantar tidurnya. Inilah beberapa contoh dongeng buat pacar yang dapat kamu ceritakan saat sleep call!
1. The Gift of The Magi

Di sebuah apartemen sederhana di New York City, hiduplah pasangan muda bernama Della dan Jim. Mereka hidup dalam keadaan sederhana, tapi berbagi cinta yang tak terukur satu sama lain. Mereka masing-masing punya harta berharga tersendiri, Della memiliki rambut yang indah, panjang, dan tergerai, dan Jim punya jam tangan emas warisan dari kakeknya.
Menjelang Natal, Della dan Jim ingin membelikan hadiah istimewa untuk satu sama lain. Sayangnya, mereka kekurangan uang. Sehingga, mereka bertekad untuk menemukan cara untuk memberikan sesuatu yang layak atas cinta mereka.
Suatu hari, saat Della sedang melihat ke cermin, sebuah ide muncul di benaknya. Dia pergi ke salon rambut terdekat untuk menjual rambut indahnya. Walaupun dengan berat hati. Ia menjual rambut indahnya itu seharga dua puluh dolar. Dengan uang itu, ia membeli rantai platinum yang sempurna untuk jam tangan Jim.
Sementara itu, Jim pergi ke pegadaian setempat untuk menjual jam tangannya yang berharga. Hasil penjualan jam itu, ia belikan satu set sisir anggun untuk rambut indah Della.
Pada malam Natal, keduanya bertukar hadiah. Della memberi Jim rantai platinum, dan Jim memberikan sisir yang indah kepada Della. Saat mereka membuka hadiahnya, mereka saling tersadar.
Della tidak lagi punya rambut panjang untuk disisir, dan Jim tidak lagi memiliki jam tangan untuk digunakan dengan rantai. Terjadi keheningan sejenak, Jim tersenyum, dan matanya basah.
"Oh, Della," katanya sambil menarik Della ke dalam pelukannya.
"Mari kita simpan hadiah kita sebentar. Itu terlalu bagus untuk digunakan sekarang." lanjut Jim.
Della tertawa dengan air mata berlinang, dengan berkata "Aku mencintaimu, Jim. Kita mungkin tidak punya banyak, tapi kita punya satu sama lain."
Apa yang mereka telah lakukan menunjukkan kasih yang lebih menghargai pengorbanan, dibandingkan harta benda. Mereka menyadari bahwa hal yang paling berharga adalah melengkapi satu sama lain, mereka telah saling memberikan hadiah yang paling berharga yakni sebuah bukti cinta mereka.
Setelah itu, keduanya duduk berdekatan. Kehangatan ikatan mereka memenuhi ruangan. Terlihat jelas bahwa meski mereka kekurangan uang, mereka itu kaya akan cinta.
2. Cinta Tanpa Alasan

Suatu hari, sepasang kekasih sedang berjalan-jalan di sebuah taman. Sang pria kemudian memetik sekuntum bunga, dan memberikannya langsung kepada kekasihnya.
Sang kekasih justru hanya terdiam dan bertanya mengapa sang pria mencintainya. Sang pria pun mengatakan jika dia tidak tahu alasannya, dia memang hanya mencintai sang perempuan itu.
Sang perempuan merasa sedih dan marah, sebab sang pria tidak mempunyai satu alasan pun mengapa dirinya mencintainya.
Mencari-cari alasan, sang pria pun mengatakan bila alasan ia mencintainya, sebab perempuan itu mempunyai wajah cantik, kulit yang halus, rambut lembut, serta suara indah.
Hingga pada suatu hari, sang perempuan mengalami sebuah kecelakaan dan kehilangan rambutnya yang terlihat indah.
Ia juga menjadi kehilangan suaranya, sebab adanya benturan keras. Kulitnya tidak lagi mulus karena penuh dengan jahitan.
Ketika sedang terbaring di rumah sakit, ia pun menemukan secarik kertas yang berisikan:
“Kekasihku, karena suaramu tidak lagi semerdu dulu, bagaimana aku dapat mencintaimu?
Dan karena rambutmu kini sudah tidak panjang dan lembut lagi, aku pun tidak dapat membelainya. Aku juga tidak dapat mencintaimu.
Apalagi kini banyak terdapat jahitan di wajahmu yang dulu mulus.
Jika benar cinta itu membutuhkan alasan, kurasa aku benar-benar tidak dapat mencintaimu lagi sekarang.
Tetapi…
Cintaku bukanlah cinta yang palsu. Cintaku kepadamu sangat tulus.
Aku menyukai dirimu yang memang apa adanya. Tidak jatuh cinta sebab kau memiliki suara yang merdu, rambut yang indah, dan juga kulit yang mulus. Aku mencintaimu tanpa adanya alasan apapun.
Sampai kapan pun, aku juga tetap akan mencintaimu. Sekalipun nantinya rambut putihmu itu mulai tumbuh, kulitmu juga mulai menua dan keriput, aku akan selalu mencintaimu. Menikahlah denganku.”
3. Rahasia Kebahagiaan

Emma telah menyimpan rahasianya begitu lama, membiarkannya tumbuh di dalam hatinya. Tapi rahasianya begitu besar, dia tahu dia tidak bisa menyimpannya lebih lama lagi.
Dia ingin menunjukkan kepada orang-orang betapa indahnya itu, seperti surga di bumi, tetapi dia tidak yakin bagaimana caranya.
Pada awalnya, dia melihat rahasia yang mencoba untuk keluar ketika dia mulai tersenyum pada semua orang, dan mereka tersenyum kembali. Oh, itu terasa enak. Jadi, dia melakukannya lagi. Kemudian dia melihat rahasianya terungkap ketika dia berbicara dengan orang-orang di toko kelontong, di taman bermain sekolah, atau di lingkungan sekitar.
Dia akan mengatakan hal-hal sederhana kepada mereka seperti, “Cuaca bagus,” atau, “Bayi yang lucu,” atau, “Dari mana kamu mendapatkan sepatu keren itu?” Dan mereka akan menjawab dengan sederhana, “Ya,” atau, “Terima kasih,” atau, “Di Penney’s.
Mereka juga sangat nyaman.” Dia menemukan bahwa bersikap ramah kepada orang lain membuat mereka ramah kepadanya.
Selanjutnya, dia mencoba menceritakan beberapa lelucon terbaiknya kepada seseorang yang dia pikir mungkin perlu ditertawakan. Kemudian, dia akan tertawa bersama mereka.
Dan dia membuat dan mengirim kartu kepada orang-orang yang dia pikir mungkin menyukai beberapa surat. Ini adalah hal-hal yang dihargai dari orang lain sendiri.
Kemudian, dia menggunakan imajinasinya untuk berpura-pura menjadi seekor burung, berjinjit di trotoar, menyanyikan lagu-lagu bahagia. Dia menyukai cara angin menerpa tubuhnya. Selanjutnya, dia mencoba menjadi anak anjing dan menjelajahi jalan setapak di taman kota, melihat ke bawah semak-semak dan menggeram pada tupai.
Dia akan menulis cerita konyol di buku catatannya dan melukis gambar cat air di tablet untuk membuat dirinya tersenyum. Kemudian, dia dengan rapi akan merobeknya dan memberikannya kepada teman-temannya. Rahasianya terbongkar. Dia berbagi kebahagiaannya dengan orang lain.
Pada awalnya, dia sedikit takut dia mungkin kehabisan perasaan baik untuk dirinya sendiri, tetapi apa yang segera dia temukan adalah dengan cepat diisi ulang ketika orang lain berbagi kebahagiaan dengannya.
4. Kisah Cinta di Bawah Bulan Miami

Miami adalah salah satu tempat yang mempesona, yang menjadi bukti semakin dalamnya hubungan Olivia dan Luca. Hari berganti minggu, dan persahabatan mereka berkembang menjadi kisah cinta penuh gairah, yang mencerminkan energi kota yang dinamis.
Hari-hari mereka diisi dengan petualangan bersama, menjelajahi permata tersembunyi yang ditawarkan Miami. Mereka pergi ke galeri seni, tempat keahlian Olivia dan mata artistik Luca berpadu menciptakan apresiasi unik di setiap lukisan dan patung yang mereka temui. Mereka menemukan keindahan seni, seperti halnya cita rasa kreasi kuliner Luca.
Suatu sore yang cerah, Olivia mengajak Luca berkeliling distrik art deco kota, tempat bangunan-bangunan berwarna pastel banyak ditemukan di jalanan. Bangunan tersebut seperti kanvas yang dilukis dengan sejarah. Saat mereka berjalan bergandengan tangan, mau tidak mau mereka mengagumi seni arsitektur dan kisah-kisah yang dimiliki setiap bangunan.
Eksplorasi kuliner mereka pun tak kalah menawan. Luca memperkenalkan Olivia ke masakan Miami yang dinamis, mulai dari makanan laut segar di pasar lokal hingga hidangan Kuba di Little Havana. Selera mereka menari-nari dengan gembira, ketika mereka menikmati setiap rasa. Mereka memakan makanan bersama, mereka menemukan bahwa kecintaan mereka terhadap beragam kuliner Miami mencerminkan rasa sayang mereka satu sama lain.
Namun bukan hanya seni dan masakan yang menyatukan mereka, momen itulah saat-saat ketenangan yang mereka temukan di pantai-pantai terpencil di Miami. Mereka punya tempat favorit, teluk tersembunyi tempat laut mencium pantai dengan belaian lembut. Di sana, mereka suka berbaring di atas pasir, jari-jari saling bertautan, dan menyaksikan ombak melukis pola di kanvas pantai.
Di bawah langit Miami yang diterangi bintang, mereka berbagi mimpi dan ketakutan. Luca berbicara tentang cita-citanya untuk membuka restorannya sendiri, di sana ia berharap bisa menghidupkan cita rasa Miami yang telah memikat hati mereka. Olivia menceritakan kepada Luca, tentang kerinduannya untuk aktif pada dunia seni dengan cara yang bermakna, mengungkap kisah di balik kanvas dan patung yang menginspirasinya.
Cinta mereka seperti kota itu sendiri, yakni bersemangat, penuh gairah, dan terus berkembang. Setiap hari membawa penemuan baru, aspek baru dari keindahan Miami, dan lapisan baru dalam kasih sayang mereka terhadap satu sama lain. Mereka menikmati keajaiban kota, tempat seni, dan alam berpadu dengan sempurna.
Ketika hati mereka terus terjalin, Olivia dan Luca tahu bahwa kisah cinta mereka merupakan sebuah mahakarya. Hal tersebut menemukan inspirasinya di kota Miami, yang mempesona dan hubungan mendalam yang mereka jalin di tengah-tengah permata tersembunyinya.
5. Si Bungkuk dan Putri Cantik

Dahulu kala, di sebuah desa terpencil, hiduplah seorang pemuda bernama Joni. Joni dikenal dengan perawakannya yang bungkuk, berbeda dengan pemuda lainnya di desa. Meskipun begitu, Joni memiliki hati yang baik dan jiwa yang ceria.
Suatu hari, kabar datang bahwa putri raja yang cantik jelita sedang mencari suami. Para pemuda dari seluruh penjuru negeri berbondong-bondong datang untuk melamar sang putri. Joni, dengan tekad yang bulat, pun ikut dalam perlombaan tersebut.
Sesampainya di istana, Joni dihadapkan dengan berbagai macam rintangan dan tantangan yang rumit. Namun, dengan kecerdasan dan kegigihannya, Joni berhasil melewati semua rintangan tersebut.
Ketika tiba giliran Joni untuk bertemu sang putri, sang putri terkejut melihat Joni yang bungkuk. Namun, Joni dengan penuh percaya diri berkata, “Wahai Putri, meskipun tubuhku bungkuk, hatiku tegak bagaikan gunung. Aku mencintaimu dengan tulus dan siap untuk melindungimu dengan seluruh hidupku.”
Sang putri terharu mendengar perkataan Joni. Ia melihat ketulusan dan keberanian dalam diri Joni.
Meskipun banyak pangeran tampan yang melamarnya, sang putri akhirnya memilih Joni sebagai suaminya. Pernikahan mereka pun dirayakan dengan meriah oleh seluruh rakyat.
Ternyata, di balik tubuhnya yang bungkuk, Joni memiliki hati yang mulia dan jiwa yang gagah berani. Ia pun membuktikan bahwa cinta sejati tidak memandang fisik, melainkan ketulusan dan kasih sayang.
6. The Ultimate Love

Ada seorang perempuan dan laki-laki yang berteman baik. Tetapi si lelaki memendam perasaan ke teman perempuan itu. Sayangnya, dia tidak berani mengungkapkan perasaannya.
Suatu hari, dia mengumpulkan keberanian untuk mengakui perasaannya ke teman perempuannya itu. Di malam hari, dia bertemu dengannya.
Si teman perempuan itu juga ingin memberitahu, bahwa dia perlu mendiskusikan sesuatu dengannya.
"Aku juga ingin ngomong sesuatu," kata si perempuan.
"Baiklah, kamu dulu aja yang ngomong," kata anak laki-laki itu."Aku jatuh cinta dengan seorang pria, tapi dia tidak tahu apa-apa tentang itu!" katanya.
Rahang teman laki-lakinya itu pun ternganga, dan jantungnya berdetak kencang. Dia menenangkan diri dan bertanya, "Senang mendengarnya! Siapa dia?"
Dia menjawab, "Kamu mengenalnya karena kamu mengenal semua temanku. Aku telah menuliskan namanya di selembar kertas ini." Dengan berat hati, ia pun mengambil kertas itu dan pulang ke rumah dengan air mata berlinang.
Sesampainya di rumah, dia membuka lipatan kertas itu, berniat membuangnya. Namun, ketika dia melihat bahwa nama yang ditulisnya adalah namanya. Dia pun langsung tersenyum dan segera memanggil gadis itu untuk mengungkapkan betapa dia mencintainya.
7. The Traveler

(Martha membuka pintu untuk seorang pelancong saat terjadi badai. Dia tetap tinggal, menjadi seorang tiran. Dia mengetahui bahwa dia adalah Cinta, meninggalkannya dengan bayangan.)
Malam itu sangat dingin, sedingin es. Angin bersiul ketakutan dan marah, hujan turun dengan deras, terkadang berhembus kencang. Dua atau tiga kali Martha berani mendekati jendelanya untuk melihat apakah badai sudah mereda, dia terpesona oleh cahaya ungu petir dan ngeri dengan gemuruh guntur. Sehingga di atas kepalanya, terpikir seolah-olah meruntuhkan jendela rumahnya.
Martha dengan jelas mendengar seseorang memanggil di depan pintunya, dia merasakan nada sedih yang mendesaknya untuk membuka pintu.Tidak diragukan lagi, kehati-hatian menasihati Martha untuk mengabaikannya, karena pada malam yang menakutkan seperti itu, tidak ada tetangga yang berani keluar ke jalan, hanya penjahat dan orang-orang yang kehilangan kebebasan yang mampu menantang angin dan hujan untuk mencari mangsa.
Marta seharusnya merenungkan bahwa dia yang mempunyai rumah, api di dalamnya, dan di sisinya ada seorang ibu, seorang saudara perempuan, seorang istri yang menghiburnya, tidak keluar pada bulan Januari dengan badai yang melanda, dan dia juga tidak mengunjungi pintu orang asing. Tapi bayangan, orang yang paling bermartabat dan sangat anggun, memiliki sifat buruk datang terlambat, yang hanya akan menambah rasa sakit hati dan memicu penyesalan. Bayangan Martha telah tertinggal, seperti biasa, dan dorongan rasa kasihan, yang pertama kali melompat ke dalam hati seorang wanita, membuat gadis itu bertanya dengan penuh kasih:
"Siapa disana?", Martha bertanya dengan suara keras.
Suara tenor, manis dan bersemangat, menjawab lewat nada persuasif:
"Seorang musafir."
Dan Martha yang terberkati, tanpa menyelidiki pertanyaan lebih lanjut, melepas palangnya, memasang kembali grendelnya, dan memutar kuncinya, tergerak oleh pesona suara yang begitu bersemangat dan manis itu.
Pelancong itu masuk sambil memberi salam dengan sopan. Ia masuk sambil mengibaskan topinya dengan lembut, bulu-bulunya menetes, dan membuka jubahnya, yang basah kuyup oleh hujan. Dia mengucapkan terima kasih atas keramah tamahannya, lalu duduk di dekat api unggun rumah Martha.
Martha hampir tidak berani memandangnya, karena pada saat itu sikapnya yang terlambat mulai berdampak buruk. Martha paham bahwa memberikan perlindungan kepada orang bisa jadi suatu kecerobohan yang patut dicatat.
Namun demikian, bahkan tanpa memutuskan untuk mengangkat matanya, dia melihat dari sudut matanya bahwa tamunya adalah seorang pemuda bertubuh tegap, pucat, berambut pirang, dengan wajah tampan dan sedih. Sikapnya bak seorang pria terhormat, terbiasa memerintah dan untuk menduduki posisi tinggi.
Martha merasa ciut dan kebingungan, meskipun pengelana itu tampak bersyukur dan mengatakan hal-hal yang menyanjungnya, ia terpesona dengan suaranya. Untuk menyamarkan kegelisahannya, Martha bergegas menyajikan makan malam dan menawarkan kepada pengelana itu kamar terbaik di rumahnya agar ia bisa beristirahat untuk tidur.
Takut diapa-apain oleh si pria itu, Martha tidak bisa tidur sama sekali malam itu, dengan tidak sabar menunggu pagi agar tamunya bisa pergi. Dan kebetulan ketika dia turun, sudah beristirahat dan tersenyum, untuk sarapan, dia tidak mengatakan apa pun tentang kepergiannya. Baik itu saat makan siang, atau bahkan di sore hari.
Martha yang terhibur dan terpikat oleh kefasihan dan obrolan pria itu, tidak memiliki keberanian untuk mengatakan kepadanya bahwa dia bukan seorang pemilik penginapan tersebut.
Minggu-minggu berlalu, bulan-bulan berlalu, dan di rumah Martha tidak ada tuan atau pemilik lain selain pengelana itu. Namun, jangan berpikir bahwa Marta benar-benar bahagia.
Sebaliknya, dia terus-menerus hidup dalam kegelisahan dan kesedihan. Aku telah menyebut pengelana itu, tetapi aku seharusnya menyebutnya seorang tiran, karena tingkah lakunya yang lalim dan suasana hatinya yang tidak konsisten membuat Martha setengah gila.
Pada awalnya, pengelana itu tampak patuh, penuh kasih sayang, menyanjung, rendah hati.t Tapi, dia tumbuh dan menegaskan dirinya sampai tidak ada seorang pun yang bisa menahannya. Bagian terburuknya adalah Martha tidak pernah bisa menebak keinginannya atau mengantisipasi ketidaknyamanannya, dengan tanpa alasan atau sebab.
Pada saat hal itu paling tidak ditakuti atau diharapkan, dia pergi. Dia telah melupakan semuanya dan mengumumkan bahwa "sekarang" waktunya telah tiba untuk keberangkatannya!
Martha berdiri seperti kaku dan air mata perlahan yang mengalir jatuh ke tangan pengelana itu, yang tersenyum sedih dan mengatakan kalimat penghiburan dengan suara rendah, berjanji untuk menulis, kembali, dan mengingat Martha.
Pengelana itu meminta maaf.
"Sudah kubilang, sayangku, bahwa aku seorang musafir. Aku berhenti, tapi aku tidak tinggal, aku menetap, tetapi tidak selamanya menetap."
Barulah Martha yang tidak bersalah menyadari bahwa pengelana yang itu adalah Cinta, dan bahwa dia telah membuka pintu, tanpa berpikir, untuk diktator paling kejam di dunia.
Mengabaikan air mata Martha, cintanya pergi, mengenakan jubahnya, pinggiran topinya miring, bulunya kini kering, melengkung dan melayang tertiup angin. Ia siap pergi mencari cakrawala baru, mengetuk pintu lain.
Martha mencoba tetap tenang, sebagai penghuni rumah ia kini merasa bebas dari ketakutan, dan kegelisahan. Kita tidak tahu apa yang mungkin mereka diskusikan, kami hanya mendapat kabar pasti bahwa pada malam-malam yang penuh badai, ketika angin bersiul dan hujan menerpa jendela, Martha sambil meletakkan tangannya di atas jantungnya yang sakit karena berdetak terlalu cepat, mau tidak mau siap mendengar, kalau-kalau ada tamu yang mengetuk pintu itu lagi.
Itulah beberapa contoh dongeng untuk pacar yang dapat kamu ceritakan ketika sleep call. Dongeng ini juga dapat memancing topik lain yang akan membuat kamu mengetahui lebih banyak hal mengenai pasanganmu. Komunikasi menjadi salah satu hal yang penting dalam hubungan, jangan lupa luangkan waktu untuk pacarmu, ya!
Penulis: Dara Mardotilah