Pernah Merasa Aneh Tapi Sulit Menjelaskan? 7 Emosi Absurd Ini Ternyata Ada Namanya

- Opia adalah perasaan tidak nyaman saat menatap mata seseorang secara langsung, menggambarkan momen merasa rentan saat kontak mata terjadi terlalu lama.
- Anemoia merupakan rasa rindu terhadap masa lalu yang tidak pernah dialami lagi, sering muncul saat melihat foto lama atau mendengar lagu-lagu lama.
- Monachopsis adalah perasaan seperti tidak cocok di tempat yang tepat, walau dari luar semuanya terlihat baik-baik saja, muncul saat merenung atau di situasi sosial yang membuat tidak nyaman.
Apakah kamu pernah merasa aneh karena merasakan sesuatu yang sulit dijelaskan? Kadang perasaan itu muncul tiba-tiba, membuat bingung, tapi juga tak bisa diabaikan begitu saja. Kita sering mengalami emosi atau sensasi tertentu, tapi tak tahu harus menyebutnya apa. Akibatnya, kita hanya bisa merasakan sensasi aneh tanpa benar-benar mengerti maksudnya. Padahal, bisa jadi ada istilah atau nama khusus untuk perasaan itu.
Mengetahui makna dari perasaan-perasaan ini bisa membantu kita lebih memahami diri sendiri. Dengan mengenalnya, kita jadi bisa mengelola emosi lebih baik dan merasa lebih sadar diri. Berikut adalah beberapa perasaan aneh yang mungkin pernah kamu rasakan, tapi selama ini kamu tidak tahu namanya. Siapa tahu setelah membacanya, kamu bisa lebih mengenali dan mengelola perasaan tersebut dengan lebih baik.
1. Opia

Opia adalah perasaan intens dan tidak nyaman saat menatap mata seseorang secara langsung. Tatapan mata adalah salah satu bentuk komunikasi paling kuat. Opia menggambarkan momen merasa rentan saat kontak mata terjadi terlalu lama. Rasanya seperti ada sesuatu yang terlalu pribadi terbuka, padahal kamu belum bicara apa-apa. Ini bisa membuatmu ingin cepat-cepat mengalihkan pandangan.
Banyak orang merasakan ini tapi tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Opia menjadi bukti betapa kuatnya bahasa nonverbal dalam membentuk emosi. Saat kamu mulai menyadari perasaan ini, kamu bisa lebih sadar dalam berinteraksi. Bahkan, dalam hubungan dekat, opia bisa jadi cara untuk memperdalam koneksi emosional. Tapi tetap, tidak semua orang nyaman dengan tatapan mata yang terlalu intens.
2. Anemoia

Anemoia merupakan rasa rindu terhadap masa lalu yang tidak pernah dialami lagi. Bukan nostalgia biasa, melainkan kerinduan terhadap era, suasana, atau zaman yang hanya kamu tahu dari cerita atau film. Misalnya, merasa hangat saat melihat foto lama padahal kamu bahkan belum lahir. Emosi ini sering muncul saat melihat foto hitam-putih hingga mendengar lagu-lagu lama. Anemoia mengandung unsur imajinasi dan kerinduan terhadap apa yang tidak pernah jadi bagian dari hidupmu.
Fenomena ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh gambar dan cerita dalam membangkitkan emosi. Kita bisa merasa dekat dengan masa lalu yang tak pernah kita alami karena suasana dan maknanya begitu kuat. Anemoia menimbulkan rasa kehilangan, seolah kita melewatkan sesuatu yang seharusnya terjadi. Ini adalah bentuk empati terhadap masa lalu. Perasaan ini menunjukkan bahwa nostalgia tidak selalu berasal dari pengalaman sendiri, tapi juga dari koneksi emosional dengan dunia yang belum sempat kita alami.
3. Monachopsis

Monachopsis adalah perasaan seperti tidak cocok atau tidak berada di tempat yang tepat, walau dari luar semuanya terlihat baik-baik saja. Misalnya, kamu sedang bersama banyak orang, tapi tetap merasa sendirian atau bukan bagian dari mereka. Perasaan ini tidak selalu menyakitkan, tapi cukup untuk membuatmu merasa terpisah dari sekitar. Di baliknya, mungkin ada keinginan untuk menemukan tempat atau orang yang benar-benar mengerti dan menerima dirimu.
Perasaan ini tidak selalu kuat atau dramatis, tapi cukup membuatmu merasa asing tanpa alasan yang jelas. Biasanya muncul saat kamu sedang merenung atau berada di situasi sosial yang membuat tidak nyaman. Di balik perasaan ini, sering ada keinginan untuk menemukan tempat atau orang-orang yang benar-benar bisa menerima kamu. Monachopsis bisa jadi tanda bahwa kamu butuh perubahan, baik dalam hubungan sosial maupun dalam dirimu sendiri.
4. Jouska

Jouska adalah percakapan imajiner yang sering terulang saat sedang sendiri. Percakapan itu bisa jadi belum terjadi, sudah terjadi, atau hanya reka ulang skenario. Misalnya seperti mengulang argumen atau membayangkan respons yang seharusnya lebih baik. Meskipun tampak sepele, jouska bisa menguras energi emosional. Ini bisa menjadi cara otak mencari kontrol atas situasi yang tidak bisa kita kendalikan sepenuhnya.
Jouska sering kali terjadi saat ada konflik yang belum diselesaikan atau saat kita merasa tidak puas dengan cara kita merespons sesuatu. Ini bisa menjadi mekanisme pertahanan diri untuk menghadapi situasi sosial. Tapi, jika sering terjadi jouska bisa menjebak kita dalam lingkaran overthinking yang melelahkan. Dengan menyadari bahwa itu hanyalah simulasi pikiran, kita bisa belajar melepaskan dan lebih terhubung di dunia nyata.
5. Nodus tollens

Nodus tollens adalah perasaan saat kamu menyadari bahwa hidupmu tidak berjalan seperti yang kamu bayangkan. Rasanya seperti menonton film tentang dirimu sendiri, tapi kamu merasa ceritanya mulai aneh atau tidak masuk akal. Perasaan ini sering muncul ketika kamu merasa bingung, kehilangan arah, atau mulai mempertanyakan semua pilihan yang sudah kamu buat. Ini bisa jadi tanda bahwa kamu sedang mengalami perubahan besar atau krisis kecil dalam hidup.
Meskipun tidak nyaman, perasaan ini bisa membantumu untuk merenung dan mengevaluasi ulang tujuan hidup. Terkadang, kita memang perlu merasa tersesat dulu agar bisa menemukan jalan yang tepat. Nodus tollens bukanlah tanda kegagalan, tapi bagian dari proses tumbuh dan mencari makna baru dalam hidup. Dengan menyadari bahwa ada yang tidak beres, kamu diberi kesempatan untuk berhenti sejenak, melihat ke dalam diri, dan mencari arah baru yang lebih sesuai.
6. Exulansis

Exulansis adalah keengganan untuk menceritakan pengalaman penting karena merasa orang lain tidak akan mengerti. Ini terjadi karena kamu sudah lelah menjelaskan dan tidak didengar dengan empati. Exulansis bisa membuat kita merasa asing dalam hidup kita sendiri, seolah tidak ada ruang untuk berbagi tanpa disalahpahami. Emosi ini sering muncul setelah pengalaman traumatis, unik, atau spiritual yang tidak bisa diwakilkan dengan kata-kata biasa, sehingga kita hanya bisa bereaksi diam.
Diam adalah perlindungan dari rasa kecewa. Exulansis bisa menciptakan jarak emosional dengan orang lain, meskipun secara fisik kita tetap dekat. Menyadari bahwa emosi ini ada bisa membantu kita berdamai dengan keputusan kita. Tidak semua cerita harus diceritakan agar tetap bermakna. Kadang, validasi paling besar justru datang dari diri sendiri yang memilih untuk menjaga kisah itu tetap utuh dalam diam.
7. L’appel du vide

L’appel du vide adalah dorongan sesaat yang muncul tiba-tiba untuk melakukan sesuatu yang berbahaya, meski tidak ada niat untuk benar-benar melakukannya. Meski terdengar mengganggu, ini bukan tanda keinginan untuk menyakiti diri, melainkan fenomena umum yang juga dikenal sebagai intrusive thoughts. Pikiran ini bersifat spontan dan seringkali tidak selaras dengan keinginan sadar kita.
Psikolog meyakini bahwa ini adalah bentuk dari ketegangan kognitif, yaitu otak kita sedang membuktikan bahwa kita aman dengan membayangkan yang sebaliknya. Intrusive thoughts bisa muncul dalam berbagai bentuk, bukan hanya dorongan berbahaya, tapi juga ide-ide aneh atau tidak pantas yang tiba-tiba melintas. Menyadari keberadaan ini bisa membantu kita berhenti menyalahkan diri sendiri atas pikiran-pikiran yang tidak kita inginkan.
Perasaan-perasaan aneh ini mungkin sering kamu rasakan, tapi baru sekarang tahu namanya. Menyadari bahwa emosi semacam ini punya istilah bisa membuatmu merasa lebih dimengerti. Setiap istilah menggambarkan bagian kecil dari pengalaman manusia yang sering diabaikan. Dengan mengenalnya, kita bisa lebih bijak dalam memahami reaksi diri sendiri dan orang lain. Dunia emosi memang rumit, tapi mengenalnya adalah langkah awal untuk merangkulnya dengan penuh kesadaran dan empati.