Etika Silaturahmi Lebaran, 7 Hal yang Sebaiknya Tidak Dilakukan

Lebaran adalah momen istimewa yang dinantikan oleh banyak orang. Hari kemenangan ini menjadi kesempatan untuk berkumpul, mempererat silaturahmi, serta saling memaafkan. Silaturahmi saat Lebaran memang tradisi yang sudah melekat dalam budaya kita. Namun, tanpa disadari, ada beberapa kebiasaan yang bisa mengganggu atau bahkan menyinggung perasaan orang lain.
Meskipun niat kita baik, adakalanya ucapan atau tindakan yang kurang tepat dapat merusak suasana. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami etika dalam bertamu agar momen Lebaran tetap berkesan bagi semua orang. Sebagai bentuk refleksi, berikut hal yang sebaiknya tidak dilakukan saat silaturahmi Lebaran.
1. Menanyakan hal-hal sensitif

"Kapan nikah?" "Kapan punya anak?" "Kok belum kerja?" Pertanyaan seperti ini mungkin terdengar biasa, tetapi bisa menjadi tekanan bagi orang yang ditanya. Kita tidak pernah tahu apa yang sedang mereka hadapi, mungkin mereka sedang berjuang, mengalami tekanan keluarga, atau kondisi tertentu yang tidak mudah mereka ceritakan.
Alih-alih bertanya hal yang bisa membuat orang lain merasa terpojok, lebih baik membuka obrolan dengan hal-hal yang lebih netral, seperti bertanya tentang kabar atau kesibukan mereka akhir-akhir ini tanpa menghakimi. Dengan begitu, silaturahmi bisa terasa lebih nyaman dan menyenangkan.
2. Menyentuh atau mengomentari tubuh orang lain

"Wah, kamu sekarang makin gemuk ya!" atau "Kok kurusan banget?" adalah contoh komentar yang sebaiknya dihindari. Setiap orang memiliki perjalanan hidup masing-masing, termasuk dalam urusan berat badan dan penampilan. Bagi sebagian orang, komentar seperti ini bisa terasa menyakitkan dan menurunkan rasa percaya diri mereka.
Hal lain yang juga sering terjadi adalah menyentuh bayi atau anak kecil tanpa izin orang tuanya. Meski terdengar sepele, tidak semua orangtua nyaman jika anaknya dipeluk, dicium, atau dielus-elus tanpa sepengetahuan mereka. Jadi, sebelum menyentuh bayi, sebaiknya tanyakan dulu kepada orang tuanya apakah mereka mengizinkan atau tidak.
3. Membandingkan kehidupan seseorang

Saat berkumpul dengan keluarga besar, sering kali ada perbandingan antar saudara atau sepupu. "Tuh si A udah sukses, kamu kapan?" atau "Lihat tuh anaknya si B, udah punya rumah sendiri, kamu kapan nyusul?" Kalimat seperti ini bisa membuat seseorang merasa dibanding-bandingkan dan kehilangan rasa percaya dirinya.
Setiap orang memiliki perjalanan hidup yang berbeda. Ada yang cepat mencapai kesuksesan, ada yang butuh waktu lebih lama. Kita tidak tahu seberapa keras perjuangan mereka di balik layar, jadi daripada membandingkan, lebih baik memberikan dukungan dan semangat agar mereka merasa lebih dihargai.
4. Membahas politik atau isu sensitif lainnya

Lebaran adalah momen kebersamaan, bukan ajang debat. Membahas politik atau isu-isu sensitif lainnya bisa memicu perbedaan pendapat yang berujung pada perdebatan panjang. Apalagi jika pembicaraan mulai memanas, bisa jadi silaturahmi yang harusnya hangat justru berubah menjadi situasi yang tegang.
Lebih baik, fokuskan obrolan pada hal-hal yang bisa mempererat hubungan, seperti mengenang masa kecil, membahas rencana liburan, atau sekadar berbagi cerita ringan yang bisa membuat semua orang merasa nyaman.
5. Makan tanpa sopan santun

Lebaran identik dengan hidangan lezat, tetapi tetap penting menjaga etika saat menyantap makanan. Jangan sampai mengambil makanan dalam jumlah berlebihan hingga orang lain tidak kebagian. Selain itu, mengunyah dengan suara berisik atau makan dengan cara yang kurang sopan juga bisa mengganggu kenyamanan orang di sekitar.
Menghormati orang yang lebih tua dengan mempersilakan mereka makan lebih dahulu juga merupakan bagian dari adab yang baik. Selain itu, jika makan bersama, sebaiknya hindari bermain ponsel terlalu lama agar interaksi tetap hangat dan penuh kebersamaan.
6. Terlalu lama bertamu tanpa sadar waktu

Silaturahmi memang penting, tetapi ada baiknya kita juga peka terhadap situasi tuan rumah. Bisa jadi mereka sudah lelah setelah seharian menerima tamu atau memiliki rencana lain yang harus mereka lakukan.
Jika tanda-tanda kelelahan mulai terlihat, sebaiknya berpamitan. Bersilaturahmi yang berkualitas tidak harus lama. Yang penting, interaksi yang terjadi menyenangkan dan tidak membebani tuan rumah.
7. Minta THR secara terang-terangan

Bercanda soal THR mungkin terdengar biasa, tapi kalau terkesan menuntut, bisa membuat orang lain tidak nyaman. Apalagi kalau sampai menyuruh anak untuk meminta THR ke saudara tanpa sadar, kita sedang mengajarkan kebiasaan yang kurang baik.
Jika diberi, syukuri. Jika tidak, jangan sampai candaannya berubah jadi tuntutan. Lebih baik fokus pada kebersamaan dan makna silaturahmi yang sesungguhnya.
Silaturahmi Lebaran adalah kesempatan untuk mempererat hubungan dengan keluarga dan sahabat. Agar momen ini benar-benar berkesan dan menyenangkan bagi semua pihak, penting untuk menjaga ucapan, sikap, dan tindakan kita.