Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Hal Penting Ini Harus Ada dalam Permintaan Maaf yang Tulus

ilustrasi meminta maaf (pexels.com/Liza Summer)

Setiap manusia di dunia ini pasti pernah melakukan kesalahan, baik yang disengaja mau pun tidak sama sekali. Ada kalanya perbuatan ini tidak dianggap sebagai sesuatu yang fatal, sehingga dengan mudah dimaafkan dan dilupakan. Namun, terkadang kekeliruan tersebut terlalu parah sampai menimbulkan rasa sakit hati yang dalam bagi pihak yang dirugikan.

Terlepas dari besar atau kecilnya kesalahan, sudah sewajarnya seseorang meminta maaf atas hal yang telah terjadi. Sayangnya, tidak semua orang mampu menyampaikan permintaan maaf yang tulus, sehingga memperkeruh keadaan alih-alih menyelesaikan perkara. Oleh sebab itu, ketahui beberapa hal penting yang harus ada agar permintaan maaf yang disampaikan menjadi tulus dan menyentuh hati berikut ini.

1.Kebesaran hati untuk mengakui kesalahan

ilustrasi meminta maaf (pexels.com/Alex Green)

Tidak dapat dimungkiri bahwa meminta maaf terkadang menjadi hal yang begitu berat untuk dilakukan. Salah satu penyebabnya adalah keharusan untuk mengakui seluruh kesalahan yang telah diperbuat. Sebagian orang beranggapan bahwa tindakan ini sama artinya dengan merendahkan diri, sehingga mereka bersikeras tidak ingin minta maaf meski telah terbukti bersalah.

Namun demikian, bila memang sungguh ingin mendapatkan maaf dari seseorang yang hatinya telah kamu lukai, maka tunjukkan kebesaran hatimu untuk mengakui segala kesalahan yang diperbuat. Sampaikan bahwa kamu jera dan tidak akan mengulangi kekeliruan tersebut. Selain itu, jangan berusaha untuk membela diri karena ini hanya akan menimbulkan kesan bahwa kamu tidak tulus.

2.Menahan diri untuk tidak bereaksi keras terhadap respons negatif yang mungkin ada

ilustrasi mengonfrontasi seseorang (pexels.com/Keira Burton)

Ketika menyampaikan permintaan maaf, tidak jarang seseorang mendapatkan respons negatif seperti penolakan, bahkan makian, dari orang yang merasa dirugikan. Hal semacam ini tentu bisa membuat emosi orang yang meminta maaf jadi terpancing dan malah menimbulkan keributan. Kalau sudah begini, tentu permasalahan akan menjadi semakin rumit.

Jika kamu berniat untuk meminta maaf dan justru memperoleh respons yang kurang berkenan di hati, maka bersabarlah terlebih dahulu. Menahan diri untuk tidak bereaksi keras terhadap respons negatif menjadi salah satu tanda bahwa kamu sungguh mengharap bahwa permohonanmu bisa diterima, apa pun konsekuensinya. Dengan begini, mungkin orang yang kamu sakiti akan terbuka hatinya untuk memberikan maaf.

3.Tidak memaksa agar diberi maaf

ilustrasi mengobrol (pexels.com/Alexander Suhorucov)

Banyak orang telah melakukan kesalahan yang terbilang cukup berat, tetapi berharap bisa mendapatkan maaf dengan mudah. Hal semacam ini tentu sulit dilakukan oleh mereka yang merasa dirugikan. Adanya pemaksaan untuk memberikan maaf justru membuat hal tersebut semakin sulit untuk diraih.

Meski tujuan meminta maaf adalah untuk mendapatkan maaf, tetapi jangan pernah memaksa orang yang kamu sakiti memberikan maafnya saat itu juga. Kamu tidak pernah tahu separah apa luka yang ada di hatinya. Jadi, beri kesempatan baginya untuk memulihkan diri, ya.

4.Pastikan segala hal yang terucap berasal dari lubuk hati paling dalam

ilustrasi mengobrol (pexels.com/Armin Rimoldi)

Perlu diketahui bahwa sesuatu yang autentik dan apa pun yang dibuat-buat selalu punya perbedaan yang mencolok. Ketika kamu tidak tulus, maka orang yang kamu sakiti tidak akan bersedia untuk memberikan maaf. Kalau sudah begini, tentu kamu akan mengalami kerugian.

Oleh sebab itu, pastikan bahwa segala yang kamu ucapkan memang murni berasal dari lubuk hati terdalam. Penyesalan yang sungguh-sungguh tersebut dapat dirasakan oleh orang yang kamu sakiti. Semoga kalian bisa saling memaafkan dan keadaan menjadi lebih baik.

Meminta maaf dengan tulus adalah hal yang memang harus dilakukan oleh siapa saja yang telah berbuat salah. Kumpulkan sikap keberanianmu, singkirkan rasa gengsimu, akui kekeliruanmu. Percaya, segala sesuatu yang dilakukan dengan sepenuh hati tidak akan pernah berakhir sia-sia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fajar Laksmita
EditorFajar Laksmita
Follow Us