Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kampung Lali Gadget, Ciptakan Kembali Senyum Anak Indonesia

Kampung Lali Gadget. (IDN Times/Fika Febriana).

Mentari belum menampakkan dirinya, padahal kala itu waktu telah menunjukkan pukul 07.00 WIB. Kamis, (22/12/2022) saya memutuskan untuk mengunjungi kediaman sosok inspiratif yaitu Achmad Irfandi, sang pendiri Kampung Lali Gadget. Achmad Irfandi sendiri adalah salah satu penerima Apresiasi SATU Indonesia Award 2021 kategori pendidikan.

Hari itu, berbekal Google Maps dan motor, saya menyusuri jalan mulai dari Surabaya hingga Sidoarjo. Jalan yang saya lewati layaknya jalan raya pada umumnya, beraspal dan mudah dilalui. Namun, rasa heran saya mulai muncul ketika memasuki radius satu kilometer dari lokasi Kampung Lali Gadget.

Jalan-jalan beraspal yang habis diguyur hujan tersebut banyak yang berlubang, sehingga menimbulkan genangan air, jadi saya harus lebih berhati-hati dalam berkendara. Namun tak mengapa, sepanjang jalan tersebut saya ditemani dengan area persawahan hijau yang sejuk dipandang mata. Saya pun bergumam, ternyata lokasi Kampung Lali Gadget ini berada di pedesaan yang masih asri. Tepatnya di Dusun Bender, Desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo.

Saya memang sengaja datang pada hari tersebut, karena bertepatan dengan acara Edukasi Bersama Ibu dan Anak, menyambut peringatan Hari Ibu. Sekitar pukul 07.40 WIB, saya sudah berada di lokasi. Senyum hangat dan ramah seorang Achmad Irfandi menyambut saya kala itu.

1. Berawal dari rasa prihatin Achmad Irfandi terhadap tingginya intensitas penggunaan gadget pada anak

Achmad Irfandi Founder Kampung Lali Gadget (instagram.com/irfandi_ganti_iki)

Achmad Irfandi bercerita, perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat anak-anak di desanya juga terdampak kecanduan gadget yang cukup tinggi. Bahkan ketika ditanya, anak-anak tersebut ada yang belum pernah merasakan atau mencoba permainan tradisional. Kemudian pada 2018, Achmad Irfandi memiliki ide untuk merintis sesuatu yang dapat mengurangi kecanduan gadget pada anak-anak di desanya. 

Achmad Irfandi kemudian membangun sebuah wadah bagi anak-anak di desanya bernama Kampung Lali Gadget. “Selama ini belum ada tempat atau wadah ramah anak yang ideal, tempat edukasi, atau kampung-kampung tematik bertema literasi dan pendidikan di Kabupaten Sidoarjo, itulah yang menjadi motivasi dan alasan saya mendirikan Kampung Lali Gadget ini,” ujar Achmad Irfandi.

2. Program unggulan karya Achmad Irfandi, untuk mengurangi kecanduan gadget

Cooking Class di Kampung Lali Gadget. (IDN Times/Fika Febriana).

Achmad Irfandi menuturkan bahwa dalam membangun Kampung Lali Gadget ini, tak serta merta berdiri begitu saja. Ia juga membuat berbagai program yang bermanfaat bagi anak-anak. Mulai dari segi edukasi hingga psikologi.

“Hingga saat ini setidaknya ada 7 program yang sudah terlaksana dengan baik. Seperti KLG on Season, KLG Roadshow, Pendampingan Belajar, Parenting, Proyek Berkelompok, Kompetisi, hingga Literasi,” jelas Achmad Irfandi kepada saya.

Pada hari ketika saya berkunjung, saya berkesempatan untuk menyaksikan program KLG on Season yang diikuti oleh siswa TK Pagerngumbuk. Kegiatan ini merupakan edukasi berskala besar dengan melibatkan berbagai hal, mulai dari permainan tradisional, kebudayaan, hingga cooking class makanan tradisional. 

Para siswa yang berjumlah sekitar 20 anak tersebut, diajak untuk sejenak meninggalkan kebiasaan bermain gadget. Diawali dengan perkenalan dan ice breaking ringan, saya melihat senyum sumringah Achmad Irfandi mewarnai acara ini. Setelah melakukan perkenalan dan ice breaking, para siswa TK tersebut diberikan waktu untuk bermain sepuasnya selama 15 menit. Mereka mencoba bermain dakon, wayang mini, hingga menggambar menggunakan pewarna buah-buahan alami. Tak berhenti sampai disitu, para siswa TK ini juga mengikuti cooking class dengan membuat makanan tradisional yaitu jemblem. 

“Bermain, membuat karya, hingga membuat makanan tradisional sendiri ini mampu memicu ketangkasan, kecerdasan serta baik bagi motorik anak-anak,” ujar Achmad Irfandi.

3. Mengedepankan pilar pendidikan, Kampung Lali Gadget memiliki andil besar dalam membantu anak-anak agar tidak kecanduan gadget

Anak Bermain Permainan Tradisional di Kampung Lali Gadget. (IDN Times/Fika Febriana).

Tak hanya sebagai tempat edukasi, ternyata Kampung Lali Gadget ini juga memiliki andil dan segudang manfaat bagi anak-anak di sekitarnya, atau anak-anak yang pernah mengikuti program di Kampung Lali Gadget.

Hal itu dikatakan oleh Achmad Irfandi bahwa banyak para orang tua yang memberikan testimoni baik kepadanya. Seperti testimoni Saha, salah satu orang tua anak yang domisilinya masih satu desa dengan Kampung Lali Gadget. “Vino ini karena sering main wayang di KLG, saat kemarin ada pasar rakyat, ditawari beli balon tidak mau, mainan tidak mau, jajan tidak mau, tapi saat ke penjual wayang, dia langsung ambil,” ujar Saha.

Selain Saha, juga terdapat respon positif dari salah satu pengajar di TK Wonoayu, Ida. “Anak-anak mulai mengenal permainan tradisional. Anak-anak yang ikut program di KLG mulai bisa bersosialisasi dengan teman sebayanya. Ibu-ibu para orangtua sudah ramai membicarakan KLG di Facebook, banyak yang menanyakan tentang KLG,” terang Ida.

Selain respon positif dari masyarakat, Achmad Irfandi juga menyebutkan dampak paling krusial yang didapat dari dibangunnya Kampung Lali Gadget ini. Di antaranya:

  1. Merubah pola pikir dan kebiasaan anak-anak peserta program KLG.
  2. Merubah pola pikir orang tua dalam mengasuh anak.
  3. Munculnya kegiatan kreatif dan edukatif yang selalu dinantikan masyarakat.
  4. Tumbuhnya kecintaan terhadap budaya lokal, berupa permainan, dan lagu-lagu daerah pada anak-anak.
  5. Kesadaran akan kecanduan gadget di masyarakat semakin meningkat, jadi para orang tua harus aware akan hal ini.

4. Kampung Lali Gadget menjadi sebuah kado besar untuk kemajuan Desa Pagerngumbuk

Kampung Lali Gadget. (IDN Times/Fika Febriana).

Tak hanya memberikan manfaat untuk anak-anak, kehadiran Kampung Lali Gadget ini seolah juga menjadi kado besar untuk kemajuan Desa Pagerngumbuk. Dampak yang paling besar dirasakan pada branding desa dan sektor ekonomi.

“Tamu-tamu yang datang di desa semakin meningkat, dan banyak yang penasaran ingin mengunjungi Kampung Lali Gadget secara langsung. Dulu pernah, ada artis Luna Maya yang mengunjungi dan mengikuti program di Kampung Lali Gadget ini. Nah, itu jelas membuat branding desa semakin melejit,” ujar Achmad Irfandi dengan bangga.

Selain pada branding desa, multi efek dari adanya Kampung Lali Gadget ini juga dirasakan masyarakat sekitar yang kini mulai mengembangkan UMKM karena banyaknya kunjungan. Dalam setiap event yang digelar di Kampung Lali Gadget, setidaknya ada sekitar 10 UMKM yang bisa memanfaatkannya untuk meraup keuntungan. UMKM yang konsisten dan bertahan setiap hari ada tiga UMKM, belum lagi penjual jajanan keliling yang sering mampir ketika ada anak-anak bermain.

Ketika saya mendatangi Kampung Lali Gadget waktu itu, memang benar adanya para pedagang atau UMKM setempat tersebut menjajakan dagangannya di sana, dan laris manis diserbu pembeli. Para pedagang tersebut berjualan makanan ringan yang banyak disukai anak-anak.

5. Tantangan dan hambatan selalu dihadapi, menjadikan Kampung Lali Gadget tetap bertahan hingga kini

Anak-Anak Peserta Program di Kampung Lali Gadget. (IDN Times/Fika Febriana).

Menurut Achmad Irfandi, mendirikan tempat edukasi seperti Kampung Lali Gadget ini bukanlah perkara yang mudah. Terlebih ketika pandemi tahun 2020-2021, Kampung Lali Gadget juga tak luput dari dampaknya. Namun, Achmad Irfandi bersama timnya mampu melewati itu semua.

“Ketika pandemi dulu, memang ada beberapa program yang ditiadakan karena harus mengumpulkan massa yang banyak. Namun tetap ada beberapa program yang berjalan, dengan menerapkan protokol kesehatan. Anak-anak yang beraktivitas harus mencuci tangan, memakai masker, dan dibatasi setiap harinya tak lebih dari 10 anak,” terang Achmad Irfandi.

“Kami juga turut membantu masyarakat dan tenaga medis berjuang menghadapi pandemi, dengan cara memberdayakan 4 rumah tangga untuk memproduksi 6000 face shield darurat, serta mengumpulkan dan mengelola donasi senilai Rp.30.000.000 dalam kurun waktu Maret-Mei 2020,” jelas Achmad Irfandi.

Selain itu, tantangan akan era digital seperti sekarang juga dirasakan Achmad Irfandi. Ia mengatakan bahwa, perkembangan teknologi yang sangat besar sehingga menjadikan hal-hal berbau kesederhanaan, kehidupan desa, kearifan lokal, semakin ditinggalkan.

Namun Achmad Irfandi tak menyerah begitu saja, Ia akan terus mengembangkan apa yang sudah Ia bangun dengan kerja keras, yaitu Kampung Lali Gadget ini. “Saya akan menambah SDM, mengembangkan program, dan melakukan yang usaha untuk Kampung Lali Gadget yang lebih baik,” pungkas Achmad Irfandi.

 

Semangat Achmad Irfandi dalam menyelamatkan anak-anak dari kecanduan gadget ini patut untuk didukung oleh semua lapisan masyarakat. Dengan demikian, tujuan-tujuan dari berdirinya Kampung Lali Gadget ini dapat tercapai dengan baik. Seperti mulai berkurangnya tingkat kecanduan gadget pada anak, hingga mulai dikenalnya budaya lokal oleh anak-anak. Ciptakan kembali senyum anak Indonesia melalui budaya dan permainan tradisional, karena kita satu Indonesia!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fika Febriana
EditorFika Febriana
Follow Us