Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kebun Berdaya: Bangun Mandiri Pangan Hingga Gerakkan Ekonomi Kreatif

Kunjungan anak-anak TK Tunas Mekar Sari untuk belajar dan praktek pembibitan di Kebun Berdaya Tegeh Sari. (instagram.com/kebunberdaya)
Kunjungan anak-anak TK Tunas Mekar Sari untuk belajar dan praktek pembibitan di Kebun Berdaya Tegeh Sari. (instagram.com/kebunberdaya)

Masih segar di ingatan bagaimana perekonomian Bali lumpuh, porak-poranda kala badai COVID-19 melanda. Surga wisata dunia yang biasanya tak tidur selama 24 jam mendadak sunyi sepi, seolah tak ada lagi denyut nadi kehidupan di dalamnya. Perlahan tapi pasti, hotel, villa, restoran, rumah makan, toko oleh-oleh, agen wisata, mall, klub malam, perusahaan transportasi, pusat kebugaran dan kecantikan, hingga media merumahkan karyawan karena tak sanggup lagi membayar gajinya. Jalanan yang biasanya macet, penuh sesak kendaraan bermotor yang hasilkan polutan khas kota wisata mendadak lengang bagai kota mati tak berpenghuni, terdampak meluasnya aturan pembatasan sosial yang melarang warga berkerumun di luar rumah. Warga yang kehilangan mata pencahariannya pun mulai merasakan sulitnya bertahan hidup, terutama warga yang tinggal di wilayah urban.

Hampir seluruh wilayah urban di Bali terdampak COVID-19, tak terkecuali Banjar Tegeh Sari, Desa Tonja, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar, Bali. Wilayah dengan ribuan kepala keluarga (KK) ini mayoritas penduduknya adalah kaum urban yang menyewa lahan terbatas untuk tempat tinggal. Sehingga pemenuhan pangan secara mandiri dengan bertani atau berkebun dan beternak mustahil dapat dilakukan. Hal inilah yang mendorong I Gede Mantrayasa, selaku Ketua Satgas Banjar Berdaya COVID-19 Tegeh Sari menginisiasi gerakan urban farming, Kebun Berdaya.

Sesuai dengan nama satgasnya, Banjar Berdaya, I Gede Mantrayasa mengajak warga Banjar Tegeh Sari memberdayakan potensi lokal yang ada di sekitarnya untuk ketahanan pangan.

"Orang nggak akan bisa hidup tanpa pangan. Nggak pernah ada sejarah tanpa makan mereka bisa hidup," ujar I Gede Mantrayasa.

Alumni Teknik Geodesi UGM angkatan 1991 ini lalu melakukan pemetaan bersama timnya untuk mengetahui di mana saja lokasi sebaran lahan-lahan dan pekarangan kosong, yang memungkinkan digunakan sebagai pusat aktivitas (hub) Kebun Berdaya.

Bagaimana Kebun Berdaya terus berproses mempertahankan praktik baik dan bertransformasi menjadi lebih baik lagi dari waktu ke waktu? Yuk, simak perjuangan warga Banjar Tegeh Sari bahu-membahu berkolaborasi merintis, membangun, dan mengembangkan Kebun Berdaya!

Kebun Berdaya, oase di tengah pandemik COVID-19

Gotong royong warga membuat akses jalan ke hub Kebun Berdaya Sari Dewi dan pemanfaatan ruang kosong di sekitar rumah untuk Kebun Rumah Tangga.
Gotong royong warga membuat akses jalan ke hub Kebun Berdaya Sari Dewi dan pemanfaatan ruang kosong di sekitar rumah untuk Kebun Rumah Tangga. (instagram.com/kebunberdaya)

Kebun Berdaya adalah sebutan untuk kebun-kebun komunitas yang ada di wilayah Banjar Tegeh Sari.

Lahan-lahan dan pekarangan kosong terbengkalai, yang semula tak terawat dan hanya menjadi lokasi pembuangan sampah ilegal orang tak bertanggungjawab lalu disulap menjadi hub-hub Kebun Berdaya.

Setelah melakukan pemetaan dan menentukan lokasi hub-hub Kebun Berdaya, langkah awal yang dilakukan untuk pemberdayaan pangan adalah dengan membentuk kelompok-kelompok Mina Tani, dengan aktivitas utamanya adalah berkebun dan budidaya lele.

Kelompok-kelompok ini lalu berkolaborasi untuk memulai aktivitas perdananya dengan meminjam lahan kosong milik salah satu warga sebagai pilot project atau pusat hub Kebun Berdaya. Pembibitan, penanaman, dan budidaya lele (dua kolam) dilakukan di hub ini, kemudian didistribusikan ke hub-hub lainnya dan Kebun Rumah Tangga.

Bibit-bibit tanaman yang diperoleh dari hub pembibitan kemudian ditanam di media tanam yang sesuai.

Botol plastik dan pipa pralon bekas, serta planter bag atau dipopulerkan dengan sebutan berkebun dalam tas, digunakan sebagai media tanam di Kebun Rumah Tangga yang lahannya sempit.

Kebun Rumah Tangga dioptimalkan dengan memanfaatkan ruang kosong yang ada di sekitar rumah seperti telajakan, sempadan, sudut-sudut gang, tepi jalan, pelaba pura, membuat para-para di atas sungai untuk media tanam, bahkan di atas tembok dan pagar bambu pun bisa digunakan sebagai media tanam. Langkah ini dilakukan agar kebutuhan gizi masing-masing rumah tangga tercukupi, terutama lansia, ibu hamil, bayi, balita, dan penyandang disabilitas.

Jenis tanaman yang dikembangkan di kebun ini adalah sayur-sayuran bernutrisi tinggi dan bermanfaat untuk memperlancar ASI seperti kelor, katuk, bayam, serta tanaman yang bisa digunakan sebagai pengobatan herbal seperti empon-empon dan bumbu dapur.

Kolaborasi dan sinergi dengan komunitas-komunitas profesional seperti KAGAMA Ketahanan Pangan, Alam Santi Design, Kopernik, Lelebiomaxi, Kebun Kalpataru Sanur, #AmanDariCovid19, KW Kreasi, dan lain-lain dilakukan agar kesalahan-kesalahan yang mungkin muncul dalam setiap proses merintis dan membangun kebun ini bisa diminimalisir.

"Kami di sini bukan hanya melihat hasil. Tetapi kami mengajak masyarakat untuk melihat proses. Karena bagaimanapun juga ini kan suatu pendidikan karakter, bahwa dia harus terus berjuang sampai apa yang diinginkan ini berhasil," papar I Gede Mantrayasa optimis.

ZWC Sari Dewi kelola sampah jadi berkah

Ibu-ibu ZWC Sari Dewi memamerkan hasil belajar memasak makanan olahan kulit pisang bersama Cookpad.
Ibu-ibu ZWC Sari Dewi memamerkan hasil belajar memasak makanan olahan kulit pisang bersama Cookpad. (instagram.com/zwc_saridewi)

Kelola sampah berbasis sumber sebenarnya bukanlah hal baru bagi warga Banjar Tegeh Sari. Mereka sudah teredukasi untuk mengumpulkan dan memilah sampah, serta menabungnya di Bank Sampah Tegeh Sari Lestari (BSTSL).

BSTSL juga pernah memenangkan penghargaan dari Astra sebagai juara 2 dalam kompetisi bank sampah tingkat nasional (BASCOM ASTRA 2020) kategori bank sampah unit.

Namun, COVID-19 membuat BSTSL tutup sementara. Hal ini menyebabkan sampah menumpuk di rumah-rumah warga.

Seiring dengan berkembangnya Kebun Berdaya, kebutuhan pupuk tanaman juga meningkat. Pupuk terbaik untuk tanaman adalah pupuk organik, yang bisa dipenuhi jika sampah rumah tangga dikelola dengan baik mulai dari sumbernya. Ibu-ibu, sebagai penghasil sampah organik terbanyak harus teredukasi dengan baik agar misi program Zero Waste Cities (ZWC) tercapai.

"Apa yang kita bisa lakukan untuk pengurangan-pengurangan sampah di masyarakat ini? Karena karakter banjar kami ini adalah beragam. Akhirnya kita sepakat, mari kita lakukan pengelolaan ini di... Kita pakai sampelnya di Sari Dewi yang ada 85 KK," ungkap Ketua Yayasan Tegeh Sari, I Gede Mantrayasa.

Yayasan Tegeh Sari lalu berkolaborasi dengan Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Bali untuk menjalankan program ZWC agar ada perubahan perilaku warganya, sehingga sampah yang dihasilkan semakin berkurang jumlahnya, dan hanya menyisakan sampah residu saja.

Keberhasilan program ini tentu saja tidak mudah karena dibutuhkan komitmen kuat antara dinas terkait dan desa adat, serta ketersediaan sarana dan prasarana pendukung aktivitas memilah sampah. Selain itu, dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) profesional dalam pengelolaan sampah, mulai dari sistem manajemennya, petugas edukasi, dan petugas angkut.

Sejak Oktober 2020, Komang Ariani, memimpin Tim ZWC Sari Dewi mengedukasi warga di Gang Sari Dewi door to door secara masif. Mereka menjelaskan bagaimana pemilahan sampah dari rumah yang benar. Pembagian pamflet bergambar dan berwarna yang eye catching sebagai media edukasi dimaksudkan agar instruksi yang ada di dalamnya lebih menarik untuk dibaca, dipahami, dan dijalankan.

Kemudian dibentuklah Bank Sampah Sari Dewi untuk mengurangi kerumunan di BSTSL dan mempermudah akses warga menabung sampahnya karena lokasinya lebih dekat daripada BSTSL. Selain itu, tabungan sampah yang sudah terintegrasi dengan fitur M-Banking Koperasi Manik Galih juga memudahkan warga untuk melakukan transaksi elektronik seperti pembelian pulsa, token listrik, maupun pembayaran iuran BPJS.

Selain itu, ZWC Sari Dewi juga memperoleh pendampingan dan pelatihan pengembangan UMKM dari PPLH Bali yang berkolaborasi dengan Rikolto dan Cookpad dalam program Food Smart City. Program ini tak hanya menghasilkan makanan olahan sayur, buah, lele, yang berasal dari kebun sendiri, namun juga menghasilkan makanan olahan dari food loss seperti bolu kulit pisang dan selai kulit buah naga.

Setelah proses pendampingan berjalan selama setahun, sudah terjadi perubahan signifikan. Semula 100% sampah masih tercampur, saat ini 100% warganya sudah mau memilah sampah, dengan rincian 79% sampah organik (89% dikomposting dan untuk pakan ternak, 11% untuk budidaya maggot), 2% sampah anorganik, dan 18% residu.

Jika sebelumnya sampah residu diangkut 2-3 kali dalam seminggu dengan volume dua gerobak sekali angkut, saat ini hanya satu kali seminggu dengan volume hanya satu gerobak saja. Tampak bahwa pemilahan sampah sebelumnya tidak berdampak secara signifikan. Sehingga kolaborasi edukasi pengelolaan sampah ini perlu dilakukan secara masif, mulai dari rumah tangga maupun secara komunal.

"Jadi ketika ini dilakukan oleh PPLH, ternyata ini merupakan sebuah solusi untuk daerah urban yang ada di Denpasar, yang tidak mempunyai tempat yang bisa dijadikan untuk TPS 3R," I Gede Mantrayasa tersenyum senang.

ZWC Sari Dewi yang hadir di gang sempit padat penduduk, ternyata berhasil mengubah perilaku warganya lebih peduli lingkungan. Dengan terus menggaungkan program pilah sampah dari rumah, bukan tidak mungkin aksi nyata ini akan lebih mudah diduplikasi ke hub Kebun Berdaya lainnya.

Lingkungan hijau, bersih, sehat, terjalin kebersamaan antarwarga merupakan berkah tak ternilai yang diperoleh dari kelola sampah berbasis sumber. Selain penuhi kebutuhan pangan keluarga, makanan olahan hasil kebun sendiri dan sampahnya juga bisa hasilkan rupiah. Ekonomi kreatif bergerak, UMKM tumbuh.

Berkat prestasinya dalam perubahan positif ini, Bank Sampah Sari Dewi berhasil memperoleh Juara 1 Kategori Bank Sampah Unit Binaan dalam Sampah Innovation&Competition (BASIC ASTRA 2022).

Generasi hijau STAR wujudkan masyarakat sadar lingkungan sejak dini

Peserta Pasraman Hijau dipandu STAR memulai petualangan kebun di hub KWT Tegeh Sari dengan bermain ecogames Alami Garden dari @helloecogames.
Peserta Pasraman Hijau dipandu STAR memulai petualangan kebun di hub KWT Tegeh Sari dengan bermain ecogames Alami Garden dari @helloecogames. (instagram.com/kebunberdaya)

Generasi muda adalah generasi penerus yang akan melanjutkan tongkat estafet jaga bumi. Untuk itu perlu mewujudkan masyarakat sadar lingkungan sejak dini.

Agar tujuan ini tercapai, Banjar Tegeh Sari rutin mengedukasi siswa SDN 5 Tonja melalui kegiatan ekstra kurikuler lingkungan.

Remaja yang tergabung dalam Sekaa Teruna Teruni (STT) Padma Astiti juga berperan aktif terlibat dalam aktivitas edukatif tentang lingkungan, antara lain dengan menginisiasi kegiatan Prasmanan Hijau untuk mengisi liburan sekolah. Prasmanan Hijau adalah kegiatan pembelajaran lingkungan dengan konsep bermain sehingga lebih menarik, tidak membosankan, serta memancing bakat dan kreativitas anak.

Sejak ada Kebun Berdaya, aktivitas mengenalkan lingkungan ini menjadi lebih intens, hingga akhirnya terbentuklah komunitas anak dan remaja Salam (Sahabat Alam) Natah Rare atau biasa disebut sebagai generasi hijau STAR di bawah naungan PPLH Bali.

Selain rutin melakukan aktivitas pembersihan lingkungan, mereka juga berperan aktif mengedukasi anak-anak dan remaja tentang pengelolaan sampah berbasis sumber melalui kegiatan Door To Door Education (DTDE).

Mereka juga mengikuti kegiatan Jambore Ban The Big 5, menampilkan pertunjukan seni teater berjudul "Sampah Dikurangi, Alam Lestari" dan berbagi pengalaman tentang pengelolaan sampah berbasis sumber yang dilakukan di rumah masing-masing. Kegiatan yang diinisiasi oleh Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI) ini bertujuan untuk menyuarakan pengurangan penggunaan 5 sampah plastik, yaitu kantong plastik, sedotan, kemasan sachet, styrofoam, dan microbead.

Prasmanan hijau menjadi salah satu agenda tahunan generasi hijau STAR dalam edukasi lingkungan dengan berbagai acara seru dan menyenangkan setiap liburan sekolah. Komunitas yang pernah digandeng dalam kegiatan ini antara lain @jejakliterasibali dengan programnya Kebun Literasi dan @helloecogames yang mengenalkan berbagai games edukatif seputar lingkungan.

Sebagai agen perubahan, generasi hijau STAR tidak hanya mengemban tugas seputar pelestarian lingkungan. Namun juga mendapatkan berbagai macam pelatihan untuk melestarikan kearifan lokal budaya Bali melalui berbagai kegiatan kreatif produktif seperti seni teater, jurnalistik, menulis kreatif, dan dipercaya untuk mengelola hub Kebun Berdaya Kampung Hijau.

Inovasi dan harapan KBA Tegeh Sari menuju Proklim

Contoh papan hasil olahan sampah plastik KBA Tegeh Sari
Tangkapan layar youtube (youtube.com/@KBATegehSari-kq1wx)

Kampung Berseri Astra (KBA) merupakan sebuah program berbasis komunitas yang mengintegrasikan inisiatif empat pilar kontribusi keberlanjutan Astra dalam satu komunitas kampung, yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan bersih, sehat, cerdas, dan produktif.

Perjuangan warga Banjar Tegeh Sari bahu-membahu berkolaborasi merintis, membangun, dan mengembangkan aktivitas kelompok-kelompok Mina Tani hingga mampu bertahan melalui badai COVID-19 membuat KBA Tegeh Sari berhasil meraih Juara 1 KBA DSA Innovation 2021 Kategori KBA Peduli Iklim, menyisihkan 10 finalis lainnya.

Berkat kemampuannya terus bertumbuh dengan berbagai inovasi berusaha melakukan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di wilayah urban, KBA Tegeh Sari akhirnya mendapat predikat Proklim Kategori Utama dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2024 lalu.

Saat ini KBA Tegeh Sari sudah mampu mengolah sampah plastik menjadi papan. Namun ternyata dibutuhkan energi listrik dan gas yang cukup besar untuk proses pencacahan dan pembentukannya. Oleh karena itu diharapkan ada stakeholder yang bisa membantu inovasi di bidang energi terbarukan, seperti pemanfaatan energi surya atau biogas. Pemanfaatan energi terbarukan ini diharapkan juga bisa bermanfaat untuk otomatisasi pengairan kebun, pengoperasian pompa air, dan penerangan kebun saat malam hari.

Penggunaan teknologi otomatis di kebun diharapkan membuat generasi muda semakin tertarik untuk berkebun.

Perlu dicatat bahwa berkebun adalah sarana edukasi dan rekreasi murah yang bisa dilakukan setiap rumah tangga secara mandiri. Penguatan pendidikan karakter pun bisa dilakukan melalui kegiatan ini karena dengan berkebun anak belajar untuk sabar berproses, mulai dari menyemai bibit tanaman, merawat tanaman dengan menyiraminya setiap hari dan memberi pupuk, hingga memanen hasil, mengkonsumsi atau menjualnya. Kegiatan ini juga menguatkan bonding antara orang tua dan anak karena kebersamaan yang terbentuk sejak awal proses menyemai bibit tanaman, sejenak melupakan gadget.

Pembiasaan memilah sampah rumah tangga, yaitu memisahkan sampah organik, anorganik, dan residu juga bisa dimulai dari kegiatan berkebun. Edukasi bisa dimulai dari pengetahuan bahwa tanaman membutuhkan pupuk agar bisa tumbuh lebih baik, dan pupuk organik merupakan pilihan terbaik yang bisa dihasilkan mandiri dari sampah yang dihasilkan sehari-hari dari dapur rumah tangga.

Berkebun juga bisa menggerakkan ekonomi rumah tangga karena bisa memenuhi kebutuhan pangan mandiri, dan berpotensi menggerakkan ekonomi kreatif seperti yang sudah dilakukan ibu-ibu ZWC Sari Dewi.

Apakah pembaca sudah tertarik untuk berkebun, meniru apa yang sudah dilakukan KBA Tegeh Sari melalui aktivitas Kebun Berdaya, dan bersiap menjadi generasi hijau selanjutnya?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us

Latest in Life

See More

8 Rekomendasi Buku Bacaan Marissa Anita, Belajar tentang Hidup

18 Nov 2025, 21:40 WIBLife