7 Tips Ini Dijamin Bikin Kamu Konsisten Menjalani Kebiasaan Baru!

Setiap orang pasti memiliki target dan resolusi untuk memperbaiki kebiasaan lama. Dalam bukunya yang berjudul Dahsyatnya Kebiasaan, Charles Duhigg menyatakan bahwa kebanyakan orang ingin mengubah kebiasaan lamanya dengan cepat.
Masalahnya, fokus utama dalam mengubah kebiasaan lama adalah konsisten terhadap kebiasaan baru, yang ternyata tidak cukup hanya dengan bermodalkan tekad dan keyakinan.
Lantas, apa yang harus dilakukan untuk mengubah kebiasaan lama dan tetap konsisten menjalani kebiasaan baru? Yuk, simak 7 langkah mudah ala Charles Duhigg dari buku Dahsyatnya Kebiasaan berikut ini!
1. Tentukan tujuan

Tujuan inilah yang seharusnya ditulis dalam resolusi setiap tahun baru. Dengan adanya tujuan yang jelas, kita memiliki alasan dan kemauan untuk mengubah kebiasaan lama dan mempertahankan kebiasaan baru. Bisa dikatakan, tujuan adalah langkah kecil dari kebiasaan baru yang kelak saat tercapai, akan ada kebiasaan baru yang secara tidak sengaja terbentuk.
2. Pahami alur kebiasaan lama

Menentukan tujuan saja tidak cukup, karena perlu adanya pemahaman yang baik mengenai alur kebiasaan lama. Dalam bukunya, Charles Duhigg menyatakan bahwa alur kebiasaan akan selalu terdiri dari tiga komponen, yaitu isyarat, rutinitas, dan ganjaran.
Isyarat adalah pertanda atau penyebab yang mendorong kita untuk melakukan suatu kebiasaan. Sedangkan rutinitas merupakan kebiasaan kunci yang akhirnya terjadi sebagai akibat dari adanya isyarat. Dan ganjaran adalah perasaan lega karena telah melakukan kebiasaan kunci.
3. Temukan isyarat penyebab kebiasaaan lama

Setelah memahami tiga komponen alur kebiasaan, jelas bahwa suatu kebiasaan tidak terjadi begitu saja, melainkan adanya isyarat. Sebagai contoh, seorang karyawan memiliki kebiasaan pergi ke kantin di waktu luang. Ia ingin mengubah kebiasaannya itu karena tidak ingin menambah lingkar perut.
Sebagai langkah pertama, karyawan tersebut harus menemukan isyaratnya terlebih dahulu dengan menjawab pertanyaan “apa yang membuat saya selalu ingin ke kantin di waktu luang?”.
4. Cari rutinitas atau kebiasaan kunci

Kebiasaan kunci adalah fokus dari suatu kebiasaan itu sendiri, atau lebih singkatnya disebut sebagai rutinitas. Jika jawaban si karyawan untuk pertanyaan sebelumnya adalah “karena merasa bosan”, maka perasaan bosan tersebut adalah isyarat yang membuat si karyawan akhirnya melakukan rutinitas pergi ke kantin. Dengan begitu, jelas bahwa kebiasaan kunci dalam kasus karyawan ini adalah rutinitas pergi ke kantin.
5. Pahami ganjaran yang dirasakan setelah melakukan kebiasaan

Bukan karena tanpa alasan suatu kebiasaan terjadi. Seseorang melakukan kebiasaan tertentu karena ingin merasakan sesuatu. “Mengapa saya pergi ke kantin saat bosan?” adalah pertanyaan yang harus dijawab oleh si karyawan jika ingin memahami ganjaran yang ia rasakan setelah melakukan rutinitas pergi ke kantin. Dan jika si karyawan menjawab “ingin merasakan distraksi dari rasa bosan”, maka perasaan terdistraksi itulah ganjarannya.
6. Ubah kebiasaan kunci menjadi respons pesaing

Menurut Aturan Emas yang ditulis oleh Charles Duhigg, kita tidak bisa melenyapkan kebiasaan buruk, tetapi kita bisa mengubahnya. Jadi, setelah mengidentifikasi isyarat, rutinitas, dan ganjaran, perlu adanya respon pesaing yang dapat menggantikan posisi kebiasaan kunci dalam rutinitas.
Sebagai contoh, si karyawan memutuskan untuk berdiskusi ke ruangan kolega sebagai respon pesaing. Maka, suatu saat ketika ia merasa bosan, ia bisa langsung pergi ke ruangan koleganya untuk mendapatkan distraksi, bukan malah ke kantin!
7. Cari teman seperjuangan

Sedikit tambahan, para peneliti mulai menemukan bahwa pergantian kebiasaan bekerja cukup baik untuk banyak orang sampai munculnya tekanan dalam kehidupan, dan akan gagal dalam saat-saat kritis.
Kebiasaan baru bisa bertahan apabila ada kepercayaan bahwa perubahan itu bisa berhasil, dan kepercayaan paling sering muncul dengan bantuan kelompok untuk saling mengingatkan, mendukung, berbagi, dan lain-lain. Sehingga, perlu adanya kelompok yang berisi beberapa teman seperjuangan.
Memang, mengubah kebiasaan tidak semudah menjabarkannya. Bahkan pemahaman pola kebiasaan tidak akan membuat kebiasaan buruk hilang begitu saja. Tetapi, dengan memahami alurnya, kita memperoleh wawasan yang menjadikan kebiasaan lebih mudah untuk dimengerti.
Caranya dengan melalui pemahaman isyarat dan ganjarannya, serta memberi kita cara untuk merencanakan bagaimana mengubah kebiasaan itu melalui pemahaman kebiasaan kunci dan respons pesaing. Jadi, siapa yang sudah siap mengubah kebiasaan lama yang kurang produktif itu?