Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Laksmi Pamuntjak Ungkap Bekal Utama untuk Jadi Penulis Andal

WhatsApp Image 2025-08-31 at 7.28.57 PM.jpeg
Laksmi Pamuntjak di IDN HQ pada 20 Agustus 2025 (IDN Times/Febriyanti Revitasari)
Intinya sih...
  • Penulis harus siap berproses dengan serius, banyak membaca untuk membandingkan karya dan bergulat dengan bahasa.
  • Sisi empati penulis perlu diasah, memiliki rasa kemanusiaan yang besar untuk menumbuhkan kepedulian sosial terhadap sekitar.
  • Penulis harus punya wawasan luas, pengetahuan umum yang dalam, rasa ingin tahu yang besar, serta kesabaran dalam proses menulis.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Menulis bukan soal merangkai kata menjadi kalimat saja. Seorang penulis butuh kemampuan untuk bisa menghidupkan tulisannya. Pasalnya, tulisan yang bagus juga melihat bagaimana emosi yang disampaikan dan apakah pesannya tersampaikan kepada pembaca.

Kepada IDN Times pada Rabu (20/8/2025), Laksmi Pamuntjak membagikan bekal utama untuk menjadi penulis handal. Ini beberapa kemampuan yang seharusnya dimiliki oleh seorang penulis agar tulisannya gak sekadar dibaca, tapi bisa meninggalkan kesan mendalam. 

1. Penulis harus siap berproses dengan serius

ilustrasi menulis refleksi (pexels.com/vlada karpovich)
ilustrasi menulis refleksi (pexels.com/vlada karpovich)

Penulis yang ingin mengeluarkan suatu karya harus siap berkeringat darah menurut Laksmi. Pasalnya, menulis bukanlah persoalan yang mudah. Ada usaha dan waktu yang harus dikorbankan karena prosesnya gak instan.

Untuk bisa menghasilkan tulisan yang bagus, maka penulis seharusnya banyak membaca. Tujuannya agar penulis bisa membandingkan karyanya dengan orang lain untuk mencari tahu apa yang perlu diperbaiki.

Selain itu, Laksmi juga mengatakan bahwa penulis perlu, “Bergulat dengan bahasa, harus banyak membaca supaya ada bandingannya. Tulisan yang baik itu seperti apa, novel yang baik itu seperti apa, cerpen yang baik itu seperti apa”.

2. Sisi empati penulis perlu diasah

ilustrasi me time dengan menulis jurnal (pexels.com/Mikhail Nilov)
ilustrasi me time dengan menulis jurnal (pexels.com/Mikhail Nilov)

Penulis perlu mengasah kemampuan menulisnya secara teknik. Namun di samping itu, penulis juga perlu melebarkan sisi empatinya. Hal itu disampaikan Laksmi saat mengunjungi IDN Times pada Rabu (20/8/2025) di IDN HQ, Jakarta.

“Harus punya empati, rasa kemanusiaan yang besar. Kalau tidak, kita gak bisa berempati dengan tokoh-tokoh yang akan kita angkat berdasarkan kehidupan nyata,” tutur penulis buku Kitab Kawin ini.

Sebabnya, Laksmi merasa setiap penulis perlu menumbuhkan kepedulian sosialnya terhadap sekitar. Menurutnya, cerita tetaplah lahir dari realita mau se-fantastis apa pun.

3. Penulis harus punya wawasan luas

Ilustrasi membaca buku dengan nyaman (Pexels.com/Andrea Piacquadio)
Ilustrasi membaca buku dengan nyaman (Pexels.com/Andrea Piacquadio)

“Kita harus punya pengetahuan umum juga yang dalam,” ujarnya.

Berkecimpung di dunia tulis menulis sejak 90-an membuat Laksmi mempelajari banyak hal. Itulah mengapa ia merasa seorang penulis perlu memiliki wawasan yang luas.

Pengetahuan umum yang luas menjadi bekal penting bagi penulis. Ketika penulis memahami beragam aspek dan bidang, maka hal itu akan membantunya merangkai tulisan yang lebih berbobot.

4. Penulis harus penasaran dan punya rasa ingin tahu

ilustrasi melatih otak untuk berpikir kritis (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)
ilustrasi melatih otak untuk berpikir kritis (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)

Laksmi juga mengatakan, “Curiosity, kita harus ingin tahu, ada keingintahuan yang besar”.

Terus tumbuhkan rasa penasaran dalam dirimu. Itu karena penulis perlu mengembangkan kepekaan terhadap lingkungan sekitarnya. Proses berpikir kritis menjadi aspek yang juga membantu penulis.

Keinginan untuk terus belajar juga akan mendorong seseorang untuk menggali banyak hal. Dengan begitu, kamu akan punya beragam sudut pandang dan perspektif yang membantumu ketika menulis dalam bidang apa pun itu.

5. Penulis harus sabar

ilustrasi perempuan sabar (pexels.com/Yan Krukau)
ilustrasi perempuan sabar (pexels.com/Yan Krukau)

“Setiap kalimat harus dibikin sebagus mungkin. Kita harus punya kesabaran,” ucap Laksmi.

Penulis dihadapkan pada kenyataan bahwa proses menulis belum usai meskipun sudah selesai ditulis. Setelah tulisan selesai, tahap selanjutnya adalah mengedit tulisan yang masih ‘mentah’.

Di sinilah penulis kembali diuji kesabarannya. Tanpa kesabaran, sulit bagi penulis untuk menghasilkan tulisan yang bagus dan layak dibaca.

Seperti yang disampaikan Laksmi, proses menulis gak bisa se-instan membalikkan telapak tangan. Ada yang harus dikorbankan, tapi kamu juga ditempa menjadi pribadi dengan segudang potensi. Jadi, sudah siapkah menjadi penulis?

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Tarmizi Murdianto
EditorMuhammad Tarmizi Murdianto
Follow Us

Latest in Life

See More

Persiapan Punya Momongan, 3 Hal Ini Harus Diperhatikan dengan Serius

14 Sep 2025, 14:10 WIBLife