Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Langkah Nyata Wujudkan Teknologi Ramah Lingkungan yang Inklusif

ilustrasi langkah nyata wujudkan teknologi ramah lingkungan yang inklusif (pexels.com/Eren Li)
ilustrasi langkah nyata wujudkan teknologi ramah lingkungan yang inklusif (pexels.com/Eren Li)

Teknologi saat ini gak hanya mengubah cara kita berbicara dan bekerja, tetapi juga berperan penting dalam mewujudkan keadilan sosial. Dengan smartphone, media sosial, dan internet menjadi bagian dari hidup sehari-hari, generasi modern lahir dan berkembang. Namun, pernahkah kamu berpikir, apakah teknologi yang nyaman dapat dinikmati oleh semua orang, termasuk para difabel, tanpa melupakan keberlanjutan lingkungan?

Isu ini berlaku di seluruh dunia, bukan hanya di Indonesia. Lebih dari 1,3 miliar orang, atau 16 persen populasi global, hidup dengan difabel, sebagian besar di negara berkembang, menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Data dari Kemenko PMK menunjukkan bahwa ada 22,97 juta difabel di Indonesia, yang merupakan sekitar 8,5 persen dari populasi. Angka-angka ini menunjukkan bahwa memasukkan teknologi bukan hanya "opsi tambahan", tetapi kebutuhan utama jika kita ingin masa depan yang benar-benar ramah bagi semua orang.

1. Platform digital yang aksesibel dan ramah lingkungan

ilustrasi menggunakan platform digital yang aksesibilitas dan ramah lingkungan (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi menggunakan platform digital yang aksesibilitas dan ramah lingkungan (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Platform digital yang menarik gak hanya memiliki fitur canggih atau desain yang menarik, tetapi juga mudah digunakan oleh semua orang. Untuk teman-teman difabel netra, tuli, atau memiliki kelainan kognitif, fitur seperti pembaca layar, teks kontras tinggi, subtitle otomatis, dan navigasi melalui keyboard menjadi sangat penting.

Selain akses, aspek lingkungan gak boleh diabaikan. Pusat data global mengkonsumsi sekitar 1 persen daya global, menurut International Energy Agency. Namun, algoritma yang efisien dan optimisasi cloud computing hemat energi dapat membantu platform digital mengurangi jejak karbon hingga tiga puluh persen. Jadi, kita bisa membantu menyelamatkan Bumi sambil mengembangkan teknologi yang ramah difabel, kan?

2. Alat bantu pintar yang peduli lingkungan

ilustrasi tongkat bantu untuk tunanetra (pexels.com/MART PRODUCTION)
ilustrasi tongkat bantu untuk tunanetra (pexels.com/MART PRODUCTION)

Selama ini, teknologi bantu hanya berfokus pada fungsi utamanya, tapi nantinya, keberlanjutan ikut jadi pertimbangan. Contohnya, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta bikin tongkat pintar untuk tunanetra yang berpotensi pakai panel surya mini dan material daur ulang. Langkah kecil ini efeknya bisa besar, karena bisa mengurangi limbah sekaligus mempermudah hidup penggunanya.

Di luar negeri, ada inovasi kursi roda listrik tenaga surya yang dikembangkan di India. Dengan desain yang modular, alat bantu ini mudah diganti bagian tertentu ketika ada yang rusak. Alhasil, lebih hemat karena gak perlu membuang seluruh unit. Konsep ini jadi inspirasi bagi para pengembang teknologi di Indonesia untuk menciptakan alat bantu yang ramah lingkungan sekaligus terjangkau, kan?


3. Smart city yang benar-benar inklusif

ilustrasi lampu jalan bertenaga surya (pexels.com/Kindel Media)
ilustrasi lampu jalan bertenaga surya (pexels.com/Kindel Media)

Tak sedikit kota di dunia yang berfokus pada konsep smart city, tapi gak semuanya memikirkan soal aksesibilitas secara menyeluruh. Kota pintar yang ideal sebaiknya memastikan transportasi publik memiliki pengumuman audio-visual, lampu jalan bertenaga surya yang dilengkapi navigasi suara, dan jalur pejalan kaki dengan permukaan taktil yang terbuat dari bahan daur ulang.

Praktik di Jepang dan sejumlah negara Eropa menunjukkan penggunaan sensor lingkungan yang terintegrasi dengan aplikasi publik. Fasilitas ini memungkinkan masyarakat memantau kualitas udara dan cuaca secara langsung, yang sangat bermanfaat bagi difabel untuk merencanakan aktivitas harian dengan aman. Indonesia dapat mengambil inspirasi dari model ini untuk membangun kota yang cerdas sekaligus inklusif.

4. Literasi digital hijau untuk generasi masa depan

ilustrasi mengurangi email spam (pexels.com/Taryn Elliott)
ilustrasi mengurangi email spam (pexels.com/Taryn Elliott)

Dengan literasi digital hijau, kita bisa memahami cara memakai teknologi secara efektif sambil mengurangi dampak negatif lingkungannya. Literasi digital hijau yang bisa dilakukan, contohnya, mengatur cloud storage supaya hemat energi, mengurangi email spam, atau merancang aplikasi dengan kode ringan.

Melibatkan komunitas difabel sebagai co-creator, bukan sekadar pengguna, jadi pilihan yang bijak dalam meningkatkan literasi digital hijau. Dengan adanya kombinasi pelatihan teknis dan kesadaran lingkungan, kita semua bisa menjadi agen perubahan yang mendorong terciptanya teknologi yang inklusif dan berkelanjutan di masa depan, kan?


5. Kolaborasi lintas sektor untuk ekosistem inklusif berkelanjutan

ilustrasi kolaborasi semua pihak untuk menciptakan teknologi ramah lingkungan bagi penyandang disabilitas (pexels.com/Kampus Production)
ilustrasi kolaborasi semua pihak untuk menciptakan teknologi ramah lingkungan bagi penyandang disabilitas (pexels.com/Kampus Production)

Gak ada satu pihak pun yang bisa mewujudkan ekosistem teknologi inklusif sendirian. Pemerintah, sektor swasta, universitas, dan organisasi masyarakat sipil wajib duduk bersama untuk menyusun standar aksesibilitas yang berpadu dengan prinsip keberlanjutan. CSR perusahaan teknologi bisa diarahkan pada pengembangan solusi yang ramah difabel dan ramah lingkungan.

Praktik di beberapa negara menunjukkan bahwa insentif pajak untuk inovasi berkelanjutan dapat mempercepat adopsi teknologi hijau, lho. Indonesia dapat mengadaptasi langkah ini untuk mendorong lahirnya green-inclusive technology hubs yang menjadi pusat inovasi dan inkubasi startup yang fokus pada solusi teknologi untuk difabel.

Teknologi yang inklusif dan ramah lingkungan menjadi investasi jangka panjang yang manfaatnya akan dirasakan oleh semua generasi. Tentu saja, keberhasilan implementasinya dapat meningkatkan kualitas hidup jutaan difabel di Indonesia sekaligus mendukung target pembangunan berkelanjutan global. Inilah arah yang tepat untuk mewujudkan masa depan yang adil, toleran, dan selaras dengan alam, yang sesuai Asta Cita No. 4. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us