Magang Dapat Uang Saku dari Perusahaan, Enaknya Dipakai untuk Apa?

Magang adalah kegiatan bagi mahasiswa untuk latihan menerapkan ilmunya di bidang kerja yang sesuai. Biasanya magang dilakukan sebelum pengerjaan skripsi. Tempat magang sendiri dapat sudah diatur oleh pihak kampus atau mahasiswa diperbolehkan mengajukan proposal magang ke perusahaan atau institusi lain.
Berbeda dengan karyawan, anak magang tidak memperoleh gaji. Akan tetapi, kamu bisa mendapatkan uang saku yang besarannya ditentukan oleh perusahaan yang menjadi tempat magangmu. Namun, uang saku sering kali cuma diberikan apabila mahasiswa magang cukup mampu membantu sejumlah pekerjaan.
Kebijakan ini disesuaikan dengan keuangan perusahaan. Bila magang sifatnya semata-mata agar mahasiswa belajar lebih lanjut di lapangan, uang saku mungkin tak diberikan. Sebab, perusahaan malah mesti menyiapkan orang untuk terus mendampingi mahasiswa sampai program magang selesai. Nah, kalau dirimu memperoleh uang saku dari tempat magang, gunakan dengan bijak. Seperti untuk enam prioritas berikut.
1. Mengganti uang orangtua yang dipakai buat keperluan magangmu

Makin jauh tempat magangmu, makin banyak pula biaya yang mesti dikeluarkan oleh kedua orangtua. Misalnya, buat bayar tiket pesawat ketika kamu berangkat dan kos-kosan di sana kalau tak disediakan asrama gratis.
Belum lagi uang untuk membeli pakaian kerja sesuai dengan ketentuan perusahaan. Ada pula uang buat biaya hidupmu yang sudah diberikan buat 1 atau 2 bulan sekalian.
Jika semua biaya itu ditotal tentu lumayan besar. Apabila dirimu mendapatkan uang saku sebesar Rp50 ribu-Rp100 ribu per hari kerja, kamu bisa mengumpulkan antara Rp1 juta hingga hampir Rp3 juta dalam 1 bulan.
Nominal itu dapat menutup sebagian atau seluruh uang yang dikeluarkan orangtua di awal keberangkatanmu. Tentu orangtua berhak menolaknya kalau mereka berpikir membiayai magangmu juga termasuk dalam kewajibannya. Namun, siapa tahu mereka sedang butuh uang lebih banyak buat berbagai keperluan. Coba saja berikan hasil magangmu nanti pada mereka.
2. Biaya hidup bulan kedua dan beli tiket pulang

Ada magang yang hanya berlangsung sebulan, tapi ada juga yang dua bulan. Sementara itu, uang saku dari perusahaan umumnya baru diberikan di belakang. Artinya, jika kamu magang 2 bulan, bulan pertama dirimu masih hidup sepenuhnya dari sokongan orangtua. Awal bulan berikutnya baru kamu memperoleh uang saku.
Nah, uang ini dapat langsung dipakai buat memenuhi kebutuhanmu sehari-hari di bulan kedua magang. Jika pun dirimu sudah mendapatkan jatah makan siang, kamu masih harus membeli sarapan serta makan malam. Belum lagi kebutuhan-kebutuhan lainnya.
Dengan kamu memanfaatkan uang saku dari perusahaan, diharapkan kamu tidak lagi memerlukan kiriman uang dari orangtua. Termasuk nantinya untuk membeli tiket pulang setelah magang selesai. Bertepatan dengan akhir masa magang, dirimu kembali menerima uang saku. Semoga uang tersebut cukup buat mengurus kepulanganmu.
3. Bayar utang jika ada

Punya utang padahal kamu masih kuliah tidak selalu menjadi tanda buruk. Selama dirimu gak memakainya untuk bersenang-senang, pasti ada hal yang urgen.
Misalnya, semester kemarin orangtuamu kesulitan membayar biaya kuliahmu. Bisa juga dirimu sampai berutang untuk keperluan magang ini.
Dengan begitu, nanti magangmu selesai, pakai uang saku yang diperoleh dari perusahaan buat membayar utang. Syukur-syukur utangmu langsung lunas. Jika pun total uang saku lebih kecil daripada utang, setidaknya pinjaman tinggal sebagian. Ini memudahkanmu buat kelak melunasinya.
Namun, jangan sengaja menyisakan uang saku untuk bersenang-senang saat utangmu belum lunas. Kecuali, orangtua sama sekali tak memberimu biaya hidup. Baru kamu boleh membayar utang dengan cara mencicil selagi sebagian uang saku digunakan buat bertahan hidup.
4. Biaya skripsi dan wisuda

Meski tampaknya kamu cuma mengerjakan skripsi, gak ada tugas lain, dan lebih jarang ke kampus tetap ada biayanya. Selain uang semester, pengerjaan skripsi sendiri kerap memerlukan ongkos.
Contohnya, buat kamu membeli buku referensi yang tak ada di perpustakaan dan teman-teman pun tidak memilikinya. Bisa juga dirimu perlu bolak-balik menemui dosen yang mengajar di berbagai kampus, bahkan hingga ke luar kota.
Belum lagi nanti ada biaya penelitian. Kamu mungkin perlu membuat, mencetak, serta menyebarkan kuesioner. Tambah banyak jumlah responden, tambah besar pula ongkosnya.
Untukmu berkali-kali mencetak berkas revisi skripsi pun perlu modal. Sampai nanti dirimu melakukan seminar validasi proposal, pendadaran, hingga mengurus syarat wisuda biayanya dapat berlipat-lipat. Tahan uang saku yang diperoleh ketika magang dalam rekening. Gunakan hanya saat kamu butuh uang buat biaya skripsi serta wisuda.
5. Ongkos mencari kerja dan hidup sehari-hari setelah lulus

Kalaupun semua biaya kuliah termasuk skripsi dan wisudamu masih ditanggung orangtua, jangan terlalu bersantai. Begitu kamu wisuda, artinya dirimu bukan lagi mahasiswa. Apakah orangtua dapat dipastikan akan tetap memberimu uang saku? Jika mereka masih bekerja boleh jadi uang saku diberikan.
Akan tetapi, jumlahnya barangkali jauh lebih sedikit daripada ketika dirimu masih kuliah. Alasannya, kamu tak perlu lagi biaya transportasi ke kampus. Juga sebagai pendorong supaya dirimu bergegas mencari kerja. Orangtua gak mau kamu terlalu santai dalam mencari pekerjaan sebab masih memperoleh uang saku utuh dari mereka.
Apa pun itu, dirimu memang mesti siap-siap menghadapi babak baru dalam kehidupanmu pasca lulus. Apabila uang saku hasil magang gak diutak-atik, ini bisa digunakan buat menopang semua kebutuhan hidupmu sembari mencari pekerjaan. Seperti bayar kos-kosan jika kamu mau tetap indekos dan mengirim surat lamaran kerja. Mudah-mudahan sebelum uang itu habis, pekerjaan sudah diperoleh.
6. Modal usaha begitu selesai magang

Magang sudah usai, tetapi kuliah belum kelar. Ini tak menjadi hambatan bila kamu ingin sambil membangun usaha. Toh, habis ini kamu tinggal mengerjakan laporan magang lalu skripsi. Kalau dirimu yakin dapat membagi waktu dengan baik, uang saku yang diperoleh selama magang bisa dipakai buat modal usaha.
Lantaran uangnya gak banyak, jenis usahanya juga perlu disesuaikan. Dengan uang sekitar Rp2 juta, misalnya, dirimu dapat membuka usaha kecil-kecilan seperti bikin warung kopi di teras rumah. Gak perlu sewa tempat dulu. Uangnya buat kulakan kopi, teh, gula, serta aneka bahan makanan pendampingnya seperti mi instan, pisang yang akan digoreng, dan sebagainya.
Tentu cara meracik kopinya masih sederhana. Namun, warung kopi kecil begini juga banyak peminatnya kok. Sebab, harganya menjadi jauh lebih terjangkau daripada kopi kekinian. Paling gak tetangga sekitar dapat menjadikan warung kopimu sebagai tempat nongkrong atau sekalian menjelma pos ronda di malam hari.
Jika dirimu memperoleh uang saku selama magang, kamu merasakan susahnya mencari nafkah. Ini melatih mentalmu supaya lebih mensyukuri uang yang dimiliki. Uang tersebut mesti digunakan secara bijak. Kalau dirimu ingin membeli sesuatu seperti pakaian atau sepatu, makin sedikit uang yang dibelanjakan makin baik. Selebihnya untuk hal-hal yang lebih bermanfaat.