4 Masalah yang Sering Bikin Gen Z Overthinking, Bukan Cuma Soal Cinta

Overthinking jadi istilah yang udah gak asing buat Gen Z. Setiap kali ada masalah, baik yang kelihatan besar maupun sepele, pikiran langsung berputar-putar ke mana-mana, padahal belum tentu kejadian. Dan lucunya, kadang yang bikin overthinking itu bukan hal luar biasa, tapi justru hal remeh yang sering kita temui sehari-hari.
Gak cuma soal cinta dan gebetan yang tiba-tiba ngeghosting, ada beberapa masalah yang secara diam-diam bisa nyedot energi mental para Gen Z. Emangnya masalah apa-apa aja sih? Yuk, cek empat masalah yang sering bikin Gen Z overthinking dan mungkin aja kamu juga pernah ngerasain hal yang sama.
1. Pilihan karier yang gak jelas

Banyak dari Gen Z yang merasa bingung mau jadi apa, kerja di mana, dan cocoknya di bidang apa. Sering kali mereka merasa dikejar-kejar oleh harapan keluarga, standar sosial, bahkan pencapaian teman seumuran yang udah kelihatan "mapan". Padahal, tiap orang punya waktu dan jalannya sendiri, tapi tetap aja perasaan insecure itu muncul.
Scroll media sosial dan lihat orang lain update tentang kerjaan atau bisnis yang sukses, langsung mikir, "Kok aku gini-gini aja, ya?" Tanpa sadar, ini bisa bikin malam-malam penuh dengan pikiran negatif tentang masa depan. Gak sedikit juga yang takut salah pilih jalan, karena takut gagal dan harus mulai dari nol lagi.
Masalah karier bukan cuma soal kerja atau nganggur, tapi juga tentang perasaan “gue ini sebenarnya cocoknya di mana, sih?” Ini bikin banyak Gen Z ngerasa stuck, padahal mereka cuma butuh waktu dan pengalaman lebih untuk tahu jawabannya.
2. Hubungan sosial yang penuh gejolak

Punya teman banyak bukan jaminan hati tenang. Justru karena terlalu mikirin omongan orang atau takut menyinggung, banyak Gen Z jadi overthinking dalam bersosialisasi. Kadang, habis ngobrol aja bisa mikir seharian, "Tadi aku terlalu bawel gak, ya?" atau "Kok dia jawabnya datar banget, jangan-jangan aku salah ngomong?"
Media sosial juga gak ngebantu, malah bikin makin kepikiran. Misalnya, teman gak balas chat padahal udah online, langsung panik dan bikin asumsi yang belum tentu benar. Atau lihat story teman hangout tanpa ngajak, langsung mikir, "Aku dijauhin, ya?" Padahal bisa jadi cuma kebetulan aja.
Perasaan gak enakan dan takut bikin orang lain ilfeel bikin Gen Z sering memfilter dirinya sendiri secara berlebihan. Akhirnya, capek sendiri karena terus mikir tentang persepsi orang lain terhadap dirinya.
3. Kesehatan mental yang masih dianggap tabu

Gen Z cukup vokal soal isu mental health, tapi di kehidupan nyata, mereka masih sering bingung harus cerita ke siapa. Gak semua orang bisa paham, dan gak semua keluarga bisa mengerti saat anaknya bilang lagi burn out, cemas, atau merasa kosong.
Alih-alih didukung, beberapa malah dapat tanggapan, “Kamu kurang ibadah,” atau “Itu cuma kamu aja yang manja.” Padahal, kesehatan mental itu sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Rasa kesepian, kehilangan arah, dan tekanan batin bisa jadi pemicu overthinking yang berlarut-larut.
Banyak Gen Z yang akhirnya memendam sendiri, takut dianggap lemah kalau jujur tentang perasaannya. Mereka lebih memilih senyum di luar tapi perang batin di dalam. Kalau gak ditangani, ini bisa jadi bom waktu yang ikut merusak kesehatan fisik.
4. Takut gagal dan merasa tertinggal

Di era sekarang, semua serba cepat. Lihat teman udah punya bisnis, nikah, atau kerja di tempat keren, langsung merasa diri sendiri gak ngapa-ngapain. FOMO alias fear of missing out jadi racun yang diam-diam menyiksa mental.
Banyak Gen Z yang merasa harus buru-buru sukses, padahal realitanya hidup gak seinstan itu. Kegagalan kecil saja bisa jadi bahan overthinking berminggu-minggu. Misalnya gagal interview kerja atau ditolak kampus impian, langsung membuat mereka berpikir, "Gue ini sebenarnya mampu gak, sih?"
Takut tertinggal juga bikin mereka ragu buat ambil langkah baru. Akhirnya malah diam di zona nyaman karena takut salah langkah. Padahal, semua orang punya waktunya masing-masing, tapi tekanan sosial sering bikin kita lupa hal itu.
Overthinking memang kadang datang tanpa permisi, apalagi buat Gen Z yang hidupnya penuh tekanan dari berbagai arah. Tapi penting untuk diingat, gak semua hal perlu dianalisis terlalu dalam sampai bikin diri sendiri capek. Gak apa-apa kok ngerasa bingung atau gak yakin. Selama kita tetap berjalan, meski pelan, itu juga termasuk progres. Jadi, yuk mulai belajar berdamai dengan pikiran sendiri, dan kalau perlu, jangan ragu untuk cari bantuan profesional. Kamu gak sendirian.