Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tips Mengatasi Kesedihan Pasca Kehilangan Anabul, Sedih Wajar!

ilustrasi anabul (pexels.com/Alexey Demidov)
ilustrasi anabul (pexels.com/Alexey Demidov)

Terkadang hewan peliharaan atau anabul menjadi salah satu teman yang menemani kita berjuang melawan rasa sedih. Sehingga ikatan emosional dengan anabul pun menjadi dalam dan kita merasa bahwa mereka adalah bagian penting dari hidup kita. Akibatnya, saat mereka meninggal, rasa sedih dan kehilangan akan sangat dalam.

Tapi kembali lagi, sedih berlarut-larut pun tidak baik. Sedih memang boleh, tapi jangan sampai dibiarkan terlalu lama. Lalu, bagaimana cara mengatasi kesedihan setelah kita kehilangan anabul? Yuk, kita cari tahu bersama!

1. Hindari dan tolak pendapat orang yang menyepelekan perasaanmu

ilustrasi sedih (unsplash.com/Ksenia Makagonova)
ilustrasi sedih (unsplash.com/Ksenia Makagonova)

Terkadang tidak semua orang dapat berempati dan memahami rasa kehilangan yang dialami orang lain. Mereka cenderung menyepelekan dan menganggap apa yang dialami orang lain hanya angin lalu saja. Termasuk juga orang yang mengganggap bahwa kehilangan hewan peliharaan adalah suatu masalah sepele. Kemungkinan mereka akan berkata, “Alah, hewan peliharaan aja ngapain ditangisin. Udah cari baru aja toh cuma hewan peliharaan.”

Bagi orang yang kehilangan, perkataan tadi akan sangat mengganggu dan menambah luka pada hati. Dr. Nancy Curotto dalam keterangannya di platform Everyday Health menegaskan untuk kita menetapkan batasan pada orang tersebut. Tujuannya agar hati kita tidak terluka lebih dalam lagi dan menghancurkan hubungan baik dengan orang tersebut. Alih-alih diam saja, kamu bisa membalasnya dengan, “Kamu memang tidak memahami apa yang sudah kami lewati bersama. Jadi, wajar jika kamu tidak paham kenapa aku sedih”. Abaikan, dan jangan biarkan perkataan mereka menghancurkan hatimu lagi.

2. Validasi perasaanmu

ilustrasi anabul (pexels.com/Галина Ласаева)
ilustrasi anabul (pexels.com/Галина Ласаева)

Psikoterapis dan konselor asal New York, Dr. Jenifer Breslow dalam keterangannya di Everyday Health mengatakan bahwa perasaan sedih pasca kepergian anabul adalah hal yang wajar terjadi. Perasaan marah, hancur, bersalah, sedih, dan perasaan negatif lainnya akan timbul. Namun, hal tersebut wajar terjadi, karena kamu sedang melewati fase duka pasca kehilangan.

Daripada terus-terusan untuk denial ataupun meluapkannya dengan cara yang tidak baik, duduk dan ambilah napas yang dalam. Tidak perlu mengabaikan atau menolak perasaan sedih yang kamu alami. Tanamkan dalam dirimu bahwa wajar untuk merasakan kesedihan dan juga perasaan tersebut akan sembuh seiring berjalannya waktu.

3. Pahami bahwa bentuk kehilangan itu berbeda untuk tiap orang

ilustrasi marah (unsplash.com/engin akyurt)
ilustrasi marah (unsplash.com/engin akyurt)

Saat mengalami kesedian akibat kehilangan anabul, tahap-tahapnya pun berbeda tiap orang. Kadang ada yang mengalami denial, marah, tidak terima, bargain, depresi, hingga tahap menerima bahwa anabul memang harus pergi. Beberapa orang akan mengalami semua fase tersebut, sedangkan beberapa hanya sebagian saja.

Hal ini sejalan dengan keterangan psikolog klinis, Dr. Amy Sullivan terkait keterangannya dalam platform Cleveland Clinic, di mana tiap tahap kehilangan akan berbeda tiap orang. Ada yang mengalami semua fase kesedihan, ada juga yang hanya sebagian dan random untuk tiap fasenya. Selain itu, waktunya pun juga berbeda-beda tergantung pada tiap orang. Jika kesedihanmu berlangsung singkat atau lama, kamu tidak perlu panik. Fenomena tersebut wajar terjadi, tetapi kamu juga harus tetap semangat dalam meneruskan hidupmu.

4. Kumpulkan kenangan tentang mereka

ilustrasi album peliharaan (pexels.com/Wallace Chuck)
ilustrasi album peliharaan (pexels.com/Wallace Chuck)

Ketika hewan peliharaan atau anabul meninggalkan kita di dunia ini, hanya raga mereka yang tiada. Namun kenangan dan apa yang dilalui bersama akan tetap ada. Sebab itulah American Veterinary Medical Foundation, menyarankan pemilik yang kehilangan anabul mereka untuk mengumpulkan dan membuat kenangan dalam bentuk fisik.

Kenangan tersebut dapat berupa foto, video, ataupun jurnal harian mengenai anabul. Tujuannya agar kita tidak terlalu kehilangan dan tetap bisa mengenang mereka. Sehingga kita tetap merasa bahwa mereka masih ada dan bersama kita.

5. Cari bantuan professional jika dirasa butuh

ilustrasi konsultasi dengan psikolog (pexels.com/SHVETS Production)
ilustrasi konsultasi dengan psikolog (pexels.com/SHVETS Production)

Adakalanya duka pasca meninggalnya anabul akan sangat berat dan menguras energi maupun emosi, sehingga kegiatan sehari-hari pun akan terganggu. Saat kamu berada dititik tersebut, alangkah baiknya untuk mencari bantuan dari tenaga profesional.

Dalam keterangannya di platform Everyday Health, Dr. Jenifer Breslow menyarankan agar pemilik anabul yang baru meninggal, mencari bantuan tenaga profesional ketika beberapa gejala muncul. Seperti kesulitan untuk menjalankan aktivitas sehari-hari, kesulitan untuk bekerja atau mengurus rumah, tidak bisa tidur atau makan, atau merasa depresi yang berlebih. Dengan mencari bantuan pihak profesional, mereka akan membantumu mencari solusi dari masalah yang sedang kamu hadapi secara tepat.

Memang sulit untuk ikhlas dan merelakan kepergian anabul. Karena banyak momen dalam hidup yang sudah terlewati bersama dan kuatnya ikatan emosional dengan mereka. Namun, kita harus ingat bahwa segala sesuatu yang hidup pasti akan menghadapi kematian. Sedih pasca kehilangan mereka adalah hal normal dan wajar terjadi. Tidak perlu denial ataupun mengabaikannya, kamu cukup ingat bahwa luka di hatimu pasti akan sembuh seiring berjalannya waktu. Atasi kesedihan itu agar tidak menganggu harimu. Sedih tidak apa, tapi jangan tenggelam di dalamnya, ya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hella Pristiwa
EditorHella Pristiwa
Follow Us