Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Cara Menghadapi Overthinking soal Masa Depan Pasca-Kuliah

ilustrasi takut gagal (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • Masa pasca-kuliah bukanlah lomba, setiap orang memiliki waktu dan proses yang berbeda.
  • Fokus pada tindakan nyata hari ini untuk mengurangi overthinking dan menciptakan progres.
  • Bercerita kepada orang terdekat, ubah pola pikir tentang kegagalan, dan batasi konsumsi media sosial untuk menghadapi overthinking.

Masa-masa pasca-kuliah sering kali terasa seperti masuk ke ruang kosong yang belum terisi apa-apa. Banyak yang merasa galau dan mulai overthinking soal masa depan, dari soal kerja, tempat tinggal, sampai arah hidup yang belum pasti. Di tengah tekanan sosial dan ekspektasi diri sendiri, overthinking ini bisa terasa seperti beban yang gak kelihatan tapi berat banget. Apalagi kalau media sosial terus memamerkan kesuksesan orang lain yang seolah melaju lebih cepat.

Padahal, overthinking yang gak dikendalikan malah bisa menguras energi dan membuat langkah terasa makin berat. Rasa cemas soal masa depan memang wajar, tapi kalau dibiarkan terus-menerus, bisa berujung ke stres bahkan gangguan kesehatan mental. Daripada terus terjebak di lingkaran pikiran sendiri, ada baiknya pelan-pelan belajar menghadapi rasa cemas itu. Berikut lima cara yang bisa membantu mengurai benang kusut overthinking pasca-kuliah dan mengembalikan kendali atas arah hidup.

1. Pahami bahwa gak semua hal harus segera terjadi

ilustrasi organisasi mahasiswa (freepik.com/freepik)

Banyak yang merasa gagal hanya karena belum mendapat pekerjaan tetap atau belum lanjut kuliah beberapa bulan setelah lulus. Padahal, hidup bukan lomba lari cepat, dan tiap orang punya garis start dan rute yang berbeda. Memahami bahwa waktu setiap orang gak sama adalah langkah awal buat menurunkan tekanan batin yang gak perlu. Gak semua hal harus terjadi sekarang juga, ada hal-hal yang memang butuh waktu dan proses.

Kalau terus membandingkan hidup sendiri dengan pencapaian orang lain, rasa percaya diri bisa ikut terkikis. Penting buat menyadari bahwa jeda setelah lulus itu bukan kegagalan, tapi kesempatan buat mengenal diri sendiri lebih dalam. Menunda bukan berarti mundur, tapi bisa jadi itu momen yang pas buat refleksi. Dengan begitu, tekanan karena overthinking bisa perlahan mereda.

2. Fokus ke hal yang bisa dilakukan hari ini

ilustrasi membaca buku (freepik.com/freepik)

Overthinking sering muncul karena terlalu sibuk membayangkan skenario masa depan yang belum tentu terjadi. Daripada terjebak di angan-angan yang bikin cemas, lebih baik alihkan perhatian ke hal-hal kecil yang bisa dilakukan hari ini. Fokus ke tindakan nyata seperti memperbarui CV, ikut webinar, atau baca buku relevan jauh lebih berguna dibanding mengkhawatirkan hal yang belum pasti. Tindakan konkret bisa membantu menciptakan rasa kendali dan progres.

Dengan membiasakan diri mengambil langkah kecil setiap hari, pikiran akan terbantu lebih fokus dan tenang. Lama-lama, rutinitas ini bisa mengurangi rasa cemas yang sebelumnya menumpuk. Gak harus langsung besar hasilnya, yang penting ada gerakan yang membawa ke arah lebih baik. Dari situ, kepercayaan diri bisa tumbuh pelan-pelan dan rasa takut soal masa depan bisa diredam.

3. Cerita ke orang terpercaya, jangan pendam sendiri

ilustrasi bercerita (freepik.com/jcomp)

Sering kali, overthinking justru makin kuat karena disimpan sendiri tanpa pernah dibagi. Padahal, cerita ke teman dekat atau keluarga bisa jadi cara ampuh buat melonggarkan isi kepala. Bukan berarti mencari solusi instan, tapi dengan bercerita, beban batin bisa terasa lebih ringan. Kadang, cuma didengar aja sudah cukup membantu mengurangi rasa sesak.

Orang terdekat juga bisa kasih perspektif baru yang selama ini gak terpikirkan. Bahkan, dari obrolan santai bisa muncul semangat baru atau motivasi buat coba langkah konkret. Gak ada salahnya jujur soal perasaan sendiri, apalagi kalau sedang berada di fase transisi hidup yang rawan bikin goyah. Komunikasi terbuka bisa jadi pintu masuk buat kesehatan mental yang lebih terjaga.

4. Ubah pola pikir dari takut gagal jadi belajar dari kegagalan

ilustrasi takut gagal (freepik.com/freepik)

Rasa takut gagal sering jadi bahan bakar utama overthinking. Bayangan gagal sebelum mencoba pun sudah cukup buat menghentikan langkah. Tapi, kalau pola pikir diubah dari “gagal itu akhir segalanya” jadi “gagal itu bagian dari proses belajar”, semuanya bisa terasa lebih ringan. Setiap kesalahan bisa jadi pelajaran berharga yang memperkuat langkah selanjutnya.

Gagal bukan berarti gak layak sukses, tapi justru bukti bahwa sedang mencoba. Gak semua hal bisa langsung berhasil, dan itu hal yang sangat manusiawi. Dengan cara pandang yang lebih terbuka terhadap kegagalan, otak bisa berhenti terus-menerus membayangkan hal buruk. Justru dari pengalaman jatuh, seseorang bisa menemukan arah yang selama ini belum terlihat.

5. Batasi konsumsi media sosial agar pikiran gak terkontaminasi

ilustrasi tekanan media sosial (freepik.com/freepik)

Media sosial sering kali jadi pemicu overthinking karena menyajikan potongan hidup orang lain yang tampak sempurna. Padahal, apa yang ditampilkan di layar gak selalu mencerminkan kenyataan sepenuhnya. Terlalu sering melihat pencapaian orang lain bisa memicu perasaan gak cukup dan memperkuat rasa khawatir soal masa depan. Itulah kenapa penting banget buat membatasi waktu di media sosial.

Mengatur jarak dari konten-konten semacam itu bisa membantu pikiran lebih jernih dan gak mudah terpengaruh. Daripada scroll tanpa arah, waktu bisa dialihkan buat hal-hal yang lebih memberi nilai, seperti baca buku, jalan sore, atau ngobrol dengan orang yang suportif. Dengan begitu, energi mental bisa lebih terjaga dan gak gampang habis karena perbandingan yang gak sehat.

Masa depan memang penuh tanda tanya, tapi bukan berarti harus jadi sumber ketakutan terus-menerus. Overthinking bisa dikurangi dengan kesadaran, langkah kecil, dan pola pikir yang lebih sehat. Meski prosesnya gak instan, perubahan itu tetap mungkin kalau dilatih secara konsisten. Gak apa-apa kalau pelan, yang penting tetap jalan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us