Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Penyebab Sosok Emosional Selalu Mengutamakan Sudut Pandang Subjektif

ilustrasi meredakan emosi (pexels.com/Keira Burton)
ilustrasi meredakan emosi (pexels.com/Keira Burton)

Berinteraksi dengan banyak orang, terkadang kita bertemu dengan individu yang memiliki karakter emosional. Mereka tidak mampu mengontrol rasa takut, kekhawatiran, atau bahkan kemarahan. Keputusan yang diambil justru didasarkan pada emosi yang menggebu-gebu.

Dalam menyikapi permasalahan, sosok emosional cenderung mengutamakan sudut pandang subjektif. Mereka menilai segala sesuatu berdasarkan sudut pandang pribadi. Perspektif orang-orang emosional tentu menarik untuk diketahui. Mengapa mereka selalu mengutamakan sudut pandang subjektif? Mari kita cari tahu penyebabnya.

1. Dominasi perasaan dalam pengambilan keputusan

ilustrasi mengambil  keputusan (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi mengambil keputusan (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Sudut pandang subjektif selalu mengedepankan kebenaran pribadi. Mereka tidak mau melihat dan mencocokkan dengan fakta yang sesungguhnya. Sudut pandang subjektif ini sangat identik dengan orang-orang yang memiliki karakter emosional.

Karena orang-orang emosional didominasi perasaan dalam mengambil keputusan. Mereka lebih mengutamakan perasaan daripada logika. Sekalipun sedang mengambil keputusan yang penting dan membawa pengaruh besar dalam hidup.

2. Pengalaman pribadi yang menentukan persepsi

ilustrasi memegang kepala (pexels.com/Pavel Danilyuk)
ilustrasi memegang kepala (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Perjalanan hidup manusia tentu tidak bisa dipisahkan dari pengalaman pribadi. Pengalaman-pengalaman ini akan membentuk fase unik. Dari pengalaman, kita dapat menilai fakta dan kondisi yang sesungguhnya.

Lantas, mengapa sosok emosional selalu mengutamakan sudut pandang subjektif? Karena mereka tidak mampu mengendalikan pengalaman pribadi sehingga menentukan persepsi. Mereka sulit memisahkan antara perasaan pribadi dengan penilaian yang berdasarkan fakta.

3. Kecenderungan untuk mempertahankan identitas pribadi

ilustrasi adu argumen  (pexels.com/Yang Krukau)
ilustrasi adu argumen (pexels.com/Yang Krukau)

Karakter orang-orang emosional kerap memancing kontroversi di lingkungan sosial. Mereka tidak mau mendengarkan masukan atau arahan dari orang lain. Segala sesuatunya diukur berdasarkan sudut pandang pribadi.

Tindakan mereka tentu dilatarbelakangi oleh suatu sebab. Sosok emosional merupakan individu yang memiliki kecenderungan untuk mempertahankan identitas pribadi. Ini membuat mereka lebih cenderung mengabaikan sudut pandang lain yang mungkin bertentangan dengan keyakinan atau emosi mereka.

4. Memiliki empati yang tidak terkontrol

ilustrasi berpelukan (pexels.com/Liza Summer)
ilustrasi berpelukan (pexels.com/Liza Summer)

Empati memang menjadi ciri khas manusia sebagai makhluk sosial. Adakalanya kita harus berbelas kasihan kepada orang lain. Namun empati yang terlalu berlebihan juga bukan hal yang baik. Justru Ini yang akan merugikan diri.

Di sinilah sebab mengapa sosok emosional selalu mengutamakan sudut pandang subjektif. Mereka menempatkan perasaan di atas segalanya. Termasuk saat sedang berhubungan dengan bidang profesional. Akibatnya, mereka lebih fokus pada aspek emosional suatu masalah daripada aspek faktual.

5. Kebutuhan akan validasi emosional

ilustrasi membutuhkan support (pexels.com/SHVETS Production)
ilustrasi membutuhkan support (pexels.com/SHVETS Production)

Setiap orang tentu memiliki perubahan emosi sesuai dengan yang mereka hadapi. Bisa saja emosi negatif mengendalikan pikiran dalam satu waktu. Atau mungkin seseorang sedang merasa marah, sedih, dan kecewa atas situasi yang terjadi.

Kita perlu mengetahui mengapa sosok emosional selalu mengutamakan sudut pandang subjektif. Karena mereka memiliki kebutuhan akan validasi emosi yang dirasakan. Orang-orang seperti mereka lebih memihak pada pandangan yang sesuai dengan kondisi emosi mereka saat itu.

6. Kesulitan membedakan antara fakta dengan opini

ilustrasi menyetujui opini orang lain (pexels.com/Antoni Shkraba)
ilustrasi menyetujui opini orang lain (pexels.com/Antoni Shkraba)

Dalam keseharian kita pasti akan dihadapkan dengan fakta dan opini. Fakta merupakan suatu hal yang memang sudah terbukti nyata kebenarannya. Adapun opini sering kali bersumber dari pemikiran pribadi, dan kebenarannya masih perlu dipertanyakan.

Ternyata ini juga menjadi jawaban mengapa sosok emosional selalu mengutamakan sudut pandang subjektif. Tentu saja, mereka adalah individu yang kesulitan membedakan antara fakta dengan opini. Ketika seseorang berada dalam kondisi emosional, kemampuan untuk berpikir kritis terhalang oleh perasaan yang mendominasi.

Keseimbangan antara emosi dan logika adalah kunci untuk memahami dunia dengan lebih objektif. Tapi bagi sosok emosional, kondisi demikian ini menjadi tantangan tersendiri. Mereka adalah individu yang lebih didominasi perasaan dalam bertindak dan mengambil keputusan. Dari penjelasan di atas, apakah kamu juga termasuk sosok emosional tersebut?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agsa Tian
EditorAgsa Tian
Follow Us