5 Pemicu Stres pada Anak Kos

Keputusan merantau dan tinggal di kos-kosan kadang terasa salah ketika kamu mulai gak betah. Bukan cuma tidak kerasan dengan kos-kosannya, tetapi juga berbagai masalah yang di luar dugaan. Namun karena kamu harus kuliah atau bekerja, mau tak mau dirimu mesti bertahan.
Pindah kos-kosan bisa menjadi salah satu solusi bila kamu tidak nyaman lagi tinggal di sana. Akan tetapi, kamu juga perlu belajar lebih bersabar dan makin mandiri. Cobalah sharing dengan sesama anak kos biar kamu tidak merasa sendirian menghadapi sumber stres yang umum, yaitu:
1. Kiriman uang dari orangtua tidak lancar, cari kerja pun susah

Masalah ini biasanya terjadi pada kamu yang masih kuliah. Sekalipun dirimu sudah mencoba mencari tambahan uang dengan bekerja, hasilnya masih jauh di bawah kebutuhan. Kamu sampai harus berhemat sedemikian rupa demi survive.
Namun, anak kos yang sudah bekerja pun kadang masih mengalami kesulitan finansial. Seperti orang yang tak kunjung memperoleh pekerjaan baru setelah kena PHK atau pekerja lepas yang sedang sepi job. Perjuangan buat bisa makan dengan layak saja terkadang sangat berat.
2. Sikap pemilik atau penjaga kos yang menyebalkan

Teguran apa saja yang pernah kamu dapatkan dari pemilik atau penjaga kos? Sejauh tegurannya pas, dirimu tentu mudah menerimanya. Misalnya, kamu ditegur karena lupa tidak mengunci kembali pintu garasi setelah masuk atau keluar.
Mengingat itu bisa membuat pencuri masuk, dirimu menyadari kesalahan tersebut. Akan tetapi, ada juga pemilik atau penjaga kos yang terlalu cerewet. Apa saja yang dilakukan anak kos seperti salah terus. Kamu sudah membayar biaya kos, tapi justru kerap dimarahi.
3. Teman kos yang jorok dan berisik

Kebiasaan jorok teman kos akhirnya bakal berdampak pula padamu. Terlebih dengan banyaknya ruang atau fasilitas kos yang dipakai bersama. Contohnya, kamar mandi serta dapur.
Kejorokan teman bisa membuatmu stres saban masuk ke kamar mandi yang bau bahkan masih ada jejak kotoran manusia. Dapur pun sampai kumuh dan banyak semut serta kecoak akibat bekas memasak yang tak dibersihkan dengan sempurna.
Belum lagi polusi suara yang diciptakan penghuni kamar sebelah. Kamu mau protes, tapi dia membuat keributan di dalam kamarnya sendiri. Namun tetap saja, suaranya sampai juga ke kamarmu dan bikin kamu gak bisa belajar atau beristirahat.
4. Tarif kos yang sering naik

Bila dalam setahun tarif kamar kos naik lebih dari 2x, ini cukup terasa memberatkan. Kamu bisa-bisa pindah dari satu kos-kosan ke kos-kosan lain demi berburu tarif kamar yang lebih miring. Makin mengesalkan kalau tarif selalu naik, tapi fasilitas atau pelayanan gak berubah.
Seperti kamu dan anak kos lain masih harus bersih-bersih sendiri, tempat jemuran saja kurang, keamanan gak terjamin, dan sebagainya. Kenaikan tarif seharusnya diimbangi dengan fasilitas kos-kosan yang kian lengkap serta pelayanannya lebih baik.
5. Lingkungan sekitar kos-kosan yang gak kondusif

Bagian dalam kos-kosan sebetulnya nyaman-nyaman saja. Pemilik atau penjaga kosnya ramah. Teman-temanmu juga gak pernah berulah yang mengganggu kenyamanan penghuni lain. Secara fasilitas pun telah memadai.
Namun, ini juga bukan jaminan kamu bakal betah dan bebas stres selama indekos di sana. Jika lingkungannya gak bagus, dirimu juga pasti terganggu. Misalnya, banyak orang yang nongkrong dan mabuk tak jauh dari kos-kosan.
Anak kos cewek jadi sering digoda, sedangkan anak kos cowok kerap dimintai uang dengan dalih keamanan. Mengadu pada pemilik atau penjaga kos pun kadang gak berguna bila di lingkungan itu memang lebih banyak warga yang perilakunya negatif.
Kenyamanan selama indekos memang banyak dipengaruhi oleh ketersediaan uang. Apabila kamu punya bujet kos lebih besar, dirimu lebih leluasa memilih tempat kos dengan berbagai pertimbangannya. Akan tetapi bila bujet tipis mau tak mau kamu kudu beradaptasi, banyak bersabar, serta giat bekerja agar kapan-kapan bisa pindah ke tempat yang lebih baik.