5 Alasan Pentingnya Konsen Masuk Pendidikan Seksual, Karena Diam Bukan Berarti Setuju!

- Pendidikan seks harus mencakup konsen untuk mencegah kekerasan seksual dan pelecehan.
- Konsen mengajarkan batasan, menghargai orang lain, dan berani menolak dalam hubungan.
- Pendidikan konsen mendorong hubungan yang sehat, aman, serta melawan budaya rape culture.
Pendidikan seks biasa diajarkan dengan membahas soal anatomi tubuh dan pencegahan penyakit menular. Namun, ada aspek lain yang tak kalah penting yaitu soal persetujuan atau konsen. Konsen merupakan persetujuan atau tidak dalam setiap interaksi seksual, tanpa adanya tekanan atau paksaan. Sayangnya, masih banyak yang menganggap bahwa diam menunjukkan persetujuan. Padahal, sikap pasif bisa jadi menunjukkan rasa takut, tekanan, atau kebingungan.
Jika pemahaman tentang konsen tidak diberikan sejak dini, dampaknya bisa sangat serius, baik secara sosial maupun hukum. Untuk itu, memasukkan konsen dalam pendidikan seks adalah langkah penting. Hal ini untuk membangun generasi yang bisa menghargai batasan pribadi, komunikasi sehat, dan rasa saling menghormati. Berikut merupakan alasan mengapa konsen sangat penting dalam pendidikan seks.
1. Mencegah kekerasan seksual dan pelecehan

Banyak orang menganggap bahwa selama tidak ada penolakan secara langsung, maka semuanya boleh dilakukan. Pemikiran ini menunjukkan betapa pentingnya memahami bahwa tidak adanya penolakan bukan berarti bentuk persetujuan. Penting untuk diketahui bahwa sikap diam, bingung, atau tidak tahu harus berbuat apa bukanlah tanda bahwa seseorang setuju.
Konsen bukanlah asumsi, melainkan proses aktif. Artinya, persetujuan harus diberikan secara sadar, tanpa tekanan, dan bisa ditarik kapan saja. Pendidikan konsen sejak dini membantu anak-anak dan remaja memahami bahwa semua bentuk hubungan harus dilakukan dengan persetujuan jelas dari semua pihak. Ini bukan hanya mencegah tindakan yang bisa menyakiti orang lain, tapi juga menjadi pegangan moral bagi setiap orang dalam berhubungan.
2. Mengajarkan batasan dan menghargai orang lain
.jpg)
Setiap orang berhak atas tubuhnya sendiri. Sayangnya, masih banyak yang belum memahami pentingnya menghargai ruang pribadi orang lain. Melalui pendidikan konsen, anak-anak dan remaja bisa belajar bahwa menyentuh, berbicara, atau bertindak terhadap tubuh orang lain tanpa izin adalah pelanggaran. Menghormati orang lain dimulai dari menghargai pilihan dan batasnya.
Penting untuk diketahui bahwa tidak semua niat baik pantas dilakukan jika tidak disetujui oleh pihak lain. Konsen juga membantu kita lebih peka terhadap tanda-tanda ketidaknyamanan orang lain. Tidak hanya penolakan yang harus dihormati, tapi juga ragu-ragu, kebingungan, atau diam yang menunjukkan ketidaknyamanan. Hal ini melatih kepekaan sosial yang sangat penting dalam membangun hubungan yang sehat.
3. Mengajarkan untuk berani menolak
.jpg)
Banyak remaja tidak terbiasa diberi ruang aman untuk berkata “tidak”. Padahal, menolak bukan berarti kasar atau jahat. Pendidikan konsen bisa membantu mereka memahami bahwa mengatakan “tidak” adalah bentuk menjaga diri dan hak pribadi. Ini adalah bagian dari membangun rasa percaya diri yang kuat. Mereka perlu tahu bahwa suara dan keputusan mereka berharga, dan tidak harus mengikuti tekanan dari orang lain.
Mereka juga akan belajar cara menyampaikan penolakan dengan baik dan tegas. Hal ini penting agar mereka bisa lebih percaya diri, merasa aman, dan tahu kapan harus melindungi diri dari situasi yang tidak nyaman. Pendidikan ini juga membuka ruang diskusi yang sehat tentang kenyamanan, batasan, dan pilihan pribadi. Sehingga mereka jadi punya kemampuan untuk membedakan mana hubungan yang sehat dan mana yang berisiko.
4. Mendorong hubungan yang sehat dan aman
.jpg)
Hubungan yang sehat dibangun atas dasar kepercayaan, komunikasi, dan kesepakatan bersama. Mengajarkan konsen akan membantu remaja dan orang dewasa memahami bahwa keintiman bukan hanya soal fisik, tapi juga tentang rasa saling percaya dan saling menghargai. Dengan memahami pentingnya konsen, setiap orang akan lebih berhati-hati dalam membangun hubungan dan saling mendukung.
Ketika semua pihak merasa aman dan dihargai, hubungan pun akan lebih kuat dan sehat. Konsen juga membuat kita lebih sadar dan reflektif terhadap hubungan yang kita jalani, sehingga bisa menciptakan ikatan yang lebih bermakna dan seimbang. Hal ini dapat membantu mencegah konflik dan memperkuat komunikasi yang jujur dalam hubungan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
5. Melawan budaya yang meremehkan kekerasan seksual atau rape culture

Masih banyak masyarakat yang tanpa sadar membenarkan kekerasan seksual. Ini yang disebut sebagai rape culture, yaitu budaya yang menormalisasi atau meremehkan kekerasan seksual. Misalnya, dengan menyalahkan korban karena tidak menolak dengan keras atau membela pelaku karena tidak tahu kalau itu salah. Pandangan seperti ini membuat banyak korban merasa bersalah dan enggan untuk berbicara atau melapor.
Pendidikan konsen sangat penting untuk melawan cara berpikir ini. Konsen menegaskan bahwa hanya persetujuan yang jelas dan tegas yang bisa dianggap sah. Diam, bingung, atau tertekan bukanlah tanda persetujuan. Anak-anak dan remaja perlu dididik untuk memahami hal ini, agar mereka bisa membela diri sendiri dan orang lain, serta tidak terpengaruh oleh pandangan yang menyalahkan korban.
Dengan mengajarkan nilai-nilai tersebut, kita juga membantu generasi muda untuk berani melawan pandangan yang menyalahkan korban. Mereka jadi lebih mudah mengenali kekerasan yang sering disamarkan dengan alasan cinta atau tekanan dari lingkungan. Hal ini juga memperkuat rasa peduli dan membangun budaya yang berpihak pada korban, bukan pelaku. Dengan memahami konsen, kita bisa mulai menciptakan lingkungan yang lebih adil, aman, dan menghargai hak semua orang.