Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Macam Penundaan yang Penting untuk Dilakukan

ilustrasi berpikir (pexels.com/George Pak)
ilustrasi berpikir (pexels.com/George Pak)

Tidak semua hal yang cepat akan berakibat baik. Demikian pula lebih lambat dalam beberapa hal tak selalu berdampak buruk. Di tengah kehidupan modern yang kerap kali diburu waktu, melambat mungkin terkesan aneh. Namun, selama perlambatan tidak disebabkan oleh kemalasan boleh jadi inilah sikap yang tepat.

Kamu harus mempelajari setiap situasi supaya tahu kapan saatnya melakukan sesuatu dengan segera atau menundanya saja. Jangan selalu mengandalkan refleksmu karena bisa sangat tidak tepat dengan keadaan. Bahkan bila sikapmu yang menunda reaksi dikomentari orang secara negatif, tak perlu terlalu memikirkannya.

Tugasmu bukan menuruti mereka yang ingin dirimu serba kilat melakukan apa saja. Kalau tindakanmu sampai keliru, kamu sendiri yang langsung terdampak dan mesti mempertanggungjawabkannya. Tujuh penundaan yang penting untuk dilakukan di bawah ini baiknya kamu jalankan. Kebaikannya lebih besar daripada seandainya dirimu tergesa-gesa.

1. Penundaan berbicara dan berbuat saat dikuasai emosi

ilustrasi murung (pexels.com/Eduardo Lempo)
ilustrasi murung (pexels.com/Eduardo Lempo)

Ketika emosimu tersulut, rasanya kamu memang ingin segera meluapkannya dengan ucapan maupun tindakan. Namun, kalau itu dilakukan sering kali memunculkan masalah lain. Seperti dirimu sebenarnya hanya marah pada satu orang, tetapi malah memarahi semuanya. Itu pun dengan kata-kata yang tidak pantas.

Padahal, bagaimanapun juga kamu hanya seorang sedangkan mereka banyak. Bila mereka tidak terima, apa yang bisa dilakukan olehmu? Sebesar-besarnya kekuasaanmu atas mereka, kamu bakal kalah juga ketika semua orang melakukan perlawanan. Tunda reaksi sampai kamu merasa lebih tenang sehingga dapat berpikir jernih.

2. Penundaan bikin keputusan di tengah informasi yang simpang siur

ilustrasi simpang siur (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi simpang siur (pexels.com/cottonbro studio)

Memang terkadang ada situasi yang tetap mengharuskanmu segera mengambil keputusan. Misalnya, ketika terjadi kegentingan. Di tengah ketidakpastian yang begitu membingungkan, keputusanmu diharapkan bisa memberikan efek yang positif yaitu kestabilan.

Namun, di luar kondisi yang benar-benar mendesak cari dulu informasi yang akurat sebelum kamu memutuskan apa pun. Ini memperbesar peluang dirimu berhasil membuat keputusan terbaik. Kamu juga kadang harus hati-hati pada orang yang terus mendesakmu buat mengambil keputusan. Jangan-jangan ia hanya ingin dirimu panik dan membuat keputusan yang fatal.

3. Penundaan belanja ketika uang makin menipis

ilustrasi uang koin (pexels.com/Hana Mara)
ilustrasi uang koin (pexels.com/Hana Mara)

Kamu tidak harus terus membeli segala hal yang dijual di dunia ini. Bahkan ketika seakan-akan dirimu sangat membutuhkan atau menginginkannya. Dorongan kuat buat membeli terkadang hanya berasal dari pengaruh iklan dan caramu yang kurang tepat dalam memprosesnya.

Jadilah konsumen yang cerdas sehingga mampu menolak rayuan iklan. Apalagi kondisi keuanganmu tak memungkinkan lagi buat membeli produk apa pun. Kamu harus puasa belanja dulu. Kalau dirimu gagal menahan keinginan berbelanja, pasti lari ke berbagai bentuk pinjaman termasuk pembayaran secara kredit.

Ini akan menyusahkanmu di kemudian hari. Tunggu uangnya ada dulu baru belanja. Bukan uang sebenarnya gak ada, tetapi diada-adakan dengan segala cara demi bisa membeli sesuatu sekarang juga. Belajarlah menunda keinginan. Selanjutnya akan lebih mudah untukmu menahan dorongan berbelanja.

4. Penundaan berkomitmen dengan seseorang jika belum siap

ilustrasi seorang pria (pexels.com/Monstera Production)
ilustrasi seorang pria (pexels.com/Monstera Production)

Kamu gak wajib punya pasangan saat ini juga. Bahkan bila dirimu merasa tertarik pada seseorang, terburu-buru mengikat hubungan kalian mungkin bukan sesuatu yang baik. Namun, bukan artinya kamu mempermainkan perasaan orang. Sejak awal dirimu mesti memberitahukan padanya bahwa kamu mencintainya, tapi belum ingin buru-buru berkomitmen.

Tentu ada risiko dia akan mundur kalau harapannya berbeda denganmu. Dia gak bisa menjalin hubungan tanpa status. Akan tetapi, memaksakan diri buat berkomitmen dengan seseorang saat kamu belum siap juga bukan hal yang bagus. Bisa-bisa kamu hanya akan sering menyakitinya di dalam ikatan tersebut.

Atau, sekalian saja menunda pernyataan cinta dan cukup menjadi pengagum rahasianya. Sambil mencintainya secara diam-diam, kamu dapat meneliti perasaan serta kesiapanmu dalam berkomitmen. Begitu dirimu yakin gak takut lagi pada komitmen, baru serius mendekati dan memperjuangkannya.

5. Penundaan punya anak dengan pertimbangan mental, fisik, dan finansial

ilustrasi pasangan dan bayi (pexels.com/Vidal Balielo Jr.)
ilustrasi pasangan dan bayi (pexels.com/Vidal Balielo Jr.)

Kalau hari ini kamu belum siap memiliki anak, bukan berarti selamanya tidak menginginkan. Mungkin ada hambatan terkait kesehatan mental, fisik, atau finansialmu bersama pasangan. Apabila kalian memaksakan punya momongan sekarang, malah berpengaruh buruk pada kesejahteraan anak.

Contohnya, kamu perempuan dan ada masalah kesehatan fisik yang membuatmu dianjurkan untuk tidak mengandung dulu. Bila dirimu hamil sekarang, risiko keselamatan diri dan buah hati menjadi jauh lebih tinggi. Atau, kamu masih dalam pemulihan kondisi mental.

Tergesa-gesa punya anak dapat membuatmu kembali depresi karena transisi peran dan berbagai keluhan selama mengandung. Demikian pula ketika dirimu merasa uang buat makan berdua bersama pasangan saja masih kadang cukup kadang tidak. Lebih baik menunda program kehamilan daripada kalian tak mampu membesarkan anak dengan baik.

6. Penundaan mundur dari pekerjaan saat ekonomi lesu

ilustrasi berpikir (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)
ilustrasi berpikir (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Resign soal gampang. Meski gak disetujui saat itu juga, setidaknya tak sesulit saat kamu mencari pekerjaan. Kamu dapat mengajukan pengunduran diri kapan pun walau mungkin baru resmi tidak bekerja 1 atau 2 bulan kemudian. Namun, mengundurkan diri dari pekerjaan di tengah lesunya ekonomi sama dengan mencelakakan diri.

Kamu terancam sulit mendapatkan pekerjaan baru. Membuka usaha sendiri juga menjadi lebih sukar ketika banyak usaha malah bangkrut. Tunda keinginan keluar dari pekerjaan yang setidaknya masih memberimu pendapatan yang cukup dan teratur. Jangan mengira hidup tanpa pekerjaan akan lebih menyenangkan daripada sesekali dimarahi bos dan diminta lembur.

7. Penundaan pengembangan usaha ketika modal dan SDM belum siap

ilustrasi bekerja (pexels.com/Antoni Shkraba)
ilustrasi bekerja (pexels.com/Antoni Shkraba)

Semangat mengembangkan usaha tentu baik sekali. Biar usahamu makin maju, bisa bersaing, dan menyerap lebih banyak tenaga kerja. Hanya saja, salah perhitungan modal serta sumber daya manusia bakal membuatmu kewalahan. Sebagai contoh, kamu ingin membuka sebanyak mungkin cabang di berbagai kota.

Tanpa modal yang kuat, jangan-jangan setiap cabang baru cuma bertahan 1 atau 2 bulan. SDM-nya juga gak mencukupi baik dari segi jumlah maupun keterampilan sehingga semuanya berantakan. Padahal, menutup usaha tak seperti menutup pintu rumah.

Orang-orang yang menyaksikan betapa lemahnya usaha yang digawangi olehmu tidak akan memercayaimu lagi. Termasuk ketika dirimu membuat usaha yang berbeda. Dengan modal serta SDM terbatas, lebih baik menjaga dan memperbaiki semua aspek di usaha yang sudah ada biar tambah kuat.

Tahu kapan kamu harus bertindak atau menunda sesuatu adalah tanda kebijaksanaan. Langkah-langkahmu menjadi lebih tepat dan aman. Jika ada orang yang menyebutmu lelet, jangan ambil pusing selama hal tersebut terkait tujuh penundaan yang penting untuk dilakukan, seperti penjelasan di atas. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us