Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Perbedaan Kritik Membangun vs Merendahkan, Jangan Langsung Baper!

ilustrasi berargumen (unsplash.com/Vitaly Gariev)
ilustrasi berargumen (unsplash.com/Vitaly Gariev)
Intinya sih...
  • Kritik membangun bertujuan membantu perkembangan dengan saran konkret dan realistis, bukan menyalahkan.
  • Kritik merendahkan disampaikan dengan nada kasar atau menyindir, menyerang karakter, dan tidak memberikan solusi jelas.
  • Kritik membangun fokus pada tindakan, proses, atau hasil kerja, sementara kritik merendahkan menyerang kepribadian penerima.

Kritik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses berkembang, belajar, dan bekerja sama dengan orang lain. Namun, memang tidak semua kritik bisa disampaikan dengan cara yang tepat, sebab sebagian ada yang disampaikan untuk membangun dan ada pula sebagian lagi yang terkesan merendahkan, bahkan menjatuhkan mental dari penerimanya.

Memahami perbedaan antara kritik membangun dan kritik yang merendahkan tentu merupakan langkah penting agar kamu bisa menyaring masukkan dengan cara yang lebih bijak dan juga menyampaikannya secara etis. Pahami perbedaan utama berikut ini antara kritik membangun dan merendahkan agar kamu tidak sampai buru-buru merasa baper dengan hal tersebut.

1. Tujuan utama kritik

ilustrasi berargumen (unsplash.com/Mushvig Niftaliyev)
ilustrasi berargumen (unsplash.com/Mushvig Niftaliyev)

Kritik membangun bertujuan untuk membantu seseorang berkembang dengan menunjukkan berbagai hal yang perlu diperbaiki, serta kerap disertai dengan saran yang konkret dan realistis. Tujuan utamanya bukan untuk menyalahkan, melainkan berusaha memberikan dukungan agar orang-orang tersebut bisa menjadi versi terbaik dari dirinya.

Sebaliknya kritik merendahkan umumnya disampaikan untuk melampiaskan rasa frustrasi, amarah, hingga superioritas, sehingga tidak memberikan solusi yang jelas. Alhasil kritik yang satu ini justru hanya akan menjatuhkan harga diri dari penerima dan memicu rasa tidak percaya diri yang berkepanjangan.

2. Cara penyampaian dan nada bicara

ilustrasi berargumen (unsplash.com/Samsung UK)
ilustrasi berargumen (unsplash.com/Samsung UK)

Kritik membangun akan disampaikan dengan bahasa yang empati, sopan, dan terfokus pada tindakan, bukan pribadi orangnya. Nada bicara yang digunakan akan cenderung lebih tenang, mengajak berdialog, serta menunjukkan bahwa niatnya memang benar-benar untuk membantu.

Sebaliknya kritik merendahkan sering kali disampaikan dengan nada kasar, sinis, atau menyindir, sehingga membuat penerimanya merasa diserang secara pribadi. Penyampaian tersebut dapat berupa tudingan, ejekan, atau bahkan dipermalukan di tempat umum yang semuanya dapat memperkuat unsur merendahkan.

3. Fokus kritik

ilustrasi mengobrol (unsplash.com/SEO Galaxy)
ilustrasi mengobrol (unsplash.com/SEO Galaxy)

Kritik membangun pada umumnya lebih terfokus pada setiap tindakan, proses, atau hasil kerja, serta akan disertai dengan dorongan untuk bisa memperbaiki kembali ke depannya. Kritik jenis ini bersifat objektif dan tidak membawa unsur pribadi dalam konteks profesional dan juga situasional.

Sementara untuk kritik merendahkan biasanya cenderung menyerang karakter atau kepribadian seseorang, bukan hanya pada apa yang ia lakukan. Kritik ini sering menyasar pada aspek pribadi seperti cara bicara, penampilan, hingga latar belakang yang sebetulnya tidak relevan dan terkesan menyakitkan.

4. Dampak terhadap penerimanya

ilustrasi bertengkar (unsplash.com/Vitaly Gariev)
ilustrasi bertengkar (unsplash.com/Vitaly Gariev)

Kritik membangun akan memberikan efek positif dalam jangka panjang, sebab bisa meningkatkan kesadaran diri dan motivasi untuk berubah menjadi lebih baik. Penerima nantinya akan merasa dihargai dan dilibatkan dalam proses perbaikan, sehingga tidak dijadikan sebagai objek kemarahan atau kekecewaan.

Sementara kritik merendahkan justru bisa menimbulkan marah, rasa malu, atau rendah diri, sehingga memicu reaksi defensif atau bahkan trauma psikologis. Alih-alih menjadi lebih baik, justru penerima akan merasa enggan untuk mencoba lagi dan pada akhirnya menjauh dari hubungan yang dinilai tidak suportif.

Membedakan antara kritik membangun dan kritik menandakan merupakan bagian penting agar selalu bisa menjaga komunikasi yang sehat dan produktif, baik itu secara personal atau profesional. Kritik semestinya bisa menjadi sarana pertumbuhan, bukan alat untuk menyakiti atau menjatuhkan. Berhati-hatilah cara dalam mengkritik agar penerima dapat memahami segala masukan yang ada!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us