Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Perilaku Kecil yang Bisa Bikin Kamu Dianggap Egois Sama Orang Lain

ilustrasi obrolan teman
ilustrasi obrolan teman (pexels.com/Tim Douglas)
Intinya sih...
  • Memotong pembicaraan membuat lawan bicara merasa tidak dihargai dan menciptakan kesan hanya memikirkan diri sendiri.
  • Enggan memberi waktu saat diminta tolong bisa menimbulkan anggapan bahwa diri sendiri lebih penting dari orang lain.
  • Mengutamakan kepentingan pribadi dalam diskusi atau rencana bersama dapat merusak hubungan sosial dan menciptakan persaingan yang kurang sehat.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali orang gak sadar kalau sikap yang terlihat sepele justru bisa meninggalkan kesan kurang enak di mata orang lain. Seseorang bisa saja merasa dirinya baik-baik saja, padahal orang sekitar menilai sebaliknya. Hal ini biasanya muncul lewat perilaku kecil yang gak disadari, tapi dampaknya bisa cukup besar bagi hubungan sosial.

Menjadi pribadi yang terbuka dan peduli sama orang lain memang bukan perkara mudah. Namun, saat seseorang berulang kali memperlihatkan sikap yang terkesan hanya memikirkan diri sendiri, orang lain bisa merasa kurang dihargai. Akibatnya, citra diri yang tadinya netral bisa berubah menjadi label egois. Nah, berikut ini beberapa contoh perilaku kecil yang sering dianggap egois tanpa disadari.

1. Sering memotong pembicaraan

ilustrasi obrolan teman
ilustrasi obrolan teman (pexels.com/Edmond Dantès)

Memotong pembicaraan memang terlihat seperti hal kecil, tapi dampaknya bisa cukup besar. Ketika seseorang sedang berbicara lalu dihentikan tiba-tiba, itu bisa membuat lawan bicara merasa gak dihargai. Walau niatnya mungkin sekadar ingin menambahkan pendapat, cara penyampaiannya bisa membuat orang lain merasa suaranya gak penting. Lama-lama, orang akan malas mengobrol karena merasa gak pernah benar-benar didengar.

Selain itu, kebiasaan ini juga menciptakan kesan bahwa yang terpenting hanya pikiran sendiri. Padahal, komunikasi yang baik itu saling mendengarkan terlebih dahulu baru menyampaikan. Kalau terlalu sering memotong, orang lain akan berpikir kalau hanya kepentingan pribadi yang diutamakan. Dari situlah kesan egois mulai muncul, meskipun awalnya tidak ada niat buruk.

2. Enggan memberi waktu saat diminta tolong

ilustrasi pria menolak
ilustrasi pria menolak (pexels.com/Monstera Production)

Menolak permintaan tolong bukanlah masalah kalau memang ada alasan yang jelas. Namun, berbeda halnya kalau sikap menolak itu dilakukan berulang tanpa penjelasan, orang bisa merasa diperlakukan dengan dingin. Apalagi jika permintaannya sederhana, seperti menemani sebentar atau sekadar memberikan masukan, lalu tetap ditolak. Hal itu bisa menimbulkan anggapan bahwa diri sendiri lebih penting dari orang lain.

Rasa egois semakin terlihat ketika seseorang hanya ingin menerima bantuan tanpa pernah mau memberi. Hubungan yang sehat seharusnya saling mendukung, bukan satu pihak saja yang diuntungkan. Kalau kebiasaan ini terus terjadi, orang lain bisa merasa lelah karena interaksi yang ada terasa berat sebelah. Dari situlah muncul jarak sosial yang sulit diperbaiki.

3. Selalu mengutamakan kepentingan pribadi

ilustrasi diskusi kelompok
ilustrasi diskusi kelompok (pexels.com/Eyüpcan Timur)

Sikap yang selalu menomorsatukan kepentingan pribadi sering kali dianggap sebagai bentuk egoisme yang nyata. Misalnya, saat ada diskusi kelompok, tapi yang dipikirkan hanya bagaimana caranya agar ide sendiri diterima. Hal itu bisa membuat orang lain merasa pendapat mereka tidak pernah dianggap serius. Akhirnya, suasana kerja sama berubah jadi persaingan yang kurang sehat.

Di lingkungan pertemanan, sikap ini juga bisa merusak hubungan. Saat rencana bersama selalu disesuaikan hanya dengan keinginan satu orang, orang lain akan merasa terpaksa mengikuti. Perlahan, kebersamaan kehilangan makna karena terasa seperti kepentingan sepihak. Jika hal ini gak diubah, label egois akan semakin melekat tanpa bisa dihindari.

4. Mengabaikan perasaan orang lain

ilustrasi obrolan teman
ilustrasi obrolan teman (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Mengabaikan perasaan orang lain adalah salah satu sikap yang paling sering dianggap menyakitkan. Contohnya saat teman sedang cerita tentang masalahnya, tapi malah dijawab dengan hal yang meremehkan. Walaupun niatnya mungkin untuk menenangkan, cara seperti itu bisa terasa seolah-olah masalah orang lain gak pantas diperhatikan. Perasaan diremehkan bisa meninggalkan luka emosional yang dalam.

Sikap ini juga terlihat ketika seseorang hanya fokus pada ekspresi diri tanpa mempertimbangkan reaksi orang lain. Misalnya, bercanda kelewatan sampai menyentuh hal sensitif yang menyakitkan bagi orang lain. Walaupun niatnya bercanda, dampaknya bisa membuat suasana jadi canggung. Jika dilakukan berulang, orang akan menilai bahwa perasaan mereka tidak pernah dipandang penting.

5. Terlalu sering mendominasi dalam diskusi

ilustrasi pria diskusi
ilustrasi pria diskusi (pexels.com/Henri Mathieu-Saint-Laurent)

Diskusi yang sehat seharusnya memberi ruang yang seimbang untuk semua orang berbicara. Namun, ada kalanya seseorang terlalu dominan dan selalu ingin suaranya yang paling terdengar. Sikap ini membuat orang lain kehilangan kesempatan untuk menyampaikan pendapat. Akibatnya, diskusi jadi terasa berat sebelah dan gak lagi menyenangkan.

Lebih parah lagi jika seseorang bersikeras mempertahankan pendapat tanpa mau mendengarkan masukan. Hal ini mencerminkan ketidakmampuan menghargai sudut pandang orang lain. Dalam jangka panjang, orang akan menilai bahwa interaksi dengan sosok seperti ini melelahkan. Alhasil, label egois semakin menempel kuat karena cara berkomunikasinya tidak memberi ruang kebersamaan.

Perilaku kecil sering kali dianggap sepele, padahal dampaknya bisa memengaruhi bagaimana orang lain menilai diri kita. Sering memotong pembicaraan, menolak membantu tanpa alasan, hingga mengabaikan perasaan bisa membuat orang merasa gak dihargai. Dari kebiasaan itulah label egois muncul tanpa kita sadari.

Belajar lebih peka dan menyeimbangkan kepentingan pribadi dengan orang lain adalah langkah penting untuk memperbaiki diri. Kalau mau hubungan tetap sehat, setiap orang perlu melatih empati dan kesediaan mendengarkan. Dengan begitu, hubungan sosial akan terasa lebih hangat, tulus, dan jauh dari kesan egois.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agsa Tian
EditorAgsa Tian
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Sikap Negatif yang Membuatmu Terlihat Overconfident, Perhatikan!

30 Sep 2025, 20:32 WIBLife