Pesona Sulam Maduaro, Motif Wastra Desain Paspor asal Lampung

Siapa yang tidak mengenal Provinsi Lampung? Provinsi yang dikenal dengan sebutan Sai Bumi Ruwa Jurai ini tidak hanya terkenal dengan kain tapis sebagai ciri khasnya. Ada satu lagi kain yang menjadi identitas khusus Provinsi Lampung, terutama dalam adat Menggala, yaitu kain Maduaro. Kain Maduaro adalah jenis kain sulam yang berasal dari Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung. Kain ini umumnya digunakan sebagai selendang penutup oleh kaum perempuan.
Saat ini, motif kain Maduaro telah dimodifikasi dan diterapkan pada berbagai produk fesyen seperti baju gamis, kopiah, baju koko, serta kaligrafi, sebagai upaya untuk melestarikan budaya, khususnya wastra Nusantara. Bahkan, kain Maduaro tercatat sebagai salah satu motif desain dalam paspor terbaru yang diterbitkan oleh Kementerian Hukum dan HAM pada 17 Agustus 2024 mewakili wastra dari Provinsi Lampung. Penasaran ingin tahu lebih banyak tentang kain Maduaro ini? Yuk, simak informasinya!
1. Kain maduaro mulanya berasal dari nenek moyang masyarakat Menggala yang menunaikan ibadah haji di Mekkah

Kain Maduaro di Lampung awalnya berasal dari nenek moyang masyarakat Menggala yang menunaikan ibadah haji di Makkah pada abad ke-18. Pedagang Gujarat dari India juga memperkenalkan kain serupa kepada masyarakat Menggala, sehingga motif yang berkembang di daerah tersebut terpengaruh oleh motif dari Hindustan.
Para wanita Menggala membuat kain Maduaro sebagai Sesan yang dibawa saat mereka menikah. Pada tahun 2016, kain Maduaro berhasil terdaftar sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dengan nomor registrasi 201600336, yang berasal dari Provinsi Lampung.
2. Selalu digunakan dalam acara sakral yakni upacara adat Menggala

Kain Maduaro adalah kain sulam yang berasal dari Kabupaten Tulangbawang di Provinsi Lampung. Dulunya, kain ini digunakan sebagai penutup kepala perempuan, tetapi kini motifnya telah diaplikasikan pada berbagai jenis pakaian seperti gamis, kopiah, baju koko, serta kaligrafi sebagai bagian dari upaya pelestarian motifnya. Kain Maduaro umumnya dipakai dalam acara sakral, seperti pada upacara adat Menggala.
3. Dibuat dari kain yang umumnya berbahan serat nanas atau sutera

Kain Maduaro adalah jenis kain yang terbuat dari serat nanas atau sutera, yang disulam dengan benang kawat perak tipis. Kain ini umumnya digunakan sebagai selendang penutup kepala oleh wanita yang berdarah atau keturunan bangsawan (Penyimbang). Di daerah Menggala, gadis-gadis sering mempersiapkan kain Maduaro sebagai Sesan. Salah satu jenisnya terbuat dari benang selingkang dari India. Seiring waktu, kain Maduaro mulai diperkenalkan ke luar Menggala, sehingga para gadis di Way Lima dan Talang Padang dapat belajar dan mengembangkan kerajinan menyulam..
Wastra kain Maduaro asal Provinsi Lampung merupakan warisan kebudayaan yang perlu kita jaga. Jangan sampai warisan berharga ini terlupakan atau hilang ditelan zaman. Upaya pelestarian melalui berbagai inovasi dan adaptasi dalam produk fesyen harus terus didorong, agar generasi mendatang tetap mengenal dan menghargai keindahan serta makna budaya yang terkandung dalam setiap helai kain Maduaro.