Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

3 Sikap Playing Victim yang Diam-Diam Merusak Hubungan, Waspada!

ilustrasi bertengkar (Pexels.com/Alex Green)

Dalam hubungan, entah itu pertemanan, keluarga, atau romansa, tidak selamanya berjalan mulus. Konflik atau masalah kecil pasti ada, dan cara kita menghadapinya sangat memengaruhi dinamika hubungan tersebut. Tapi sayangnya, ada sebagian orang yang tanpa sadar sering menunjukkan sikap playing victim. Mereka cenderung menggambarkan diri sebagai korban dari setiap situasi, meskipun faktanya tidak selalu begitu.

Sikap seperti ini bukan hanya bikin hubungan jadi gak sehat, tapi juga melelahkan bagi orang-orang di sekitarnya. Memahami tanda-tanda playing victim bisa membantu kita mengenali pola ini, baik pada diri sendiri maupun orang lain, agar hubungan tetap harmonis. Yuk, kita bahas lima sikap playing victim yang bisa diam-diam merusak hubungan.

1. Melebih-lebihkan masalah

Marah (Pexels.com/Engin Akyurt)

Orang yang playing victim sering memperbesar masalah kecil menjadi drama besar. Hal sepele seperti lupa membalas pesan bisa dianggap sebagai bentuk ketidakpedulian. Mereka mungkin berkata, "Kamu gak peduli sama aku!" meskipun sebenarnya hanya ada kesalahpahaman kecil.

Perilaku seperti ini bisa bikin suasana hubungan jadi gak nyaman. Orang lain merasa harus terus-menerus membela diri atau menjelaskan, yang akhirnya justru memperburuk situasi. Hubungan sehat membutuhkan kemampuan untuk memandang masalah secara objektif, bukan malah melebih-lebihkannya.

2. Enggan mengakui kesalahan

ilustrasi bertengkar (Pexels.com/Keira Burton)

Buat orang yang sering playing victim, mengakui kesalahan sendiri adalah hal yang sulit. Mereka lebih memilih untuk mencari pembenaran atau bahkan menyalahkan keadaan. Misalnya, jika mereka lupa melakukan sesuatu, alasannya adalah karena terlalu sibuk atau terlalu banyak tekanan, bukan karena kelalaian sendiri.

Sikap ini bikin orang lain merasa kesal, karena setiap diskusi untuk memperbaiki masalah selalu mentok di posisi "aku benar, kamu salah." Padahal, mengakui kesalahan adalah bagian penting dari pertumbuhan dalam hubungan.

3. Sering mengungkit luka lama

ilustrasi bertengkar (Pexels.com/Liza Summer)

Setiap hubungan pasti punya sejarah konflik atau kesalahan di masa lalu. Tapi orang yang playing victim sering mengungkit-ungkit hal itu untuk membenarkan sikap mereka sekarang. Contohnya, "Kamu dulu pernah bikin aku sakit hati, jadi wajar kalau sekarang aku begini."

Perilaku ini bikin hubungan sulit untuk maju. Orang lain jadi merasa terus dihukum atas kesalahan yang sudah mereka coba perbaiki. Padahal, hubungan yang sehat butuh kemampuan untuk memaafkan dan fokus pada masa kini.

Memahami sikap playing victim adalah langkah awal untuk memperbaiki hubungan yang mungkin sedang berada di titik sulit. Kalau kamu menyadari tanda-tanda ini pada dirimu sendiri, gak ada salahnya mulai berubah. Belajar menerima tanggung jawab dan melihat situasi secara objektif akan membuat hubunganmu jadi lebih sehat dan menyenangkan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us