Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Poin Kritis Wanda Hamidah: Two State Solution Bukan Solusi

potret Wamda Hamidah di Ngobrol Seru Spesial : Gaza: Peace, Justice and A Future
potret Wamda Hamidah di Ngobrol Seru Spesial : Gaza: Peace, Justice and A Future (youtube.com/IDN Times)
Intinya sih...
  • Wanda Hamidah menilai solusi dua negara kurang adil
  • Realisme politik Dino Patti Djalal dan opsi paling mungkin
  • Masalah pemukiman ilegal merusak syarat Two State Solution
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Situasi kemanusiaan dan politik di Gaza menjadi sorotan utama dalam diskusi spesial "Gaza: Peace, Justice and A Future" yang diselenggarakan oleh IDN Times pada Kamis, 16 Oktober 2025. Acara ini diadakan untuk merespons dinamika geopolitik terbaru, terutama setelah munculnya perundingan damai yang dihadiri 27 pemimpin negara di Sharm El Sheikh. Latar belakang utama diskusi ini adalah mengkaji secara kritis apakah inisiatif global tersebut benar-benar menjamin perdamaian dan keadilan bagi Palestina, atau justru menyimpan agenda yang kompleks.

Diskusi penting ini mempertemukan dua tokoh yaitu Wanda Hamidah, aktivis pro-Palestina yang baru kembali dari Misi Global Sumud Flotilla, dan Dino Patti Djalal, diplomat senior dan founder Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI). Wanda Hamidah menyajikan poin kritis mengenai masa depan Palestina, secara terang-terangan menolak Solusi Dua Negara (Two State Solution) karena dinilai tidak realistis. Sementara itu, Dino Patti Djalal menyampaikan perspektif diplomatik, termasuk analisis mengenai empat kemungkinan masa depan Gaza dan tantangan legalitas bagi keterlibatan Pasukan Stabilisasi Indonesia.

1. Wanda Hamidah menilai solusi dua negara kurang adil

potret Wamda Hamidah di Ngobrol Seru Spesial : Gaza: Peace, Justice and A Future
potret Wamda Hamidah di Ngobrol Seru Spesial : Gaza: Peace, Justice and A Future (youtube.com/IDN Times)

Wanda Hamidah secara tegas meyakini “Two State Solution is delusional” (Solusi Dua Negara adalah delusi). Ia menegaskan bahwa setiap perjanjian damai yang diinisiasi oleh kekuatan imperialis cenderung hanya menggerus wilayah Palestina. Argumennya fokus pada pandangan bahwa perundingan tersebut terbukti memperpanjang penjajahan.

Alasan utama penolakannya adalah melihat semua peace talk yang dilakukan Amerika Serikat sebagai inisiator hanya menyebabkan semakin banyak rakyat yang terbunuh. Menurut Wanda, sejarah membuktikan Solusi Dua Negara tidak pernah membawa kemerdekaan sejati, melainkan hanya menyisakan wilayah yang semakin kecil. Oleh karena itu, ia berpendapat bahwa formula solusi ini justru menjadi perpanjangan tangan genosida.

2. Realisme politik Dino Patti Djalal dan opsi paling mungkin

potret Dino Patti Djalal di Ngobrol Seru Spesial Gaza: Peace, Justice and A Future
potret Dino Patti Djalal di Ngobrol Seru Spesial Gaza: Peace, Justice and A Future (youtube.com/IDN Times)

Dino Patti Djalal menyajikan empat skenario masa depan Gaza dari perspektif diplomatik. Ia mengakui adanya ketidaksempurnaan, namun menilai Solusi Dua Negara adalah opsi yang paling realistis secara politik dan diplomatik saat ini. Solusi ini dianggap lebih mungkin dicapai dibandingkan skenario status quo (berlanjutnya konflik), penghapusan Palestina, atau penghapusan Israel.

Poinnya menekankan bahwa di mata komunitas internasional, solusi politik inilah yang paling mungkin dicapai di masa depan. Kegagalan mencapainya selama ini disebabkan oleh tidak adanya persatuan internal di antara faksi Palestina, seperti Fatah dan Hamas. Oleh karena itu, Two State Solution masih dianggap sebagai jalan keluar yang paling memungkinkan secara realistis.

3. Masalah pemukiman ilegal merusak syarat Two State Solution

potret Ngobrol Seru Gaza: Peace, Justice and A Future
potret Ngobrol Seru Gaza: Peace, Justice and A Future (youtube.com/IDN Times)

Salah satu masalah fundamental yang disorot adalah kenyataan di lapangan yang terus merusak Solusi Dua Negara. Wanda menekankan bahwa syarat utama solusi tersebut (perbatasan 1967) telah berulang kali dilanggar. Pembangunan pemukiman ilegal Israel di Tepi Barat terus berlangsung, membuat batas negara tidak lagi dapat ditegakkan.

Pemukiman ilegal ini secara efektif telah membagi wilayah Tepi Barat menjadi area-area kecil yang terpisah. Kondisi ini membuat terbentuknya negara Palestina yang berdaulat dan layak secara geografis menjadi mustahil. Akibatnya, Solusi Dua Negara pada dasarnya sudah gagal di lapangan.

4. Pelajaran yang bisa didapat dan langkah nyata

potret acara Ngobrol Seru Spesial : Gaza: Peace, Justice and A Future
potret acara Ngobrol Seru Spesial : Gaza: Peace, Justice and A Future (youtube.com/IDN Times)

Peserta diskusi Gaza: Peace, Justice and A Future mendapatkan bekal berupa kesadaran kritis terhadap narasi "perdamaian" yang disajikan media Barat. Audiens belajar bahwa peace talk memiliki risiko kolonialisme baru jika tidak melibatkan persetujuan penuh rakyat Palestina. Diskusi ini berhasil memberikan pandangan baru bagi peserta yang hadir.

Diskusi ini juga menyimpulkan perlunya aksi nyata yang lebih jelas. Bantuan tak cukup hanya sebatas donasi uang, tetapi wajib diperkuat dengan gerakan advokasi politik dan tekanan terus-menerus. Tiga langkah utamanya adalah: mendesak pemerintah agar serius menuntut pertanggungjawaban hukum internasional (seperti ke ICC), serta rajin bersuara lewat platform pribadi untuk melawan impunitas.

5. IDN Times dan ruang diskusi untuk generasi muda

Wanda Hamidah, Dino Patti Djalal, Uni Lubis dalam talkshow Gaza: Peace, Justice, and A Future (IDN Times/Zahrotustianah)
Wanda Hamidah, Dino Patti Djalal, Uni Lubis dalam talkshow Gaza: Peace, Justice, and A Future (IDN Times/Zahrotustianah)

Diskusi seperti ini bukan pertama kalinya digelar oleh IDN Times. Sebagai media yang dekat dengan generasi muda, IDN Times rutin menghadirkan forum terbuka di kantor IDN Media HQ, tempat anak muda bisa bertemu langsung dengan tokoh inspiratif dari berbagai bidang. Banyak peserta mengaku mendapatkan sudut pandang baru setelah mendengar langsung pengalaman para pembicara, termasuk tentang pentingnya keberanian bersuara untuk isu kemanusiaan.

Menariknya, penulis IDN Times Community juga berkesempatan hadir di acara-acara semacam ini. Dengan bergabung di IDN Times Community, kamu bisa menulis, belajar dari editor profesional, dan melihat sendiri bagaimana tulisanmu bisa membuka ruang diskusi yang lebih luas. Dari situ, banyak penulis muda yang akhirnya menemukan panggilan mereka: menulis bukan cuma untuk dibaca, tapi untuk berdampak.

Secara keseluruhan, diskusi ini memperlihatkan betapa rumitnya isu Palestina dari sudut pandang aktivis dan diplomat. Tugas kita kini melangkah dari sekadar tahu menjadi aksi nyata. Kunci utamanya adalah terus bersuara dan menekan pertanggungjawaban hukum internasional demi mewujudkan kemerdekaan yang adil.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Penyebab Mengapa Kita Semakin Tua Justru Lebih Suka Menyendiri

19 Okt 2025, 12:48 WIBLife