Nama: Jane Goodall atau Valerie Jane Morris-Goodall
Lahir: London, 3 April 1934
Meninggal: 1 Oktober 2025
Kewarganegaraan: Inggris
Pendidikan: Newnham College, Cambridge dan Darwin College, Cambridge
Pekerjaan: Pendiri Jane Goodall Institute, Ilmuwan, peneliti simpanse, primatologist, ahli konservasi
Profil Jane Goodall, Aktivis Primata yang Berpulang di Usia 91 tahun

Jane Goodall meninggal dunia di usia 91 tahun pada Rabu (1/10/25). Kepergian ahli konservasi dan ilmuwan primata tersebut diumumkan dalam unggahan Institute Jane Goodall di instagram dan website resminya. Perempuan asal UK tersebut meninggal dengan tenang dalam tidurnya saat berada di Los Angeles, CA untuk tur pidatonya di Amerika Serikat.
Jane dikenal sebagai ilmuwan yang aktif mengadvokasi dan melakukan penelitian simpanse di berbagai negara. Ia juga aktif dalam berbagai kegiatan, termasuk mengkampanyekan program Roots & Shoots ke Indonesia. Perjalannya Jane sebagai ahli primata membawa inspirasi bagi banyak aktivis lingkungan, berikut adalah profil dan kisah Jane Goodall.
1. Profil Jane Goodall

2. Jane Goodall telah menunjukkan ketertarikan terhadap hewan sejak kecil. Penelitian terhadap simpanse di Gombe, Tanzania menjadi miles stone untuknya

Jane merupakan pendiri Jane Goodall Institute (JGI) serta utusan perdamaian PBB yang dikenal luas berkat penelitiannya tentang simpanse liar. Ia menjadi ahli etologi, konservasionis, dan humanis ternama. Di penghujung usianya, Jane juga melakukan advokasi kemanusiaan, kesejahteraan hewan serta isu lainnya.
Jane yang lahir dengan nama Valerie Jane Morris-Goodall merupakan putri dari pebisnis Mortimer Herbert Morris-Goodall dan penulis Margaret Myfanwe Joseph. Sejak kecil ia telah menunjukkan kecintaannya terhadap satwa liar dan bermimpi bisa melakukan perjalanan ke Afrika.
Perempuan yang lahir pada 1934 di London ini mengaku terinspirasi oleh buku-buku seperti The Story of Dr Doolittle dan Tarzan yang membuatnya jatuh cinta pada hewan. Jane bertemu Prof Louis Leakey, seorang ahli primatologist yang berdomisili di Kenya. Louis Leakey mempekerjakannya sebagai sekretaris di Museum Nasional Nairobi, kemudian mengajak Jane untuk melakukan berbagai perjalanan dan pencarian fosil.
Perjalanan dengan Louis Leakey membuat Jane semakin tergerak untuk mendalami kehidupan simpanse, terlebih setelah Louis Leakey kemudian mengajak Jane untuk melakukan penelitian ke Hutan Tanzania pada 1960. Perjalanan tersebut mengantarkan Jane pada kepedulian yang tinggi untuk memulihkan alam dan melindungi hutan serta mengadvokasi perlindungan simpanse.
Jane kemudian melanjutkan pendidikan doktoral di bidang Etologi di Newnham College, Cambridge. Pada saat itu, Jane menulis disertasi "The Behaviour of Free-living Chimpanzees in the Gombe Stream Reserve" yang penelitiannya terus berkembang puluhan tahun kemudian bahkan berlanjut hingga saat ini.
3. Jane menyuarakan isu lingkungan dan kemanusiaan hingga akhir hayatnya

Jane mendirikan Jane Goodall Institute (JGI) untuk mendukung riset di Gombe, Tanzania. Pada 1991, Jane mendirikan Roots & Shoots, program global kemanusiaan dan lingkungan yang ditujukan bagi generasi muda untuk memberdayakan hewan, lingkungan dan komunitas lokal. Pada 2017, Jane mendirikan Jane Goodall Legacy Foundation untuk memastikan keberlanjutan program yang diciptakannya sepanjang hidup.
Sepanjang hidup, Jane telah menerima penghargaan untuk berbagai aktivitas kemanusiaan. Selain dinobatkan sebagai UN Messenger of Peace, Jane mendapat gelar bangsawan Dame Commander of the Order of the British Empire (DBE) di Istana Buckingham. Légion d’honneur dari Prancis, Benjamin Franklin Medal in Life Science, Kyoto Prize dari Jepang, Gandhi-King Award for Nonviolence, dan masih banyak lainnya.
Meski Jane aktif berpergian ke berbagai negara, ia masih tinggal di Bournemouth, Inggris, rumah yang sebelumnya dihuni oleh keluarga Jane. Jane meninggalkan seorang putra Hugo Eric Louis van Lawick dan tiga orang cucu. Namanya terkenang sebagai aktivis yang peduli pada lingkungan.