Sikap malas memang identik dengan hal negatif karena seringkali akan berpengaruh pada produktivitas. Akibat menuruti kemalasan, gak jarang kita malah terjebak dalam penundaan demi penundaan hingga jadi terbiasa. Hal inilah yang membuat banyak jargon perihal sikap rajin yang membakar semangat dianggap jauh lebih baik.
Padahal, ternyata ada sisi positif juga dari sikap malas, lho. Berikut beberapa bentuk sikap malas yang justru memberi manfaat positif bila dilakukan.
Membicarakan dan membandingkan orang memang masih kerap ditemui dalam kelompok tertentu, terlebih jika hal itu terkait berita negatif. Orang jadi makin asyik bergosip tentang kejelekan yang lain hingga 'hobi' membandingkan orang.
Dengan menjadi malas terhadap hal ini, kita justru jadi terhindar dari lingkaran gosip. Bukannya gak mungkin kalau hari ini kita bergosip dan lain hari justru kita yang digosipkan. Tanpa membicarakan dan membandingkan orang lain, hidup akan lebih tenang dan dijauhkan dari permusuhan.
Kalau ada yang bilang, "hidup jangan kebanyakan drama", itu ada benarnya. Terbiasa mendramatisir segala sesuatu yang terjadi justru akan membuat kita dan orang-orang di sekitar jadi lelah. Masalah yang ada pun bukannya selesai tapi jadi makin panjang 'episodenya'.
Malas dengan segala bentuk drama kehidupan akan membuat kita makin simple melihat segala sesuatu. Ada masalah, ya, cari solusinya. Gak perlu main drama, sebab kita bukan aktor yang dari performa aktingnya bisa dapat cuan. So, make everything simple. Bukan menggampangkan, hanya jangan sampai kelewat nge-drama.
Salah satu hal yang gak bisa kita kontrol adalah komentar orang lain, baik itu positif maupun negatif. Kalau positif, tentu kita bakal nyaman-nyaman saja mengetahuinya. Namun, saat muncul komentar negatif, emosi pasti bakal ikut meledak-ledak.
Sayangnya, meladeni setiap komentar negatif tadi hanya akan membuat kita lelah. Konfirmasi apa pun gak akan berguna kalau mereka memang gak suka sama kita. Jadi, biarkan saja mereka dengan komentar buruknya. Kita lanjutkan hidup dan terus lakukan yang terbaik.
Muncul keinginan membalas saat kita diperlakukan tidak adil, tentu masih terbilang manusiawi. Namun, pembalasan tidak akan pernah menjadikan kejahatan selesai sampai hari ini. Dengan membalas, kita justru menciptakan arena pembalasan baru yang tanpa ujung.
Gak heran kalau pada akhirnya orang yang berpikiran dewasa akan semakin malas untuk membalas sekalipun mereka telah banyak tersakiti. Justru sikap malas membalas kejahatan akan membuat semuanya terhenti dengan sendirinya suatu saat nanti dan hidup jadi semakin tenang.
Gaya hidup masih saja dijadikan alat mengukur kesuksesan dan kebahagiaan. Orang pun kerap berlomba-lomba memamerkan milik mereka agar diakui keberadaannya. Diakui siapa? Entahlah. Padahal, bergabung dalam perlombaan semacam ini gak akan membuat kita dapat gelar pemenang, lho.
Setiap hari akan ada yang melampaui dan jadi lebih di atas kita. Maka, malaslah untuk mengikuti arus lomba gaya hidup agar setiap kesederhanaan akan punya nilai yang lebih mahal di samping ketenangan karena gak harus bersaing terus menerus.
Kelima bentuk sikap malas di atas bikin hidup jadi makin bermanfaat, bukan? Patut dicoba sekali seumur hidup, tapi jangan mencoba untuk malas yang membuat kamu terpuruk, ya.