Surat Taha Ayat 121-135 Arab: Arti, Kandungan, dan Keutamaan

Salah satu surat yang termaktub dalam Al-Qur'an yaitu Surat Taha. Surat sepanjang 135 ayat ini diturunkan setelah Surat Maryam di Makkah, sehingga termasuk golongan surat Makkiyah.
Surat Taha pun menjadi salah satu surat dalam Al-Qur'an yang diawali dengan ayat pertama berlafaz pendek yang berbunyi taha. Arti taha sendiri adalah anak laki-laki, di mana istilah tersebut merujuk pada Nabi Muhammad SAW.
Nah, pada artikel ini dibahas mengenai bacaan Surat Taha ayat 121-135, lengkap dengan lafaz arab, arti, hingga keutamaannya. Yuk, simak!
1. Surat Taha ayat 121-135 beserta artinya

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ
Bismillahirrahmannirrahiim.
Artinya: "Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."
Ayat 121
فَاَكَلَا مِنْهَا فَبَدَتْ لَهُمَا سَوْءٰتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفٰنِ عَلَيْهِمَا مِنْ وَّرَقِ الْجَنَّةِۚ وَعَصٰىٓ اٰدَمُ رَبَّهٗ فَغَوٰى ۖ
Fa akalā minhā fa badat lahumā sau'ātuhumā wa ṭafiqā yakhṣifāni ‘alaihimā miw waraqil-jannah, wa ‘aṣā ādamu rabbahū fa gawā.
Artinya: "Lalu, mereka berdua memakannya sehingga tampaklah oleh keduanya aurat mereka dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga. Adam telah melanggar (perintah) Tuhannya dan khilaflah dia."
Ayat 122
ثُمَّ اجْتَبٰىهُ رَبُّهٗ فَتَابَ عَلَيْهِ وَهَدٰى
Ṡummajtabāhu rabbuhū fa tāba ‘alaihi wa hadā.
Artinya: "Tuhannya kemudian memilihnya (menjadi rasul). Maka, Dia menerima tobatnya dan memberinya petunjuk."
Ayat 123
قَالَ اهْبِطَا مِنْهَا جَمِيْعًاۢ بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۚفَاِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِّنِّيْ هُدًى ەۙ فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقٰى
Qālahbiṭā minhā jamī‘am ba‘ḍukum liba‘ḍin ‘aduww, fa immā ya'tiyannakum minnī hudā, fa manittaba‘a hudāya falā yaḍillu wa lā yasyqā.
Artinya: "Dia (Allah) berfirman, 'Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama. Sebagian kamu (Adam dan keturunannya) menjadi musuh bagi yang lain. Jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, (ketahuilah bahwa) siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.
Ayat 124
وَمَنْ اَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَاِنَّ لَهٗ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَّنَحْشُرُهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اَعْمٰى
Wa man a‘raḍa ‘an żikrī fa inna lahū ma‘īsyatan ḍankaw wa naḥsyuruhū yaumal-qiyāmati a‘mā.
Artinya: "Siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit. Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.”
Ayat 125
قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِيْٓ اَعْمٰى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيْرًا
Qāla rabbi lima ḥasyartanī a‘mā wa qad kuntu baṣīrā.
Artinya: "Dia berkata, 'Ya Tuhanku, mengapa Engkau mengumpulkan aku dalam keadaan buta, padahal sungguh dahulu aku dapat melihat?'
Ayat 126
قَالَ كَذٰلِكَ اَتَتْكَ اٰيٰتُنَا فَنَسِيْتَهَاۚ وَكَذٰلِكَ الْيَوْمَ تُنْسٰى
Qāla każālika atatka āyātunā fa nasītahā, wa każālikal-yauma tunsā.
Artinya: "Dia (Allah) berfirman, 'Memang seperti itulah (balasanmu). (Dahulu) telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, lalu engkau mengabaikannya. Begitu (pula) pada hari ini engkau diabaikan.”
Ayat 127
وَكَذٰلِكَ نَجْزِيْ مَنْ اَسْرَفَ وَلَمْ يُؤْمِنْۢ بِاٰيٰتِ رَبِّهٖۗ وَلَعَذَابُ الْاٰخِرَةِ اَشَدُّ وَاَبْقٰى
Wa każālika najzī man asrafa wa lam yu'mim bi'āyāti rabbih, wa la‘ażābul-ākhirati asyaddu wa abqā.
Artinya: "Demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya pada ayat-ayat Tuhannya. Sungguh, azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal."
Ayat 128
اَفَلَمْ يَهْدِ لَهُمْ كَمْ اَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِّنَ الْقُرُوْنِ يَمْشُوْنَ فِيْ مَسٰكِنِهِمْۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى النُّهٰى ࣖ
Afalam yahdi lahum kam ahlaknā qablahum minal-qurūni yamsyūna fī masākinihim, inna fī żālika la'āyātil li'ulin nuhā.
Artinya: "Tidakkah menjadi petunjuk bagi mereka (orang-orang musyrik) tentang berapa banyak generasi sebelum mereka yang telah Kami binasakan, (padahal) mereka melewati (bekas-bekas) tempat tinggal mereka (generasi itu)? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang berakal."
Ayat 129
وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ لَكَانَ لِزَامًا وَّاَجَلٌ مُّسَمًّى ۗ
Wa lau lā kalimatun sabaqat mir rabbika lakāna lizāmaw wa ajalum musammā.
Artinya: "Seandainya tidak ada suatu ketetapan yang terdahulu dari Tuhanmu serta tidak ada ajal yang telah ditentukan (bagi mereka), pastilah (siksaan itu langsung menimpa mereka)."
Ayat 130
فَاصْبِرْ عَلٰى مَا يَقُوْلُوْنَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوْعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوْبِهَا ۚوَمِنْ اٰنَاۤئِ الَّيْلِ فَسَبِّحْ وَاَطْرَافَ النَّهَارِ لَعَلَّكَ تَرْضٰى
Faṣbir ‘alā mā yaqūlūna wa sabbiḥ biḥamdi rabbika qabla ṭulū‘isy-syamsi wa qabla gurūbihā, wa min ānā'il-laili fa sabbiḥ wa aṭrāfan-nahāri la‘allaka tarḍā.
Artinya: "Maka, bersabarlah engkau (Nabi Muhammad) atas apa yang mereka katakan dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu sebelum matahari terbit dan sebelum terbenam. Bertasbihlah (pula) pada waktu tengah malam dan di ujung siang hari agar engkau merasa tenang."
Ayat 131
وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ اِلٰى مَا مَتَّعْنَا بِهٖٓ اَزْوَاجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ەۙ لِنَفْتِنَهُمْ فِيْهِ ۗوَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَّاَبْقٰى
Wa lā tamuddanna ‘ainaika ilā mā matta‘nā bihī azwājam minhum zahratal-ḥayātid-dun-yā, linaftinahum fīh, wa rizqu rabbika khairuw wa abqā.
Artinya: "Janganlah sekali-kali engkau tujukan pandangan matamu pada kenikmatan yang telah Kami anugerahkan kepada beberapa golongan dari mereka (sebagai) bunga kehidupan dunia agar Kami uji mereka dengan (kesenangan) itu. Karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal."
Ayat 132
وَأْمُرْ اَهْلَكَ بِالصَّلٰوةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَاۗ لَا نَسْـَٔلُكَ رِزْقًاۗ نَحْنُ نَرْزُقُكَۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوٰى
Wa'mur ahlaka biṣ-ṣalāti waṣṭabir ‘alaihā, lā nas'aluka rizqā(n), naḥnu narzuquk(a), wal-‘āqibatu lit-taqwā.
Artinya: "Perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan bersabarlah dengan sungguh-sungguh dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Kesudahan (yang baik di dunia dan akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa."
Ayat 133
وَقَالُوْا لَوْلَا يَأْتِيْنَا بِاٰيَةٍ مِّنْ رَّبِّهٖۗ اَوَلَمْ تَأْتِهِمْ بَيِّنَةُ مَا فِى الصُّحُفِ الْاُوْلٰى
Wa qālū lau lā ya'tīnā bi'āyatim mir rabbih, awalam ta'tihim bayyinatu mā fiṣ-ṣuḥufil-ūlā.
Artinya: "Mereka berkata, 'Mengapa dia (Nabi Muhammad) tidak membawa tanda (mukjizat) kepada kami dari Tuhannya?' Bukankah telah datang kepada mereka bukti nyata yang tersebut di dalam kitab-kitab terdahulu?"
Ayat 134
وَلَوْ اَنَّآ اَهْلَكْنٰهُمْ بِعَذَابٍ مِّنْ قَبْلِهٖ لَقَالُوْا رَبَّنَا لَوْلَآ اَرْسَلْتَ اِلَيْنَا رَسُوْلًا فَنَتَّبِعَ اٰيٰتِكَ مِنْ قَبْلِ اَنْ نَّذِلَّ وَنَخْزٰى
Wa lau annā ahlaknāhum bi‘ażābim min qablihī laqālū rabbanā lau lā arsalta ilainā rasūlan fa nattabi‘a āyātika min qabli an nażilla wa nakhzā.
Artinya: "Seandainya Kami binasakan mereka dengan suatu siksaan sebelum (bukti itu datang), tentulah mereka berkata, 'Ya Tuhan kami, mengapa tidak Engkau utus seorang rasul kepada kami sehingga kami mengikuti ayat-ayat-Mu sebelum kami menjadi hina dan rendah?'
Ayat 135
قُلْ كُلٌّ مُّتَرَبِّصٌ فَتَرَبَّصُوْاۚ فَسَتَعْلَمُوْنَ مَنْ اَصْحٰبُ الصِّرَاطِ السَّوِيِّ وَمَنِ اهْتَدٰى ࣖ ۔
Qul kullum mutarabbiṣun fa tarabbaṣū, fa sata‘lamūna man aṣḥābuṣ-ṣirāṭis-sawiyyi wa manihtadā.
Artinya: "Katakanlah (Nabi Muhammad), 'Setiap (kita) menanti, maka menantilah! Kelak kamu akan mengetahui siapa yang berada di jalan yang lurus dan siapa yang telah mendapat petunjuk.”
2. Kandungan Surat Taha ayat 121-135

Allah SWT menurunkan ayat-ayat Al-Qur'an untuk menjadi pedoman hidup manusia yang paling benar. Tidak ada dusta pada ayat-ayat tersebut dan sesuatu yang belum terjadi pasti akan terjadi di kemudian hari jika telah ditentukan oleh Allah SWT.
Pada pokok kandungan Surat Taha ayat 106–120 ini, Allah SWT mengingatkan manusia mengenai beberapa hal, yaitu:
- Balasan berupa kehidupan yang sulit dan penuh penderitaan jika seseorang berpaling dari peringatan Allah SWT;
- Kisah Nabi Adam as. dan Hawa yang melanggar perintah Allah SWT;
- Janji Allah SWT untuk mengumpulkan orang-orang yang lalai dari nikmat dan peringatan-Nya pada hari kiamat dalam keadaan buta;
- Berisi perintah untuk menunaikan salat dan tetap bersabar dengan penuh keyakinan di segala kondisi;
- Memperingatkan manusia agar tidak memelihara perbuatan riya;
- Memperingatkan manusia tentang balasan yang nyata dari Allah SWT untuk orang-orang yang melewati batas.
3. Keutamaan Surat Taha

Keutamaan dari Surat Taha adalah sebagai pengganti kitab Zabur. Selain itu, apabila rutin membaca surat ini, niscaya akan memperoleh beberapa hal berikut:
- Dikabulkan doa-doanya oleh Allah SWT;
- Senantiasa diluruskan jalan hidupnya dan dihindarkan dari celaka karena menjadi pribadi yang mengikuti petunjuk Allah SWT;
- Akan selalu teringat pada hari kiamat sehingga menjadi mawas diri terhadap perbuatan buruk seperti riya dan bergunjing;
- Akan diberi kesabaran dan hati yang lapang ketika menghadapi cobaan, sehingga menjadi pribadi yang kuat mental dan tidak mudah putus asa;
- Niscaya akan mendatangkan rezeki yang baik jika mengamalkan pesan dalam Surat Taha.
Itulah bacaan Surat Taha ayat 106–120 lengkap dengan lafaz arab, kandungan, dan keutamaannya. Kamu juga bisa menyimak arti dari setiap ayat untuk menambah wawasan dan pemahamannya. Semoga bermanfaat.