Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Tanda Orang yang Tampak Bahagia tetapi Sebenarnya Menderita

ilustrasi senyum terpaksa (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • Senyumnya gak sampai ke mata, bisa jadi senyum basa-basi yang menyembunyikan kesedihan di dalam hati.
  • Sering jadi “si lucu” yang terus bercanda sebagai tameng untuk menutup luka batin.
  • Ngobrol banyak tapi tetap terasa jauh, mereka pintar menutupi isi hatinya dengan topik lain.

Di dunia yang serba cepat dan serba tampil bahagia ini, banyak orang merasa harus selalu terlihat baik-baik saja, meskipun di dalam hatinya sedang berantakan. Media sosial, tuntutan lingkungan, bahkan kebiasaan sehari-hari sering kali mendorong seseorang untuk memakai “topeng bahagia”, padahal kenyataannya jauh dari itu.

Kamu mungkin juga pernah ada di posisi itu: tersenyum di luar, tapi hati sedang remuk. Karena itulah penting banget untuk belajar mengenali tanda-tanda halus seseorang yang tampak bahagia, padahal sedang menyimpan penderitaan dalam diam. Bukan untuk menghakimi, tapi agar bisa lebih peduli dan hadir saat mereka butuh. Berikut ini enam tanda seseorang yang tampak bahagia tetapi sebenarnya menderita.

1. Senyumnya gak sampai ke mata

ilustrasi tersenyum (pexels.com/Christina Morillo)

Senyuman yang tulus itu gak cuma kelihatan di bibir, tapi juga terasa dari sorotan mata. Dalam dunia psikologi, ini disebut Duchenne smile, yaitu jenis senyum yang melibatkan otot di sekitar mata dan menciptakan ekspresi hangat yang nyata. Kalau seseorang senyum tapi matanya terlihat kosong atau gak bersinar, bisa jadi itu cuma senyum basa-basi. Mungkin mereka sedang berusaha keras meyakinkan dunia kalau mereka bahagia, padahal hatinya sedang kosong. Jadi, saat kamu ngobrol sama orang yang kelihatan ceria banget, coba lihat ke matanya. Kadang dari situ kamu bisa tahu cerita sebenarnya.

2. Sering jadi “si lucu” yang terus bercanda

ilustrasi teman tertawa (pexels.com/Monstera Production)

Humor bisa jadi tameng untuk menutup luka batin. Orang yang suka banget bercanda, apalagi soal hidupnya sendiri atau hal-hal negatif yang mereka alami, bisa jadi sedang mencoba mengalihkan perhatian dari rasa sakit yang sesungguhnya. Bukan berarti semua orang lucu itu sedang menderita, tapi kalau candaan terasa terlalu sering atau terkesan menyindir diri sendiri, bisa jadi itu sinyal bahwa mereka lagi gak baik-baik aja. Mereka memilih tawa, karena menangis terlalu menakutkan untuk dihadapi.

3. Ngobrol banyak tapi tetap terasa jauh

ilustrasi teman ngobrol (pexels.com/Liza Summer)

Ada orang yang bisa ngobrol panjang lebar soal banyak hal (drama terbaru, cuaca hari ini, berita viral), tapi begitu kamu tanya kabar sebenarnya, mereka cepat-cepat mengalihkan topik. Orang seperti ini biasanya pintar menutupi isi hatinya. Mereka terlihat ramah dan komunikatif, tapi kamu tetap gak tahu apa yang mereka rasakan. Ini sering jadi bentuk perlindungan diri, karena takut dianggap lemah atau terlalu “drama”.

4. Terlihat datar secara emosional

ilustrasi tatapan serius (pexels.com/Artem Podrez)

Orang yang sedang merasa hampa atau depresi sering menunjukkan reaksi yang datar, bahkan terhadap kabar baik atau buruk sekalipun. Mereka mungkin akan nyengir kecil saat dikasih kabar bahagia, tapi gak ada semangat di dalamnya. Atau tetap terlihat tenang saat menghadapi kabar buruk, karena udah terlalu sering merasa lelah.

Mereka seperti kehilangan kemampuan untuk merasakan emosi dengan intens. Bukan karena gak peduli, tapi karena energi batin mereka sudah terkuras habis. Kalau kamu merasa seseorang seperti kehilangan warna emosinya, ini bisa jadi sinyal penting bahwa ada sesuatu yang sedang mereka pendam.

5. Selalu sibuk dan gak pernah istirahat

ilustrasi sibuk (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Ada orang yang jadwalnya padat banget, dari pagi sampai malam. Kerja, olahraga, ngumpul, bahkan ikut banyak kegiatan. Sekilas terlihat produktif, tapi sebenarnya ini bisa jadi bentuk pelarian. Dengan menyibukkan diri, mereka gak perlu duduk diam dan menghadapi perasaan yang sedang menghantui. Menurut beberapa ahli psikologi, ini disebut avoidance coping, yaitu strategi untuk menghindari emosi negatif dengan terus aktif secara fisik atau sosial. Jadi, jangan langsung iri dengan orang yang kelihatan “super sibuk”. Bisa jadi mereka sedang berusaha kabur dari pikiran yang menyakitkan.

6. Sering meremehkan perasaannya sendiri

ilustrasi tatapan serius (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Kalimat seperti “ah, aku cuma capek aja kok,” atau “gak penting sih sebenernya,” bisa jadi penanda bahwa seseorang sedang meremehkan rasa sakitnya sendiri. Mereka mungkin buka sedikit tentang apa yang dirasa, tapi buru-buru menutupnya dengan candaan atau pengalihan. Ini sering terjadi karena mereka gak merasa aman untuk menunjukkan sisi rapuhnya. Jadi, sebelum orang lain mengecilkan masalah mereka, mereka lebih dulu melakukannya sendiri.

Saat kamu mendengar seseorang bicara seperti ini, coba validasi perasaannya. Kadang satu kalimat kayak “itu pasti berat, ya” bisa lebih berarti daripada nasihat panjang lebar. Gak semua penderitaan terlihat jelas. Kadang justru yang paling menderita adalah mereka yang paling banyak senyum dan paling sering bilang, “aku baik-baik aja, kok.”

Sebagai teman, saudara, atau pasangan, kamu gak selalu harus jadi pahlawan penyelamat. Cukup hadir, cukup dengarkan, cukup peduli. Karena buat seseorang yang sedang merasa sendiri dalam kepura-puraan bahagia, kehadiranmu bisa jadi titik awal pemulihan. Jadi, mulai sekarang, yuk, lebih peka! Bisa jadi di sekitarmu ada teman yang tampak bahagia tetapi sebenarnya menderita. Perhatikan bukan cuma kata-kata, tapi juga gestur, tatapan, dan cara mereka menghadapi hidup. Karena di balik senyum lebar, bisa jadi ada hati yang sedang menangis pelan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us