Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You
Age VerificationThis content is intended for users aged 18 and above. Please verify your age to proceed.

5 Trigger Warning sebelum Membaca Novel Cantik Itu Luka

Novel Cantik Itu Luka Karya Eka Kurniawan
Novel Cantik Itu Luka Karya Eka Kurniawan (Dok. Pribadi/Ruslan Abdul Munir)
Intinya sih...
  • Kekerasan seksual dan rudapaksa
  • Kekerasan fisik dan pembunuhan
  • Kekejaman terhadap hewan
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Novel Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan merupakan salah satu mahakarya sastra Indonesia. Buku ini bahkan sukses meraih banyak penghargaan dan diterjemahkan ke berbagai bahasa. Namun, sebelum menyelami kisah epik ini, penting bagi calon pembaca untuk mengetahui beberapa trigger warning yang terkandung di dalamnya.

Novel ini menyoroti bagaimana kecantikan bisa menjadi kutukan, terutama bagi perempuan di masa penjajahan, dengan memadukan realisme magis, sejarah, patriarki, dan trauma. Kandungan materi sensitif dalam novel ini menjadi alasan utama mengapa pembaca disarankan berusia 18 atau 20 tahun ke atas. Berikut lima trigger warning sebelum membaca novel Cantik Itu Luka yang perlu diketahui calon pembaca.

1. Kekerasan seksual dan rudapaksa

Ilustrasi kekerasan seksual pada perempuan
Ilustrasi kekerasan seksual pada perempuan (Unsplash/Sasun Bughdaryan)

Salah satu trigger warning paling dominan dalam novel Cantik Itu Luka adalah penggambaran kekerasan seksual dan rudapaksa atau pemerkosaan terhadap perempuan. Novel ini secara gamblang menceritakan bagaimana perempuan, termasuk karakter utama Dewi Ayu, menjadi korban bahaya yang mengintai dan seringkali menjadi objek kekerasan seksual.

Penggambaran ini bisa sangat mengganggu, bahkan disebut membuat gelisah oleh beberapa pembaca, meskipun alur ceritanya kompleks dan terjalin dengan baik. Konteks historis penjajahan dan patriarki yang kuat semakin memperparah kondisi karakter perempuan yang rentan terhadap eksploitasi dan kekerasan seksual, menjadikan bagian ini sebagai pemicu utama yang harus diwaspadai.

2. Kekerasan fisik dan pembunuhan

Siluet orang di jendela
Ilustrasi kekerasa dan pembunuhan (Unsplash/Maxim Hopman)

Novel ini juga tidak segan-segan menggambarkan adegan kekerasan fisik dan pembunuhan. Kekejaman, penyiksaan, dan tindakan brutal seringkali muncul sebagai bagian integral dari narasi, yang merefleksikan penderitaan dan trauma yang dialami karakter dalam lingkup sejarah dan sosial yang kelam. Anak-anak Dewi Ayu yang mewarisi kecantikannya selalu membuat para pria rela berebut perhatiannya hingga terjadi perkelahian yang menimbulkan kekerasan fisik hingga pembunuhan.

Kekerasan ini tidak hanya terjadi pada manusia, tetapi juga pada hewan, menambah lapisan kekejaman dalam cerita. Dalam kasus novel ini kekerasan pada hewan terjadi pada ajag (anjing hutan). Penggambaran yang eksplisit ini berkontribusi pada suasana kelam dan intensitas emosional novel, yang mungkin sulit diterima oleh sebagian pembaca. Maka tak jarang membaca novel ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan.

3. Kekejaman terhadap hewan

anjing berlapis pendek hitam dan coklat
Ilustrasi animal abuse (Unsplash/Alin Luna)

Selain kekerasan pada manusia, novel Cantik Itu Luka juga memuat trigger warning terkait kekejaman terhadap hewan (animal abuse). Meskipun detail spesifiknya mungkin tidak seintens kekerasan pada manusia, adanya penggambaran ini menunjukkan tema kekejaman yang meresap ke dalam berbagai aspek kehidupan karakter dalam novel.

Ajag menjadi salah satu hewan yang digambarkan sebagai korban kekerasan di novel ini. Pembaca yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap isu kekejaman hewan perlu berhati-hati saat membaca bagian-bagian ini, karena dapat menimbulkan reaksi emosional yang kuat.

4. Incest dan pelecehan anak

Gadis berdiri di dekat kendaraan
Ilustrasi seorang anak perempuan (Unsplash/Nuno Alberto)

Novel ini juga menyentuh beberapa tema sensitif lainnya yang jarang diangkat secara terbuka, seperti inses dan pelecehan anak (child abuse). Isu inses, atau hubungan sedarah, menjadi bagian dari benang merah cerita yang rumit, yang menunjukkan sisi gelap dari hubungan keluarga Dewi Ayu dan konsekuensi jangka panjang dari trauma lintas generasi.

Selain itu, novel ini juga mengindikasikan adanya hubungan dewasa/minor (adult/minor relationship) serta pelecehan emosional (emotional abuse). Tema-tema ini berkontribusi pada penggambaran "masyarakat dengan segala penyakitnya" yang dihadirkan dalam novel, yang mana kecantikan sering kali berujung pada penderitaan dan kutukan.

5. Body shaming dan genosida

potret buram seorang perempuan dengan atasan hitam
Ilustrasi foto buram seorang perempuan (Unsplash/Liza Polyanskaya)

Tambahan trigger warning lain yang ditemukan dalam novel ini adalah termasuk body shaming dan genosida. Aspek body shaming dalam cerita mencerminkan tekanan sosial dan ekspektasi terhadap penampilan fisik, terutama bagi perempuan, yang bisa berujung pada penderitaan psikologis. Anak terakhir Dewi Ayu memiliki fisik yang buruk rupa, hal itu sangat kontras dengan anak-anaknya yang lain, sehingga dirinya hanya bisa mengisolasi diri agar terhindar dari gunjingan orang lain.

Sementara itu, genosida dan kekerasan rasial menjadi bagian dari konteks historis yang kelam dalam novel, menunjukkan bagaimana konflik besar berdampak pada kehidupan individu dan keluarga. Pembantaian pada orang-orang yang dianggap komunis dalam novel ini digambarkan sangat begitu brutal. Hal Ini menegaskan bahwa sejarah bukan hanya deretan peristiwa besar, tetapi juga penderitaan yang menempel pada setiap jiwa yang hidupnya berada dalam bayang-bayang pembantaian.

Trigger warning sebelum membaca novel Cantik Itu Luka terdiri dari kekerasan seksual, rudapaksa, kekerasan fisik, pembunuhan, kekejaman terhadap hewan, hingga tema sensitif seperti inses, pelecehan anak, body shaming, dan genosida. Jelas bahwa novel ini menyajikan realitas yang brutal dan terkadang mengerikan.

Bagi pembaca yang sensitif terhadap tema-tema tersebut, sangat disarankan untuk mempertimbangkan kembali atau mempersiapkan diri secara mental sebelum memulai membaca. Novel ini direkomendasikan untuk pembaca yang berusia minimal 18 atau 20 tahun ke atas, dan penting untuk memprioritaskan kesehatan mental kamu saat berinteraksi dengan konten yang menantang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo

Latest in Life

See More

5 Cara Menemukan Kembali Semangat Hidup yang Sempat Hilang

29 Des 2025, 23:15 WIBLife