3 Hal Sederhana untuk Mengatasi Hyper Independence dalam Hubungan

Kemandirian wajib dimiliki oleh setiap pribadi. Namun kemandirian yang berlebihan bisa menandakan adanya masalah emosional pada seseorang. Ketika berhadapan dengan hubungan romantis, orang dengan kemandirian berlebihan atau biasa disebut dengan hyper independence cenderung mengalami kesulitan.
Ciri-ciri seseorang dengan hyper independence antara lain enggan menerima bantuan pasangannya, lebih memilih waktu untuk sendiri, enggan membuka diri terkait kekurangan serta membentuk dinding emosional dengan pasangan. Seseorang dengan hyper independence biasanya mengalami luka emosional di masa kecil, yang kerap terjadi karena proses parentifikasi. Mereka menanggung terlalu banyak beban tanggungjawab yang seharusnya tidak diberikan kepada seorang bocah.
Dr. Amy Marschall, seorang psikolog klinis mengungkapkan dalam Verywell Mind, “Meskipun hyper independence bukanlah diagnosis formal, hal itu merupakan respon trauma dan stres. Orang dengan gangguan stres pascatrauma atau masalah kesehatan mental lain yang dipicu oleh riwayat trauma mungkin mengalami hyper independence.”
Jika kamu atau pasanganmu menunjukkan gejala hyper independence, mungkin artikel ini akan bermanfaat untukmu. Yuk, simak tips mengatasi hyper independence dalam hubungan romantis berikut!
1. Menyadari adanya masalah kepercayaan dan membicarakannya

Akar masalah hyper independence adalah soal kepercayaan. Di masa kanak-kanak, kamu atau pasanganmu yang mengalami hyper independence mungkin pernah mengalami kekerasan oleh pengasuhnya. Mereka juga mungkin mengalami pengabaian yang berakibat pada kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi.
Dilansir Psychology Today, Pengabaian yang mereka alami mengajarkan bahwa mereka hanya dapat mengandalkan diri sendiri. Mereka mungkin percaya bahwa orang lain tidak mampu atau tidak mau membantu mereka, jadi tidak ada gunanya mencari bantuan atau dukungan dari orang lain.
Annie Tanasugarn Ph.D., CCTSA, seorang doktor psikologi mengungkapkan dalam Psychology Today, “Orang yang mengalami trauma masa kecil atau hidup dengan hyper independence kesulitan mempercayai apakah orang lain dalam hidup mereka dapat diandalkan. Hal itu akhirnya memperkuat kemandirian mereka. Berbicara dengan pasanganmu dan memberitahukan padanya apa yang kamu butuhkan, baik itu waktu, dukungan, ataupun dorongan, akan membuatmu mulai nyaman dan mempercayai mereka seiring berjalannya waktu.”
2. Belajar bergantung pada pasangan

Setelah menyadari adanya hyper independence dan mulai mengungkapkan kebutuhanmu atau pasanganmu, tahap selanjutnya adalah mulai belajar bergantung pada pasangan. Kamu atau pasangan yang mengalami hyper independence bisa mulai meminta bantuan dalam hal kecil dengan risiko minimal. Jangan memaksakan diri dan lakukan ketika kalian siap.
Noah Williams, seorang konsultan pra-nikah mengungkapkan dalam mariage.com, “Pasanganmu mungkin menunggu kesempatan yang tepat untuk menunjukkan betapa ia peduli dan bahwa kamu dapat bersandar padanya. Beri mereka kesempatan saat kamu merasa nyaman melakukannya.”
Ketika kamu atau pasangan yang mengalami hyper independence mulai bisa meminta tolong, mungkin dinding emosional yang ada di antara kalian bisa terkikis perlahan. Keduanya akan bisa saling mengungkapkan kebutuhan dan bergantung secara positif.
Dilasir Psychology Today, definisi hubungan yang bergantung secara positif adalah hubungan yang mampu memenuhi kebutuhan dasar pasangan untuk merasa diperhatikan, didengar, dihormati, dan mengetahui bahwa mereka bersikap konsisten, dapat diandalkan, dan dapat diprediksi. Dengan berfokus pada kebutuhan emosional yang belum terpenuhi dan merasa nyaman untuk saling mengungkapkan kebutuhan tersebut, pasangan akan terikat secara emosional dan saling mengandalkan.
3. Merencanakan kegiatan bersama

Seseorang dengan hyper independence cenderung menyukai kegiatan mandiri yang tidak melibatkan pasangan. Hal ini disebabkan karena ia memiliki batasan yang kaku tentang kemandirian mereka, termasuk tentang waktu menyendiri.
Sayangnya, hal ini justru membuat pasangan mempertanyakan hubungan mereka, nih. Penghindaran ini seakan membenarkan bahwa si hyper independence tidak ingin memiliki pengalaman bersama pasangan, padahal pengalaman bersama ini adalah salah satu fondasi dalam hubungan.
Dalam majalah Forbes, Mark Traves, seorang psikolog memberikan trik sederhana untuk mulai menurunkan tingkat kemandirian di depan pasangan. Caranya adalah dengan merencanakan kegiatan bersama. Si hyper independence bisa membicarakan tentang waktu menyendiri yang ia butuhkan. Di sisi lain, ia juga bisa mengungkapkan komitmen untuk membuat momen berdua yang bermanfaat bagi hubungan.
Tiga hal sederhana di atas akan membantumu menghadapi masalah hyper independence dalam hubungan. Tentunya proses mengurangi kemandirian ini bukan hal yang mudah. Namun kamu atau pasangan bisa melakukannya perlahan hingga kalian benar-benar siap.