4 Alasan Logis Keterbukaan dalam Hubungan Tidak Bisa Dipaksa

- Keterbukaan harus lahir dari rasa percaya, bukan sesuatu yang bisa dipaksakan begitu saja.
- Keterpaksaan membuat hubungan jadi transaksional dan tidak tulus.
- Dipaksa terbuka justru membuat orang ilfeel dan merasa tertekan.
Pengenalan lahir dari keterbukaan. Tapi, tahukah kamu, keterbukaan dalam hubungan bukanlah sesuatu yang bisa dibeli atau dipaksakan begitu saja.
Kamu tidak bisa datang pada orang asing, lalu menyuruh mereka untuk menceritakan semua masalahnya padamu. Itulah mengapa, selalu ada tahap “pendekatan”—entah dalam hubungan romansa atau pertemanan. Ada waktu yang diluangkan untuk dua orang saling mengenal, sebelum pada akhirnya terbentuk rasa percaya.
Kalau hari ini kamu adalah seorang pemimpin dan masih beranggapan bisa membeli bahkan memerintahkan anak buahmu untuk bersikap terbuka, maka kamu wajib pahami poin-poin di bawah. Buka pikiranmu lebar-lebar, ya!
1. Keterbukaan harus lahir dari rasa percaya

Coba ingat-ingat saat kali pertama kamu bertemu sahabatmu yang sekarang. Apa kamu akan langsung dengan leluasa menceritakan semua cerita dan pengalaman hidupmu? Pastinya tidak, bukan? Ada waktu yang diluangkan untuk kalian berdua mengenal satu sama lain terlebih dulu, sebelum akhirnya kedekatan timbul.
Di saat itu juga, rasa percaya mulai tumbuh. Perlahan, lapisan hubungan pun terbentuk semakin dalam. Tanpa rasa percaya, orang akan sulit untuk curhat, cerita, atau terbuka masalah pribadinya denganmu.
Jangankan masalah pribadi, perasaan dan mood-nya hari itu saja ia enggan memberi tahu. Rasa percaya-lah yang seharusnya menjadi penghubung dalam relasi.
2. Keterpaksaan hanya membuat hubungan jadi transaksional

Percaya, deh, tidak akan ada hubungan tulus yang lahir dari rasa terpaksa. Dalam pekerjaan, misalnya, banyak orang merasa hubungan antar rekan kerja begitu canggung. Karena, hubungan itu tidak lahir dari kemauan yang tulus.
Hubungan seharusnya dibentuk dari investasi waktu dan energi, bukan sekadar keharusan atau kewajiban. Kalau begitu, apa bedanya hubungan dengan transaksi? Hanya berdasarkan butuh, tanpa ada keinginan untuk mengenal satu sama lain.
3. Dipaksa terbuka justru bikin orang ilfeel

Sekeras apa pun kamu berusaha, kamu tidak akan bisa memaksakan rasa percaya. Semua hanya bisa dibentuk melalui waktu dan pengenalan. Saat kamu memaksakan sebuah hubungan, itu hanya akan membuat orang lain merasa tertekan dan ilfeel.
Bukannya percaya, malah mereka akan semakin menjauh. Kamu dianggap sok tahu dan ingin ambil kendali atas hubungan. Sama saja tidak menghargai privasi orang, dong. Kalau hal tersebut dibalik—andai ada orang asing yang tiba-tiba bersikap sok dekat dan memaksamu untuk terbuka tentang setiap hal dalam hidupmu, pastinya kamu juga akan merasa risih, bukan?
4. Setiap orang berhak menetapkan boundary-nya sendiri

Setiap orang punya hak untuk menetapkan batasan dalam berhubungan. Batasan itu bisa berbeda-beda, sesuai dengan rasa nyaman dan preferensi masing-masing pihak. Misal, ada beberapa orang yang tidak nyaman membicarakan masa lalu, tapi di sisi lain, ada yang merasa hal tersebut wajar dan lumrah.
Bukan bagianmu untuk menghakimi apalagi melanggar batasan orang. Batasan dibuat agar kita bisa saling menghargai satu sama lain, dalam sebuah hubungan yang sehat.
Saat kamu ingin menjalin relasi dengan seseorang, entah dalam hubungan romansa, dunia pekerjaan, atau membangun hubungan pertemanan di kampus, ingatlah bahwa kedekatan tidak bisa dipaksa atau dibeli dengan apa pun. Tetap butuh proses dan waktu untuk membangun keintiman dan rasa percaya.