Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Jenis Pernikahan Era Modern, Ada Alasan Lain Selain Cinta!

Ilustrasi pernikahan modern (pexels.com/Nika Zhorzholiani)
Ilustrasi pernikahan modern (pexels.com/Nika Zhorzholiani)
Intinya sih...
  • Pernikahan modern menghadirkan konsep-konsep baru, seperti marriage trial period dan pernikahan finansial
  • Jepang memperkenalkan friendship marriage yang tidak melibatkan ikatan romantis untuk mengurangi tekanan pernikahan
  • Open Marriage dan Living Apart Together adalah bentuk pernikahan non-tradisional yang menekankan komunikasi dan kesepakatan
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Secara teori, pernikahan dilakukan oleh dua orang yang saling mencintai dan memiliki tujuan seumur hidup, tetapi kenyataannya selalu sangat berbeda. Sepanjang sejarah, pernikahan didorong oleh status hingga ekspektasi masyarakat. Banyak budaya di seluruh dunia tidak menyukai orang yang belum menikah dan akibatnya, banyak orang sering kali menikah karena rasa kewajiban dan komitmen, bukan karena cinta.

Tekanan-tekanan ini menghasilkan hubungan yang tidak seimbang dan tidak memuaskan, di mana salah satu atau kedua pasangan menanggung beban komitmen yang dibuat karena semua alasan tersebut.

Dalam masyarakat modern, kebanyakan orang diizinkan untuk hidup mandiri jika mereka mampu menghidupi diri sendiri. Sehingga, semakin banyak orang yang memilih untuk tidak "menjebak" diri mereka dalam pernikahan tanpa cinta.

Di banyak bagian dunia, konsep pernikahan terus berkembang. Orang-orang menyadari bahwa mereka dapat menikah dengan cara mereka sendiri dan memasuki ikatan yang meskipun tidak dianggap tradisional, tetap memenuhi kebutuhan mereka. Berikut ini terdapat beberapa jenis pernikahan tidak konvensional yang dilakukan orang di era modern karena alasan selain cinta. 

1. Convenience Marriage

Ilustrasi pernikahan modern (pexels.com/Sandro Crepulja)
Ilustrasi pernikahan modern (pexels.com/Sandro Crepulja)

Selama bertahun-tahun, salah satu tujuan utama pernikahan adalah untuk mendapatkan keturunan. Karena itulah faktor romansa dianggap sangat penting.

Jepang telah memutuskan untuk mengubah aturan ini, dan sekarang semakin banyak warga yang terlibat dalam "friendship marriage". Jenis pernikahan ini melibatkan hidup bersama dengan seseorang yang memiliki minat yang sama, tetapi tidak memiliki ikatan romantis. Pasangan dapat memilih untuk hidup bersama atau terpisah, dan jika mereka menginginkan anak, mereka dapat memilih untuk memilikinya melalui inseminasi buatan.

Seksualitas, kekecewaan terhadap pernikahan tradisional, dan bahkan stabilitas keuangan hanyalah beberapa alasan mengapa sebagian masyarakat Jepang melihat pernikahan platonis ini sebagai pilihan yang lebih praktis untuk masalah pernikahan mereka.

Menurut Mark Travers Ph.D., seorang psikolog di Amerika, dilansir Psychology Today, bagi banyak pasangan, perasaan romantis dapat berkembang menjadi ikatan persahabatan seiring berjalannya waktu. Ini tidak berarti mereka kurang mencintai pasangannya. Sebaliknya, hubungan mereka berakar pada rasa saling menghormati dan komitmen bersama, bukan pada gagasan ideal tentang romansa dan seks. 

2. Renewable Marriage Contracts

Ilustrasi pernikahan modern (pexels.com/Drew Rae)
Ilustrasi pernikahan modern (pexels.com/Drew Rae)

Jika seseorang ingin mencoba konsep pernikahan tanpa harus berkomitmen selamanya, “marriage trial period” yang pernah diusulkan di Meksiko cukup populer diadaptasi. Ditujukan untuk mengurangi angka perceraian yang meningkat, negara Meksiko memutuskan untuk mengizinkan pasangan mencoba menikah selama beberapa tahun.

Bukan bercerai, jika ikatan perkawinan tidak berhasil, pasangan tersebut dapat menunggu hingga surat izin berakhir. Tugas, tanggung jawab hukum, dan masalah yang terkait dengan pengasuhan anak akan diuraikan dalam sebuah kontrak untuk menghindari kebingungan atau konflik di kemudian hari.

Meskipun gagasan ini tidak pernah diformalkan menjadi undang-undang, gagasan ini memang mengatasi masalah yang berkembang di banyak negara. Faktor-faktor seperti pendidikan, kepuasan seksual, atau bahkan ketidaksuburan dapat membantu orang memprediksi apakah pernikahan mereka akan bertahan selamanya.

Masalahnya, banyak pasangan menikah tanpa menilai data yang dapat mengungkap potensi tanda bahaya atau lebih buruk lagi, data tersebut tidak tersedia. Inilah sebabnya mengapa Renewable Marriage Contracts dapat menjadi solusi potensial di masa depan bagi mereka yang kesulitan melihat gambaran pernikahan yang lebih besar.

3. Living Apart Together

Ilustrasi pernikahan modern (pexels.com/Yusuf Rendecioglu art)
Ilustrasi pernikahan modern (pexels.com/Yusuf Rendecioglu art)

Budaya Barat adalah budaya yang tingkat individualitasnya. Artinya, budaya ini menjauh dari rasa "komunitas". Dalam beberapa budaya, mentalitas ini juga berlaku untuk pernikahan.

Pernikahan "LAT" dalam bahasa Belanda adalah singkatan dari Living Apart Together (Hidup Terpisah Bersama). Ini ditujukan untuk pasangan yang sudah menikah dan memilih untuk tidak tinggal bersama karena berbagai alasan. Pasangan menikmati semua keuntungan dari komitmen pernikahan dan bahkan dapat memiliki anak, tetapi memilih untuk tidak tinggal di tempat tinggal yang sama.

Mereka yang menikah secara LAT berpendapat, bahwa pengaturan ini merupakan bukti yang lebih kuat atas komitmen mereka dibandingkan pernikahan tradisional. Pasangan dalam hubungan LAT meyakini ikatan mereka bertahan bukan karena kewajiban hukum atau sosial, tetapi karena dibangun di atas komitmen tulus dan sepenuh hati.

4. Open Marriage

Ilustrasi pernikahan modern (pexels.com/Pavel Danilyuk)
Ilustrasi pernikahan modern (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Pernikahan terbuka (Open Marriage) adalah suatu bentuk hubungan pernikahan, di mana kedua pasangan setuju untuk memiliki hubungan romantis atau seksual dengan orang lain di luar pernikahan mereka, dengan sepengetahuan dan persetujuan bersama.

Pasangan yang mempraktikkan jenis pernikahan ini memahami bahwa mereka tidak cocok dengan gagasan pernikahan monogami, walaupun ini juga bukan termasuk poligami. Ini merupakan tantangan monogami, tetapi sebenarnya pernikahan ini hanya menyediakan alternatif. Open Marriage juga bukan jalan keluar bagi pasangan yang tidak bahagia.

“Mereka memiliki kebutuhan yang lebih besar daripada yang dapat dipenuhi oleh satu orang. Bagi banyak orang, hal itu bersifat ideologis. Mereka tidak percaya, bahwa monogami adalah satu-satunya cara untuk menjalani pernikahan," ungkap Shawntres Parks, PhD, terapis pernikahan dan keluarga di California, dilansir Womens Health Magazine. 

Pasangan biasanya akan menetapkan konsep untuk hubungan non-monogami yang disepakati bersama, kemudian mengandalkan komunikasi dan batasan yang sehat. Pasangan mungkin setuju untuk mencari seks atau asmara hanya saat bepergian, yang lain mungkin memutuskan untuk tidak mengungkapkan detail tetapi melakukan pemeriksaan rutin. Kuncinya adalah mencapai kesepakatan dan menaatinya, serta selalu menemukan waktu hingga ruang untuk saling berkomunikasi.

5. Financial Marriage

Ilustrasi pernikahan modern (pexels.com/Rishe Clicks)
Ilustrasi pernikahan modern (pexels.com/Rishe Clicks)

Pernikahan finansial atau yang dikenal dengan Financial Marriage lebih mementingkan kepraktisan. Ini adalah pernikahan yang dijalani pasangan karena mereka yakin akan memperoleh keuntungan finansial. Misalnya, menikahi seseorang yang memiliki asuransi kesehatan, investasi besar, atau kekayaan turun-temurun, sehingga dapat hidup dengan nyaman atau bahkan memanfaatkan kekayaan mereka untuk membantu membangun kekayaan sendiri.

Kedua pasangan yang menjalankan jenis pernikahan ini sepakat bahwa mereka lebih suka memprioritaskan investasi di rumah bersama atau properti komersial sebagai usaha patungan, misalnya, daripada kemitraan romantis.

Pasangan yang telah berpisah dapat tetap menjaga persahabatan yang baik dan memutuskan untuk menyatukan sumber daya mereka. Dengan uang yang terkendali, kemungkinan mereka memiliki hubungan lain (keluarga, teman, atau romantis jika pernikahannya terbuka) dalam hidup mereka yang memberi mereka dukungan emosional.

Namun, ini bukan berarti seseorang yang menikah karena masalah keuangan tidak akan pernah mau menikah karena cinta. Umumnya, orang-orang yang menikah karena masalah keuangan memiliki perjanjian pranikah yang memungkinkan pasangan untuk membagi semuanya secara 50/50 jika mereka ingin meninggalkan rumah dengan bagian uang mereka dan menjalani hubungan asmara di kemudian hari dengan orang lain.

Di era modern, defisini pernikahan telah banyak bergeser dengan memprioritaskan para individu untuk menciptakan kebahagiaannya sendiri, daripada mengikuti tuntutan orang lain. Baik itu agama, hukum, atau kesepakatan antara dua orang, konsep pernikahan selalu diharapkan menguntungkan kedua belah pihak. So, apakah kamu setuju dengan berbagai konsep pernikahan modern di atas?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aliya F. Izetti
EditorAliya F. Izetti
Follow Us