Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Kebiasaan dalam Hubungan Asmara Sehat yang Sering Dikira Toksik

ilustrasi pasangan (pexels.com/August de Richelieu)
ilustrasi pasangan (pexels.com/August de Richelieu)

Perkembangan informasi yang pesat seperti sekarang turut memberi pengaruh positif pada peningkatan kesadaran terhadap hubungan asmara yang toksik. Setidaknya semakin banyak yang paham bahwa gak semua pasangan yang mengklaim cinta itu benar adanya. Pasangan toksik kerap membalut kata cinta dengan berbagai perilaku merusak, dan sejatinya gak bisa ditoleransi.

Meski begitu, gak sedikit orang yang kemudian salah mengira bahwa beberapa kebiasaan dalam hubungan asmara yang sehat dikira toksik. Apa saja kebiasaan yang dimaksud? Mari simak ulasannya lebih lanjut berikut ini!

1. Membiarkan masalah begitu saja

Ilustrasi wanita sedang merenung (pexels.com/Marcelo Chagas)
Ilustrasi wanita sedang merenung (pexels.com/Marcelo Chagas)

Di antara ciri hubungan asmara yang sehat adalah keterbukaan. Apabila ada masalah, kamu berusaha mendiskusikannya pada pasangan untuk dicari solusi yang dapat diterima bersama.

Namun, bukan berarti segala konflik mesti diselesaikan. Justru pembiaran terhadap masalah tertentu akan mendorong hubungan cinta yang lebih tahan lama.

Kamu dan pasangan mesti memahami jenis masalah apa aja yang layak diperdebatkan, dan hal-hal lain yang memang harus diterima sebagai sebuah perbedaan. Intinya, tahu kapan harus berseteru dan kapan harus berlapang dada.

2. Adu argumentasi di depan anak-anak

Ilustrasi keluarga (pexels.com/Elly Fairytale)
Ilustrasi keluarga (pexels.com/Elly Fairytale)

Harus diakui, sebaiknya orangtua menghindari bertengkar di depan anak-anak. Melihat orangtuanya gak bahagia bisa berdampak buruk bagi kondisi mentalnya.

Meski begitu, kalau kamu dan pasangan sudah mampu mempraktikkan pertengkaran yang sehat, maka sesekali boleh, lho, adu argumentasi di depan anak-anak. Gunanya apa?

Dengan melihat langsung bagaimana ayah bundanya berbeda pendapat, mereka jadi bisa belajar bagaimana cara mengatasi konflik dengan baik. Mereka akan belajar bagaimana mengemukakan pendapat pribadi, bagaimana jadi pendengar yang baik bagi lawan bicara, cara berkompromi, serta bersikap normal kembali setelah adu argumentasi. Dengan demikian, sejak dini anak sudah bisa memahami seperti apa healthy relationship orang dewasa.

3. Menghabiskan waktu sendiri-sendiri

ilustrasi jalan-jalan (pexels.com/Artem Beliaikin)
ilustrasi jalan-jalan (pexels.com/Artem Beliaikin)

Kamu gak perlu merasa bersalah, lho, jika ingin menghabiskan waktu sendiri tanpa pasangan atau tanpa si kecil. Itu bukanlah perilaku toksik, justru sebaliknya malah mencerminkan healthy relationship.

Pernikahan bukanlah event yang hanya memakan waktu sebentar, melainkan sebuah perjalanan panjang sehingga membutuhkan stamina bagi individu yang menjalaninya. Selalu menghabiskan waktu bersama pasangan atau keluarga, dan mengabaikan me time bisa menyebabkan kejenuhan, serta perasaan kalau menikah itu sesuatu yang mengekang. Perasaan inilah yang kerap jadi sumber keretakan dalam rumah tangga.

4. Melukai hati pasangan

ilustrasi pasangan (unsplash.com/Force Majeure)
ilustrasi pasangan (unsplash.com/Force Majeure)

Love doesn’t hurt. Pernyataan tersebut betul. Akan tetapi, terkadang melukai hati pasangan ini gak bisa dihindari, dan menjadi opsi terbaik untuk menjaga hubungan cinta tetap utuh.

Ada kalanya kamu bertemu dengan situasi di mana harus berkata jujur pada pasangan. Misalnya, menyampaikan kritikan atas karyanya. Daripada mengiyakan atau memuji tapi bohong dan menyesatkan. Mending berkata jujur kendati bikin telinganya panas.

Pastikan saat kamu memberikan penilaian jujur dilakukan dengan santun, dan tunjukkan kalau kamu mengkritiknya bukan untuk menyakiti, tapi ingin melihatnya menjadi lebih baik lagi. Bila pasanganmu paham, sakit hatinya paling sebentar. Setelah itu, dia akan berterima kasih dengan review jujur yang kamu berikan.

5. Gak langsung merespons pesan teks pasangan

Ilustrasi melihat HP (unsplash.com/Anthony Tran)
Ilustrasi melihat HP (unsplash.com/Anthony Tran)

Gak selalu respons lambat terhadap pesan teks dari pasangan berarti indikasi kalau kamu gak serius menjalani hubungan, lho. Justru sikap demikian penting sebagai batasan dalam hubungan asmara yang sehat.

Selalu available untuk membalas teks dapat mendorong pasangan berekspektasi bahwa kamu akan selalu cepat meresponsnya. Hal tersebut malah gak baik karena bisa menimbulkan texting anxiety, yakni merasa cemas jika pesan yang dikirimnya belum juga kamu balas.

Memberi batasan, misalnya ketika jam kerja kamu gak membalas pesan akan membuat komunikasi berjalan dengan sehat. Kalian jadi bisa fokus pada tugas masing-masing sehingga antara kehidupan asmara dan pekerjaan dapat seimbang.

Dari uraian tadi bisa kita simpulkan bahwa apa yang tampak buruk ternyata gak selalu demikian. Kebiasaan yang sekilas terlihat toksik justru menjadi sinyal hubungan asmara yang sehat. Jadi, jangan ragu untuk dipraktikkan, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Tania Stephanie
EditorTania Stephanie
Follow Us