Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Kesalahan Besar saat Ingin Merebut Hati Gebetan via Jalur Prestasi

ilustrasi mahasiswa (pexels.com/Yan Krukov)

Ternyata bukan cuma mencari sekolah atau tempat kuliah saja yang mengenal jalur prestasi. Dalam usahamu untuk merebut hati gebetan, kamu juga bisa menggunakan jalur prestasi, lho.

Maksudnya, kamu berupaya memikatnya dengan prestasi akademis, prestasimu dalam pekerjaan, prestasi di bidang olahraga, dan semacamnya. Namun hal yang perlu ingat adalah jangan terjebak pada lima kesalahan besar berikut ini agar kamu tak kecewa sendiri. Keep scrolling!

1. Menyamakan kekagumannya atas prestasimu dengan rasa cinta

ilustrasi perempuan mendekati laki-laki (pexels.com/Andy Barbour)

Jika semua orang yang merasa salut atas prestasimu dianggap mencintaimu, tentu hidupmu akan terasa "enak" sekali. Masalahnya, di antara mereka bahkan banyak yang telah memiliki pasangan. Jadi, jelas bahwa mengagumi prestasimu dengan mencintaimu itu berbeda.

Seseorang yang kagum padamu karena prestasi-prestasimu belum tentu punya keinginan sedikit pun untuk menjadi kekasihmu. Sebaliknya, seseorang yang memang mencintaimu pasti mengagumi segala hal dari dirimu baik itu prestasi, sifat, maupun fisikmu.

2. Mengabaikan perasaan mindernya kala berdekatan denganmu

ilustrasi belajar bersama (pexels.com/Mikhail Nilov)

Seseorang yang mengagumi prestasimu juga bisa diam-diam mencintaimu. Namun ingat, kesenjangan prestasi di antara kalian dapat membuatnya merasa minder dan tak layak menjadi pasanganmu. Dia khawatir kelak kamu hanya akan merendahkannya atau orang-orang mencibirnya.

Apakah ini berarti cinta kalian sudah gak bisa disatukan? Kuncinya ada pada kemampuanmu untuk rendah hati. Harapannya, sikap rendah hatimu bakal meningkatkan kepercayaan dirinya sehingga dia mau berpacaran denganmu.

Akan tetapi, kalau dia tetap merasa gak pantas buat kamu dan memilih orang yang lebih setara dengannya, kamu juga kudu siap dan tak boleh memaksakan kehendak. Jangan mengatainya bodoh atau tak tahu diuntung, ya!

3. Kamu terdorong untuk membesar-besarkan sebuah prestasi

ilustrasi melirik gebetan (pexels.com/RODNAE Productions)

Saking inginnya menaklukkan hati gebetan dengan pesona prestasimu, kamu jadi lebay. Kamu menceritakan prestasi yang sebetulnya tak seberapa seolah-olah itu sesuatu yang amat hebat. Mungkin juga kamu cuma mengulang-ulang cerita tentang sebuah prestasi yang telah usang.

Ini membuat daya tarikmu di hadapannya terancam anjlok, lho. Kamu malah bisa dianggap sombong sekaligus caper. Dia bosan mendengarkanmu dan akhirnya benar-benar tak peduli lagi padamu.

4. Kamu tak lagi fokus dalam meningkatkan prestasi

ilustrasi teman kuliah (pexels.com/George Pak)

Fokusmu cuma bikin gebetan terpesona. Padahal, meningkatkan prestasi bukanlah perkara mudah. Dengan fokus penuh saja, terkadang prestasimu stagnan atau justru mengalami penurunan.

Apalagi jika perhatianmu lebih tersedot pada urusan membuat gebetan terpukau. Sekalipun keinginan agar dia selalu memperhatikanmu tetap ada, jangan kendor dalam usahamu meningkatkan prestasi, ya!

5. Semangat berprestasimu langsung drop bila tak mendapatkan cintanya

ilustrasi malas belajar (pexels.com/Pixabay)

Lanjutan dari poin keempat. Motivasimu dalam berprestasi telah melenceng. Kamu ingin berprestasi karena gebetan. Akibatnya, ketika kamu tak mendapatkan cintanya, kamu berpikir meraih prestasi tak lagi penting bagimu.

Kamu sudah capek-capek bekerja keras untuk meraih ini itu, tetapi orang lainlah yang memperoleh hati gebetanmu. Tentu saja ini menyakitkan buatmu. Namun, masa kamu harus kehilangan dua hal sekaligus, yaitu cintanya dan pencapaian-pencapaianmu?

Gunakan prinsip orang berdagang, dong. Walau terancam merugi, selamatkan yang masih dapat diselamatkan biar kerugianmu tak terlampau besar. Semua prestasi yang telah kamu raih dengan susah payah itu wajib dipertahankan.

Kamu boleh saja melakukan berbagai usaha untuk membuat seseorang jatuh cinta padamu. Namun, cinta merupakan perasaan yang dapat tumbuh begitu saja dan tak selalu memerlukan sebab yang jelas. Tetap fokus pada prestasimu dan jangan memaksakan perasaanmu padanya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us